Kenapa Harus Nonton Abadi Nan Jaya? Ini Alasannya!

- Disutradarai oleh spesialis horor Kimo Stamboel
- Ide orisinal tentang penyebab wabah zombi dari ramuan jamu tradisional
- Cerita dan latar yang sangat melokal dengan detail budaya Indonesia
Kehadiran film Abadi Nan Jaya di Netflix yang rilis pada Kamis (23/10/2025) kemarin menjadi sorotan. Ia membawa babak baru bagi perfilman Indonesia. Film zombi arahan Kimo Stamboel ini menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menyajikan genre zombi dengan kualitas global.
Dengan premis unik dan ambisi produksi yang tinggi, Abadi Nan Jaya menetapkan standar baru bagi sinema horor di Tanah Air. Mulai dari efek spesial hingga detail koreografi zombi, semua digarap dengan serius. Kenapa kamu harus nonton Abadi Nan Jaya? Ini beberapa alasan yang mungkin bisa menggerakkanmu menontonnya!
1. Disutradarai oleh spesialis horor yang mumpuni

Salah satu alasan terbesar untuk tidak melewatkan film ini adalah hadirnya Kimo Stamboel di kursi sutradara. Reputasinya sudah dikenal sebagai spesialis horor–thriller yang cukup berani mengeksekusi visual brutal dan atmosfer mencekam, seperti pada Ratu Ilmu Hitam (2019) dan Badarawuhi di Desa Penari (2024).
Dengan keahlian membangun ketegangan, ritme cerita, hingga adegan aksi, Abadi Nan Jaya digarap dengan standar sinematik yang matang. Pace-nya terjaga, intensitas tidak turun di tengah jalan, dan setiap adegan memiliki tujuan jelas untuk menggerakkan cerita.
2. Ide orisinal tentang penyebab wabah zombi

Abadi Nan Jaya berhasil menghindari premis klise ala film-film zombi populer. Asal-usul wabahnya justru datang dari ramuan jamu tradisional yang dibuat dengan tujuan menciptakan efek “keabadian”.
Cerita bermula ketika Sadimin (Donny Damara), pemilik pabrik jamu, mencoba ramuan khusus agar bisa tampak lebih muda. Awalnya memang ampuh, dengan kerutan yang menghilang dan tubuh yang terlihat bugar. Namun setelahnya, ia menjadi agresif dan mulai menyerang keluarganya hingga memicu wabah tak terduga. Premis ini terasa segar, karena memadukan budaya lokal dengan unsur horor, sekaligus memberi komentar halus tentang obsesi manusia terhadap awet muda dan solusi instan.
3. Cerita dan latar yang sangat melokal

Selain premis jamu yang dekat dengan kultur Indonesia, film ini juga memaksimalkan pedesaan Yogyakarta sebagai ruang ceritanya. Lingkungan asli dengan sawah luas dan rumah yang berjauhan membuat situasi wabah terasa jauh lebih genting karena bantuan tidak mudah datang.
Film ini juga memasukkan detail budaya yang sangat familiar bagi penonton lokal, seperti hajatan sunatan, tradisi keluarga untuk merayakan kedewasaan anak laki-laki. Kehadiran momen ini membuat horornya terasa relateable, seolah bisa terjadi di lingkungan kita sendiri.
Tak hanya mengandalkan elemen survival, Abadi Nan Jaya memadukan horor zombi dengan drama keluarga yang sering kita jumpai, seperti konflik perebutan harta warisan atau keretakan keluarga. Lapisan emosional ini memberi kedalaman pada cerita, membuat teror tidak hanya menegangkan, tetapi juga dapat menyentuh hati penonton.
4. Karakteristik zombi yang detail dan berkonsep

Kualitas proper film Abadi Nan Jaya terlihat jelas dari desain zombinya. Tim produksi melakukan riset untuk menciptakan zombi dengan konsep biologis yang konsisten.
Inspirasi visualnya sendiri diambil dari kantong semar, tumbuhan pemakan daging. Sentuhan ini juga menghasilkan tekstur kulit yang organik dan memicu trypophobia bagi sebagian penonton. Menariknya, perilaku mereka pun punya aturan. Misalnya, zombi melambat ketika terkena hujan karena dianggap darahnya “panas”, sehingga air memberi efek menenangkan.
Dipadukan dengan pelatihan koreografi intensif bagi para pemeran, setiap gerakan zombi terlihat terencana dan meyakinkan. Kalau nonton, kamu gak akan mengira kalau ini film asal Indonesia, lho!
5. Persiapan produksi yang totalitas

Keseriusan produksi juga pantas diapresiasi. Ratusan pemeran zombi mendapatkan pelatihan koreografi khusus, sementara tim tata rias dan prostetik bekerja ekstra untuk mempertahankan konsistensi tampilan lebih dari 200 zombi di set. Zombi yang tampil close-up bahkan membutuhkan hingga 3 jam makeup demi hasil yang maksimal.
Aktor-aktor utamanya mengikuti workshop selama 3 bulan, termasuk latihan fisik dan stamina untuk adegan aksi intens. Kualitas teknis dan detail yang diprioritaskan ini menunjukkan bahwa Abadi Nan Jaya benar-benar ingin memasang standar baru untuk film zombi Indonesia.
6. Strategi bertahan yang amburadul, tapi natural

Salah satu detail kecil yang mungkin luput disadari, tetapi ikut membuat film ini terasa lebih hidup, adalah bagaimana karakter-karakternya tidak selalu mengambil keputusan benar saat panik. Strategi bertahan hidup mereka sering berantakan, bukan karena bodoh, tapi karena situasinya kacau dan mereka manusia biasa, bukan pahlawan ala Hollywood.
Contohnya, ketika seorang polisi desa berniat mengalihkan perhatian zombi dengan kembang api, lemparannya justru meleset dan rencananya gagal total. Atau momen Karina (Eva Celia) yang panik saat mengoperasikan truk untuk kabur, tapi malah salah memilih tuas sehingga menimbulkan suara keras dan memperkeruh keadaan.
Kesalahan-kesalahan ini tidak hanya memicu ketegangan dan rasa frustasi penonton, tapi juga membuat reaksi para karakter terasa alami dan dekat dengan realita saat dalam kondisi genting.
Pada akhirnya, Abadi Nan Jaya membuktikan bahwa film zombi lokal bisa tampil rapi, punya konsep yang jelas, dan bernyawa. Eksekusinya juga terasa solid dan segar, kan? Buat kamu yang sudah menontonnya, menurutmu bagian mana yang paling membuat film ini terasa proper?


















