Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Film Karya Lynne Ramsay Wajib Tonton sebelum Die My Love

adegan dalam film Die My Love
adegan dalam film Die My Love (dok. Mubi/Die My Love)
Intinya sih...
  • Film Die My Love resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 7 November 2025 setelah debut di Cannes.
  • Lynne Ramsay adalah sutradara film tersebut, dan sebelumnya telah menghasilkan empat film lain yang intens dan penuh emosi.
  • Empat film terbaik Lynne Ramsay sebelum Die My Love adalah Ratcatcher (1999), Morvern Callar (2002), We Need to Talk About Kevin (2011), dan You Were Never Really Here (2017).
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah dinanti cukup lama, Die My Love akhirnya resmi tayang di bioskop Indonesia mulai Jumat (7/11/2025). Film garapan Lynne Ramsay ini sebelumnya debut di Cannes 2025 dan langsung mencuri perhatian berkat kisahnya yang intens dan penuh emosi. Diadaptasi dari novel karya Ariana Harwicz, Die My Love mengikuti Grace (Jennifer Lawrence), wanita yang terperangkap dalam kesepian, tekanan rumah tangga, dan pergulatan batin pascapersalinan di pedesaan Montana, Amerika Serikat.

Saat tayang perdana di Cannes, Die My Love sukses meraih standing ovation selama hampir 9 menit. Kritikus memuji performa Jennifer Lawrence dengan menyebutnya sebagai Oscar-worthy, serta penyutradaraan Ramsay yang begitu atmosferik. Lewat film ini, sineas asal Skotlandia tersebut kembali membuktikan kepiawaiannya dalam mengolah tema seputar sisi gelap manusia jadi tontonan yang puitis sekaligus mengguncang.

Sebelum menyaksikan Die My Love, gak ada salahnya mengenal lebih dekat perjalanan sinematik Lynne Ramsay lewat karya-karyanya terdahulu. Berikut empat film terbaik sang sutradara yang gak kalah menghantui dan dijamin bikin kamu termenung lama setelah credit title-nya bergulir!

1. Ratcatcher (1999)

adegan dalam film Ratcatcher
adegan dalam film Ratcatcher (dok. Pathé Pictures International/Ratcatcher)

Ratcatcher merupakan debut film panjang Lynne Ramsay yang dirilis pada 1999. Berlatar di kawasan kumuh Glasgow, Skotlandia, saat terjadi pemogokan pengangkut sampah pada 1973, film ini menampilkan potret kehidupan yang suram, tapi tetap terasa puitis lewat sudut pandang seorang anak kecil. Bocah itu adalah James Gillespie (William Eadie), yang tumbuh di lingkungan penuh sampah dan ketidakpastian akibat aksi mogok kerja tersebut.

Suatu hari, James tanpa sengaja menyebabkan kematian temannya, Ryan, saat bermain di kanal. Rasa bersalah yang menumpuk membuatnya jadi pribadi tertutup dan terus mencari jalan untuk melarikan diri dari kenyataan. Dalam perjalanannya, ia menjalin hubungan dengan dua sosok penting, yakni Margaret Anne (Leanne Mullen), gadis korban bullying, serta Kenny (John Miller), anak polos yang membawa sedikit cahaya di tengah kelamnya hidup James.

Film ini mendapat banyak pujian karena kemampuannya menyeimbangkan realisme sosial dengan sentuhan visual yang lembut dan liris. Ramsay berhasil menuturkan penderitaan tanpa kehilangan empati, serta menghadirkan keindahan dalam kesuraman tanpa terasa berlebihan. Ratcatcher pun jadi tonggak penting yang melambungkan namanya di kancah perfilman dunia, bahkan mengantarkannya meraih BAFTA untuk Outstanding Debut.

2. Morvern Callar (2002)

adegan dalam film Morvern Callar
adegan dalam film Morvern Callar (dok. Company Pictures/Morvern Callar)

Tiga tahun setelah debut luar biasanya dalam Ratcatcher, Lynne Ramsay kembali menunjukkan keberaniannya menantang batas konvensi lewat Morvern Callar. Film ini menelusuri perjalanan batin seorang perempuan muda yang menghadapi duka dengan cara yang tak terduga sekaligus membingungkan. Alih-alih menjadikan tragedi sebagai akhir, Ramsay mengubahnya jadi awal dari kisah pencarian identitas yang sunyi, pula terasa mengguncang.

Film ini mengikuti kisah Morvern Callar (Samantha Morton), pegawai supermarket di kota pelabuhan kecil Skotlandia. Suatu pagi Natal, ia menemukan kekasihnya bunuh diri, meninggalkan surat, uang, dan naskah novel yang sudah selesai ditulis. Namun alih-alih melapor atau menggelar pemakaman, Morvern justru menghapus nama sang kekasih dari naskah itu dan mengirimkannya ke penerbit atas nama dirinya sendiri, sebelum kabur ke Spanyol bersama sahabatnya, Lanna (Kathleen McDermott).

Ketika pertama kali dirilis, Morvern Callar boleh jadi gak mendapat apresiasi sebesar Ratcatcher. Namun, seiring waktu, film ini diakui sebagai salah satu karya penting dalam karier Ramsay yang menegaskan keunikannya sebagai auteur sejati. Film ini juga turut memperluas cakrawala sinematik Ramsay, dari realisme kelam menuju refleksi eksistensial yang lebih luas dan personal.

3. We Need to Talk About Kevin (2011)

adegan dalam film We Need to Talk About Kevin
adegan dalam film We Need to Talk About Kevin (dok. BBC Films/We Need to Talk About Kevin)

Selanjutnya, ada We Need to Talk About Kevin, drama psikologis yang mengangkat sisi kelam hubungan ibu dan anak. Lynne Ramsay membingkai kisah ini lewat sosok Eva (Tilda Swinton), ibu yang hidupnya hancur setelah putranya, Kevin (Ezra Miller), melakukan penembakan massal di sekolah. Lewat struktur non-linear, film ini menelusuri hubungan mereka yang kompleks, mulai dari masa kecil Kevin yang sulit hingga masa remajanya.

Gak cuma bercerita tentang tragedi, dalam We Need to Talk About Kevin, Ramsay juga menantang pemahaman penonton soal motherhood dan debat nature vs. nurture. Kamu akan diajak merenungkan faktor-faktor psikologis yang membentuk perilaku anak, serta mempertanyakan bagaimana trauma membentuk identitas seorang ibu. Gaya visual yang kuat, dipadu musik menghantui karya Jonny Greenwood, makin memperkuat suasana gak nyaman yang ditebar Ramsay sepanjang film.

Penampilan Tilda Swinton dan Ezra Miller juga jadi sorotan utama di sini. Swinton memerankan Eva dengan intensitas yang bikin siapa pun merasakan penderitaan batinnya, sementara Miller tampil menakutkan sebagai Kevin yang manipulatif. Kombinasi ini tak pelak membuat We Need to Talk About Kevin terasa seperti studi karakter beraroma horor. Tertantang untuk menontonnya?

4. You Were Never Really Here (2017)

adegan dalam film You Were Never Really Here
adegan dalam film You Were Never Really Here (dok. Film4/You Were Never Really Here)

Jadi film terakhir Lynne Ramsay sebelum Die My Love, You Were Never Really Here sangat direkomendasikan buat kamu yang mencari thriller psikologis antimainstream. Film ini menuai pujian luas saat tayang perdana di Cannes 2017. Joaquin Phoenix meraih penghargaan Best Actor berkat perannya yang intens dan nyaris tanpa dialog, sementara Ramsay memenangkan Best Screenplay untuk naskahnya yang tajam dan penuh lapisan makna.

Film ini mengikuti kisah Joe (Phoenix), mantan agen FBI penderita PTSD yang memburu pelaku perdagangan manusia. Konflik dimulai saat Joe ditugaskan menyelamatkan Nina (Ekaterina Samsonov), putri senator yang diculik dan dijebloskan ke rumah bordil rahasia untuk para pejabat berkuasa. Namun, misi yang tampaknya sederhana itu berubah jadi mimpi buruk ketika Joe menemukan konspirasi politik besar di balik penculikan tersebut.

Berbeda dari film sejenis, kamu gak akan menemukan adegan gore yang eksplisit di sini. Sebagai gantinya, Ramsay menghadirkan kekerasan secara sugestif melalui potongan gambar, suara, dan atmosfer yang bikin penonton ikut tenggelam dalam kondisi mental sang tokoh utama. Jika kamu ingin memahami gaya pengarahan Ramsay sebelum nonton Die My Love, You Were Never Really Here bisa jadi "pintu masuk" yang sempurna!

Lewat empat film di atas, Lynne Ramsay buktikan bahwa sinema bisa jadi ruang ekspresi paling jujur untuk menelanjangi sisi tergelap manusia. Gimana, sudah tahu judul mana yang bakal kamu tonton lebih dulu sebelum menyaksikan Die My Love di bioskop?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Hype

See More

10 Potret Anissa Aziza Liburan ke Jepang bareng Sahabat, Girls Time!

05 Nov 2025, 13:39 WIBHype