Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film India RRR, Karya Hiperbola yang Menghipnotis

Ran Charam dan Jr NTR dalam film RRR (dok. DVV Entertainment/RRR)

Sangat lumrah melihat film India, terutama Bollywood (film yang dibuat di kota Mumbai) dan Tollywood (dibuat di Selatan India dengan bahasa Telugu), yang dikemas dengan pendekatan hiperbola. Dengan pendekatan itu pula durasi film India biasanya bisa melebihi durasi normal 120 menit. Sama dengan film sensasional berjudul RRR yang saat ini tayang di Netflix.

Dengan durasi 3 jam, film ini justru jadi salah satu yang mencuri perhatian banyak orang. Judulnya beberapa kali menghiasi nominasi ajang film bergengsi, mulai dari New York Film Critics Circle Award, Critics' Choice Movie Award, dan Golden Globes. Terakhir film ini diprediksi jadi nomine kuat di Academy Awards tahun ini.

Apa sih keistimewaan RRR? Bagaimana film ini bisa jadi film hiperbolis yang berhasil merebut banyak nominasi internasional bergengsi? Ini ulasannya.

1. Gaya hiperbolis dalam film mungkin bisa membuatmu sedikit muak di awal

Ran Charam dan Jr NTR dalam film RRR (dok. DVV Entertainment/RRR)

Kalau kamu berharap film ini akan penuh adegan realistis macam film-film gelombang baru India, RRR mungkin bukan tontonan yang kamu harapkan. S.S. Rajamouli justru setia pada identitas film Bollywood dan Tollywood yang selalu diiringi nyanyian dan tarian serta adegan-adegan hiperbola.

Ini yang mungkin membuat beberapa pihak akan memilih menyudahi filmnya karena muak dengan ketidaklogisan adegan. Salah satunya adalah kekuatan salah satu karakter yang melebihi manusia biasa hingga lompatan-lompatan yang terlihat dibuat-buat bak film laga kolosal. Diperparah juga dengan fakta bahwa film ini dibuat dengan dubbing yang sering kali tidak sinkron, membuatnya makin tak realistis.

2. Bersabarlah sedikit dan nikmati ide cerita garapan sutradara S.S. Rajamouli

Ram Charan dan S.S. Rajamouli (instagram.com/alwaysramcharan)

Namun, janganlah terburu-buru menghakimi film ini. RRR yang berlatarkan India prakemerdekaan ternyata punya plot yang asyik dan beda dari film pahlawan biasa. Seperti kamu yang menikmati sinema-sinema Marvel Cinematic Universe (MCU), Rajamouli selaku sutradara juga menyiapkan backstory menarik untuk tiap lakonnya.

Itu ditambah juga dengan alur yang lumayan kompleks dan tidak tertebak arahnya. Jika kamu mau bersabar sedikit, film ini akan membuatmu hanyut dan ogah beranjak dari kursi.

3. Pelintiran alur di tengah film sukses membuat penonton bertahan sampai akhir

Ram Charan dan Jr NTR dalam film RRR (dok. DVV Entertainment/RRR)

Seiring berjalannya film, beberapa adegan yang awalnya tidak masuk akal akan terjawab. Backstory salah satu lakon mulai diungkap Rajamouli. Ini membuat cerita jauh lebih memikat dan membuatmu ikut merasakan simpati yang sama besarnya pada dua lakon. Awalnya mereka diposisikan oleh Rajamouli sebagai pihak yang bertentangan. 

Rajamouli juga dengan piawainya tidak membeberkan pelintiran alurnya dalam satu waktu. Ia dengan sengaja membocorkannya secara bertahap guna tetap mendapatkan perhatian penontonnya. 

4. Lagu dan tariannya punya andil dalam plot, bukan hanya pengisi durasi

Ran Charam dan Jr NTR dalam film RRR (dok. DVV Entertainment/RRR)

Melansir wawancara Rajamouli dengan Deccan Herald, RRR adalah film Tollywood. Ia kemudian menjelaskan bedanya dengan Bollywood. Selain kota pusat industrinya, Tollywood menggunakan tarian dan nyanyian sebagai elemen bercerita. Layaknya ketika kamu menonton film musikal Disney yang ketika karakternya bernyanyi, liriknya punya andil dalam plot.

Ini yang membuat nyanyian dan tarian dalam RRR tak terasa membosankan. Ada cerita yang disampaikan dan berkaitan dengan plot sehingga penonton diharapkan tidak menganggapnya sebagai filler belaka.

5. Film bernuansa heroisme, maskulinitas, dengan bumbu kekerasan masih jadi formula jitu untuk menarik penonton

Ran Charam dan Jr NTR dalam film RRR (dok. DVV Entertainment/RRR)

Keberhasilan film RRR merebut perhatian kritikus di berbagai ajang penghargaan jadi bukti bahwa film bernuansa heroisme dengan karakter maskulin dan bumbu adegan aksi-kekerasan masih jadi formula tepat meraih simpati penonton. Kecenderungan sineas membuat sinema dengan rumus ini pernah dibahas Richard Sparks dalam jurnal berjudul "Masculinity and Heroism in the Hollywood 'Blockbuster’: The Culture Industry and Contemporary Images of Crime and Law Enforcement". 

Dalam jurnal tersebut, ia membahas bagaimana pegiat industri film Hollywood melihat karya-karya dengan karakter heroik laki-laki bisa merealisasikan dua pendekatan dalam teori film sekaligus. Pertama, pendekatan sinematik lewat struktur film yang jelas dan plot yang runtut, logis, dan memuaskan.

Kedua, pendekatan tujuan dan resepsi. Ini berhubungan dengan motivasi, alasan, identitas, dan tujuan karakter. Semakin relevan dan representatif, sebuah film akan makin mudah menarik simpati penonton. RRR memenuhi kedua pendekatan tersebut dan semua itu menjelaskan keberhasilan mereka.

Bagaimana pendapatmu tentang film RRR?  Pantaskah mereka dapat atensi besar seperti yang terjadi sekarang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo
EditorAtqo
Follow Us