Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Film tentang Self-Discovery Terbaik, Musibah Jadi Titik Baliknya

Sound of Metal (dok. Prime Video/Sound of Metal)

Self-discovery alias perjalanan menemukan diri sendiri bukanlah sebuah proses sekali tempuh. Seseorang bisa mengalaminya beberapa kali sepanjang hidup dan pada usia berapapun.

Biasanya, proses self-discovery bermula dari satu kejadian atau momen tertentu. Itu bisa berupa musibah atau perubahan besar lainnya, seperti sepeninggal orang terdekat, perubahan kondisi fisik karena kecelakaan atau penyakit, serta keadaan lain yang memaksamu untuk meninggalkan kehidupan lamamu. 

Bukan proses yang sebentar dan mudah, tetapi kalau berhasil terlewati, rasanya puas banget melihat betapa hebatnya dirimu. Sedang mengalaminya sendiri? Coba tonton sembilan rekomendasi film bertema self-discovery berikut bisa jadi inspirasi buatmu untuk terus bergerak melanjutkan hidup. 

1. Dear Zindagi (2016)

Dear Zindagi (dok. Dharma Productions/Dear Zindagi)

Dear Zindagi mengikuti perspektif perempuan muda bernama Kaira (Alia Bhatt). Hidupnya berubah sejak ia berselingkuh dengan rekan kerjanya saat merantau di Mumbai. Ia terpaksa kembali ke rumah orangtuanya dan hampir dipastikan mengubur cita-citanya jadi sutradara.

Pada titik terendah dalam hidupnya itu, Kaira mencoba mencari bantuan ke psikolog lokal. Lewat proses yang panjang, ia perlahan menemukan kembali prioritas hidupnya. Filmnya punya efek healing, banyak kutipan relevan yang bikin kita ikut merenung. 

2. The Lunchbox (2013)

The Lunchbox (dok. Sony Pictures Classics/The Lunchbox)

Masih dari India, coba juga film The Lunchbox rilisan 2013. Filmnya sih bergenre romance, tetapi sebenarnya sarat tema self-discovery. Cerita bermula dari tertukarnya dua kotak makan siang yang akhirnya mempertemukan dua orang tak saling kenal. Satu pekerja kantoran lajang dan satu lagi ibu rumah tangga (IRT) yang sebenarnya membuat bekal makan itu untuk suaminya.

Tak seperti suaminya yang dingin, sang penerima kotak bekal yang satu ini justru sering memberikan apresiasi dan pujian untuk masakannya. Koneksi mulai terbentuk di antara keduanya, tetapi benarkah mereka harus bersama untuk bahagia? Buat sang IRT peristiwa tak disengaja ini adalah momennya mengatur ulang prioritasnya.

3. Inshallah A Boy (2023)

Inshallah a Boy (dok. Palace Films/Inshallah a Boy)

Momen yang jadi titik balik di film Inshallah A Boy adalah kematian tak terduga seorang suami serta ayah. Mendadak janda, Nawal (Mouna Hawa) harus menghadapi banyak tantangan baru. Mulai dari menghidupi anaknya seorang diri dengan gaji pas-pasan, membayar hutang sang suami yang selama ini tak pernah ia ketahui, sampai berebut warisan dengan kakak ipar. Di tengah desakan ekonomi dan psikis sebagai janda di negara patriarki, Nawal perlahan menemukan suara dan kekuatannya sendiri. 

4. Laurence Anyways (2012)

Laurence Anyways (dok. mk2films/Laurence Anyways)

Laurence Anyways karya Xavier Dolan tak kalah unik. Sudut pandangnya diambil dari seorang pria bernama Laurence (Melvil Paupaud) yang selama ini punya karier bagus dan pasangan setia. Satu hari, ia muak dengan segala sandiwara itu dan memutuskan mengikuti kata hatinya, yakni jadi perempuan. 

Secara terbuka, ia mengemukakan itu pada orang-orang terdekatnya dan akhirnya membuka diri dengan identitas barunya sebagai perempuan. Namun, perubahan itu membuat banyak hal dalam hidupnya ikut berubah. Hubungannya dengan kekasih memburuk, orang lain mempertanyakan keputusannya yang dianggap aneh, dan lain sebagainya. Padahal, sejatinya ia amat butuh dukungan orang-orang yang mengenalnya dengan baik. 

5. Poor Things (2023)

Poor Things (dok. Searchlight Pictures/Poor Things)

Poor Things merupakan film self-discovery yang memang sengaja dikemas agak nyeleneh dan nyentrik. Ia mengikuti Bella Baxter (Emma Stone),  perempuan yang dibangkitkan dari kematian oleh seorang ilmuwan. Membuka lembaran baru, Bella pun mulai meraba-raba posisi dan prioritas hidupnya. Dari seseorang yang polos, ia berubah jadi sosok yang rebel dan cenderung nonkonformis. 

6. When Marnie Was There (2014)

When Marnie Was There (dok. Studio Ghibli/When Marnie Was There)

Tak hanya orang dewasa, perjalanan menemukan diri sendiri justru sering terjadi pada usia praremaja. Saat itu, sebagai manusia yang tak berpengalaman, kita amat butuh validasi eksternal alias pengakuan dan persetujuan dari orang lain.

Sama dengan yang terjadi pada Anna, bocah pendiam yang kesulitan punya teman. Saat pergi berlibur ke rumah kerabat pada musim panas, ia bertemu bocah sebayanya yang mengaku bernama Marnie. Bersama Marnie, Anna mulai belajar mengenal dirinya sendiri. 

7. Sound of Metal (2019)

Sound of Metal (dok. Criterion/Sound of Metal)

Hidup Ruben (Riz Ahmed) berbalik 180 derajat saat ia didiagnosa mengalami kerusakan indera pendengaran permanen. Ia terpaksa berhenti dari profesinya sebagai drummer dan mencoba bergabung dengan komunitas difabel rungu dan wicara. Pikirnya, ini akan jadi pelarian sementara sambil menunggu jadwal operasi telinganya. Namun, di komunitas itulah ia menemukan berbagai pelajaran dan sudut pandang baru. 

8. How to Have Sex (2023)

How to Have Sex (dok. MUBI/How to Have Sex)

How to Have Sex mengikuti liburan Tara (Mia McKenna-Bruce) yang baru saja lulus SMA. Sudah berusia 18 tahun dan sedang menapaki proses jadi orang dewasa yang independen, ia dan kawan-kawannya pun mencoba mengambil berbagai risiko. Namun, selama liburan itulah, Tara mengalami dan menemukan berbagai hal tak menyenangkan dan secara tak langsung mengubahnya selamanya. Film ini juga menyenggol lekatnya anak muda dengan tendensi mencari validasi eksternal. 

9. Inside Llewyn Davis (2013)

Inside Llewyn Davis (dok. Criterion/Inside Llewyn Davis)

Saat albumnya tak laku, Llewyn Davis (Oscar Isaac) secara tak langsung dipaksa mencari alternatif profesi lain yang lebih stabil dan pasti. Namun, idealismenya masih kuat dan ia hendak berusaha mencari cara untuk mengembalikan prospek karier musiknya. Film ini mengikuti perjuangan dan perjalanannya itu. Walau sutradara Coen Bersaudara tak menjawab apakah Davis berhasil mencapai apa yang ia harapkan, filmnya tetap menarik buat ditonton. 

Ada yang berakhir memuaskan, tak sedikit yang sengaja dibuat menggantung untuk membuka ruang buat asumsi penonton, kesembilan film tetap inspiratif. Saat sedang buntu, film kadang bisa bikin kamu lebih rileks dan kreatif guna menemukan solusi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us