3 Film Terbaik Halina Reijn, Belajar Female Psyche Lewat Sinema

Ada beberapa sutradara perempuan yang dapat momentum pada 2024. Selain Coralie Fargeat (The Substance) dan Payal Kapardia (All We Imagine is A Light), sosok bernama Halina Reijn juga sedang hangat dibicarakan seiring dengan perilisan film termutakhirnya, Babygirl (2024).
Bergenre errotic thriller, sebagian orang sempat meremehkan film ini. Itu karena beberapa riwayat buruk yang dibubuhkan film di genre yang sama. Sebut saja Fifty Shades of Grey (2015) dan The Boys Next Door (2015).
Menariknya, Babygirl ternyata melampaui ekspektasi banyak orang. Bukan sekadar film erotis biasa, ada eksplorasi psikologi perempuan (female psyche) di dalamnya.
Ternyata, itu bukan yang pertama buat Reijn. Mari bahas kepiawaiannya menyertakan analisa psikologi dalam tiga film fitur terbaiknya berikut ini!
1. Instinct (2019)

Instinct adalah manuver debut Halina Reijn sebagai sutradara setelah bertahun-tahun jadi aktris. Film mengikuti Nicoline (Carice van Houten), terapis yang bekerja di sebuah penjara dan ditugaskan meninjau perkembangan seorang pelaku kekerasan seksual bernama Idris (Marwan Kenzari). Tahu kalau Nicoline tak berkeluarga, Idris mengira sang terapis bisa dimanipulasi dengan karisma dan rayuannya.
Siapa sangka, sang terapis ternyata bukan sosok naif yang mudah terperdaya hanya karena dianggap kesepian. Keduanya saling memanipulasi untuk mendapat kepentingan masing-masing. Idris ingin dianggap stabil dan bisa segera keluar dari penjara, sementara Nicoline ingin membuktikan ke rekan kerjanya kalau Idris belum benar-benar tobat dari kesalahannya.
Naskah macam ini bisa saja diromantisasi jadi hubungan asmara terlarang antara napi dan terapisnya. Namun, Halina Reijn berhasil mematahkan ekspektasi itu dan membuat film yang memikat dan menawan analisa relasi gendernya.
2. Bodies Bodies Bodies (2022)

Pada 2022, Reijn merilis proyek internasional pertamanya yang berjudul Bodies Bodies Bodies. Ia mengambil latar Amerika Serikat dan mendapuk karakter gen Z untuk membuat film thriller-psikologi yang beda dari lainnya.
Bodies Bodies Bodies berkutat pada sebuah momen reuni yang akhirnya berakhir tak sesuai ekspektasi. Menariknya, para peserta reuni ini datang dari kelas atas dan hanya sang lakon yang datang dari kelas pekerja, berlatar belakang imigran, dan outsider (bukan bagian asli dari sirkel pertemanan tersebut).
Saat sebuah insiden terjadi di tengah ketiadaan akses internet dan listrik, anak-anak kelas atas ini justru sibuk menyalahkan satu sama lain. Pertemanan toksik mereka mulai tersibak dan memperkeruh situasi.
Selain menyinggung kecenderungan manusia berpura-pura demi punya citra positif di media sosial, Halina Reijn sengaja menyisakan karakter perempuan di tengah pusaran konflik. Sering dianggap sebagai mahkluk yang emosional ketimbang logis, justru merekalah yang tersisa dan harus mencari solusi. Tokoh-tokoh pria di film ini antara jadi sumber masalah karena kecerobohannya, atau justru memperkeruh masalah karena melebih-lebihkan kapasitas aslinya.
3. Babygirl (2024)

Babygirl berhasil jadi highlight dalam karier Halina Reijn sebagai sutradara. Seperti biasa, psikologi perempuan jadi hal yang tak luput dari film-filmnya. Nicole Kidman ditunjuk memerankan Romy, perempuan paruh baya dengan karier cemerlang dan keluarga sempurna. Satu hari, ia bertemu dengan pegawai muda yang menyakinkannya untuk terlibat dalam sebuah hubungan seksual konsensual yang tak biasa.
Reijn menjadikan Romy sebagai potret represi seksual yang harus dihadapi perempuan. Meski awalnya hubungannya dengan si pemuda seperti sebuah liberasi, penonton dibuat sadar kalau Romy sebenarnya terjebak.
Hubungan gelapnya ini bisa jadi bola liar yang mematikan Romy dari berbagai sisi. Itu bisa menghancurkan karier, reputasi, dan keutuhan keluarganya sekaligus. Reijn juga melihat bahwa kecenderungan perempuan untuk jadi pihak submisif dalam sebuah hubungan adalah keputusan bawah sadar mereka yang merasa tak berhak untuk jadi dominan.
Penyertaan female psyche dalam film-film garapan sutradara perempuan harus diakui jadi pembeda di tengah industri yang masih didominasi pria. Seiring dengan perilisan Babygirl, The Outrun, The Substance, Your Monster, Love Lies Bleeding, sampai All We Imagine is a Light, industri film belum pernah seseru ini.