Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Novel yang Menampilkan Perempuan Mendobrak Batasan Gender

ilustrasi membaca buku (pexels.com/karolina-grabowska)
ilustrasi membaca buku (pexels.com/karolina-grabowska)
Intinya sih...
  • Novel The Handmaid's Tale mengisahkan perempuan di bawah rezim Gilead yang melarang hak-haknya. Offred berjuang keluar dari sistem patriarki yang ekstrem.
  • To Kill a Mockingbird menampilkan Scout Finch yang ingin mendobrak norma feminin dan isu rasisme dalam tahun 1930-an.
  • Circe menceritakan tentang identitas kuat perempuan eksil dan hubungannya dengan manusia dan dewa.

Dunia sastra dipenuhi dengan novel-novel yang menghadirkan beragam cerita dan tema. Tak terkecuali kisah-kisah perempuan yang sering terkekang oleh norma-norma sosial yang membuatnya sulit mengekspresikan diri. Namun, beberapa perempuan dengan berani mencoba untuk melawan stereotip membatasi mereka.

Mendobrak batasan norma dan gender bukanlah hal yang mudah. Sebagian perempuan harus berjuang, tak hanya dari struktur sosial, tetapi orang-orang terdekat mereka, yang sering kali menjadi pergolakan batin. Berikut beberapa rekomendasi novel yang menampilkan perempuan mendobrak batasan gender dan norma yang bisa menginspirasimu.

1. The Handmaid's Tale–Margaret Atwood

sampul buku The Handmaid's Tale (ebooks.gramedia.com)
sampul buku The Handmaid's Tale (ebooks.gramedia.com)

Berlatar pada masa depan distopia, The Handmaid’s Tale berkisah tentang para perempuan yang dilucuti hak-haknya. Mereka hidup di bawah rezim Gilead di mana perempuan dilarang bekerja, memiliki properti, bahkan membaca. Kedudukan perempuan dibagi menjadi beberapa hirarki berdasarkan fungsi reproduksi dan kelas ekonomi.

Novel yang rilis tahun 1985 ini memakai sudut pandang tokoh Offred, seorang handmaid atau pelayan yang bertugas melahirkan anak-anak bagi majikannya. Offred ingin keluar dari sistem patriarki yang sangat ekstrem. Perlawanan pada penindasan dan obyektifikasi perempuan memenuhi kisah dalam novel ini.

The Handmaid’s Tale sempat diangkat menjadi serial televisi dengan judul yang sama. Namun, kamu perlu membaca novel ini terlebih dahulu sebelum menonton serialnya. Supaya kamu mengetahui detail cerita yang lebih mendalam, sekaligus membangun imajinasimu.

2. To Kill a Mockingbird–Harper Lee

sampul buku To Kill a Mockingbird (ebooks.gramedia.com)
sampul buku To Kill a Mockingbird (ebooks.gramedia.com)

To Kill a Mockingbird merupakan novel masyhur dari penulis Amerika Serikat, Harper Lee. Novel ini berkisah tentang Scout Finch, anak perempuan yang lebih suka memakai pakaian mirip pria dan melakukan hobi yang dianggap maskulin. Berlatar di tahun 1930-an, tentu bukan hal yang umum dan wajar bila anak perempuan bersifat tomboi, tetapi Scout Finch ingin mendobrak norma itu.

Selain isu perempuan, isu rasisme juga menjadi tema sentral dalam novel ini. Kulit putih masih dianggap ras superior dibanding kulit hitam. Stereotip dan prasangka buruk pada kulit hitam tergambarkan detail dari novel ini. Menilik pada rasisme yang masih jadi permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, novel To Kill a Mockingbird menguliti isu-isu sosial yang masih relevan hingga saat ini. Mulai dari feminisme, rasisme, bahkan kesenjangan ekonomi. Kamu akan berlajar pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam bermasyarakat. Termasuk kegigihan dari seorang anak perempuan yang hidup pada masalah sosial yang berlapis-lapis.

3. Circe–Madeline Miller

sampul buku Circe (gramedia.com)
sampul buku Circe (gramedia.com)

Mitologi Yunani memiliki dewi-dewi dan tokoh-tokoh perempuan yang gigih dan kuat. Salah satunya adalah Circe yang dibahas dalam novel Circe yang terbit tahun 2018. Novel epik ini menceritakan tentang Circe yang merupakan penyihir yang diasingkan di pulau terpencil. Novel ini mengeksplor tentang identitas dan karakter kuat dari perempuan eksil.

Pengasingan Circe yang pada awalnya dianggap sebagai hukuman, berubah menjadi pencarian jati diri. Circe menemukan bahwa pengasingannya terjadi karena sihirnya terlalu kuat, sehingga harus dijauhkan dari manusia dan Olympus. Perempuan yang kuat sering kali dianggap sebagai ancaman, oleh sebab itu perempuan harus ditundukkan atau dijauhkan agar tak merusak tatanan sosial.

Novel Circe tersedia dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Kamu akan menemukan sudut pandang baru tentang kisah unik Circe, termasuk romansa cinta dan hubungannya dengan manusia dan para dewa.

4. A Thousand Splendid Suns–Khaled Hosseini

sampul buku A Thousand Splendid Suns (goodreads.com)
sampul buku A Thousand Splendid Suns (goodreads.com)

Khaled Hosseini dikenal sebagai penulis yang karyanya menggunakan latar belakang Negara Afghanistan dengan tema-tema kemanusiaan dan isu politik. Berlatar di Afghanistan juga, A Thousand Splendid Suns mengisahkan tentang Laila yang dijadikan isteri kedua oleh Rasheed setelah perang di Kabul pecah. Mariam, sebagai isteri pertama Rasheed, merasa cemburu dengan kehadiran Laila. Namun, hubungan mereka perlahan membaik karena mereka berbagi luka dan derita yang sama.

Mariam dan Laila sadar bahwa posisi isteri ke berapa pun tak menguntungkan perempuan. Mereka tetap menghadapi penindasan dan patriarki yang brutal di dalam rumah tangga. Women support women dan solidaritas sesama perempuan menyelimuti kisah mengharukan di antara Mariam dan Laila. Mereka mencoba menemukan cara melawan ketidakadilan dalam rumah tangga.

Meskipun cerita yang diangkat hanya berputar pada kehidupan rumah tangga Mariam dan Laila. Namun, novel yang terbit tahun 2007 ini cukup merepresentasikan kondisi perempuan-perempuan Afghanistan. Novel ini juga menekankan bahwa rezim yang memimpin punya andil kuat dalam memperlakukan perempuan melalui kebijakan dan politik.

5. The Hunger Games–Suzanne Collins

Buku The Hunger Games (ebooks.gramedia.com)
Buku The Hunger Games (ebooks.gramedia.com)

The Hunger Games merupakan novel populer dari Amerika Serikat yang sempat diadaptasi ke dalam Film. Katniss Everdeen adalah tokoh sentral dalam novel ini. Ia hidup di era distopia, di Negara Panem yang dipimpin oleh Capitol, seorang otoriter yang membagi wilayah negara menjadi 12 distrik. Capitol mengadakan acara tahunan yang mengerikan yaitu Hunger Games. Tiap distrik harus mengirimkan satu anak laki-laki dan satu anak perempuan dalam rentang usia 12-18 tahun sebagai upeti, dan mereka harus bertarung satu sama lain.

Katiniss kemudian secara sukarela mendaftarkan dirinya dalam arena berburu yang diadakan Capitol. Di beberapa hal Katniss mencoba mendobrak norma-norma sosial dalam novel ini. Ia lebih menyukai pakaian yang praktis dan mengambil alih tugas pemburu, yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki. Ia juga mengambil peran sebagai pelindung keluarga, yang biasanya peran ini diambi oleh laki-laki.

Bila kamu sudah menonton The Hunger Games versi film, kamu harus membaca versi novel. Karena beberapa detail dan cerita sejarah Negara Panem dijelaskan gamblang. Novel ini memakai sudut pandang Katniss Everdeen, jadi kamu akan lebih merasakan jalan cerita dari sisi tokoh utama.

Terkadang, stereotip gender membuat perempuan sulit mengejar potensi dan passion mereka. Perempuan dilarang melakukan ini dan itu karena dinilai menyalahi nilai-nilai feminitas yang seharusnya dimiliki perempuan. Melalui rekomendasi novel yang menampilkan perempuan mendobrak batasan gender, kamu akan semakin mengerti bahwa hal ini turut mendukung perempuan untuk memperluas pilihan hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us