6 Sutradara Paling Sering Tampil di Venice Film Festival

Festival film memang terbuka buat siapa saja yang berhasil memenuhi syarat, tetapi gak bisa dimungkiri mereka punya semacam peserta langganan. Tepatnya, sutradara-sutradara yang beberapa kali menayangkan film garapan mereka secara perdana di festival itu.
Jafar Panahi, Xavier Dolan, Ruben Ostlund, Hirokazu Koreeda dan Apichatpong Weerasethakul misalnya, adalah langganan setia Cannes Film Festival. Lantas, bagaimana dengan Venice International Film Festival? Siapa sih sutradara yang paling sering berpartisipasi di salah satu festival film bergengsi dunia itu?
1. Luca Guadagnino hampir selalu menayangkan filmnya secara perdana di Venice Film Festival

Meski tak semua, sebagian besar film Luca Guadagnino ditayangkan perdana di Venice Film Festival, termasuk film debutnya. Mereka antara lain The Protagonists (1999), I Am Love (2009), A Bigger Splash (2015), Suspiria (2018), Bones and All (2022), Queer (2024), dan yang terbaru After the Hunt (2025). Hanya Call Me by Your Name (2017) dan Challengers (2024) yang terlompat. Ini karena Call Me by Your Name tayang di Sundance Film Festival dan Challengers tayang langsung di bioskop setelah terhambat aksi mogok kerja SAG-AFTRA.
2. Si maestro film arthouse Amerika, Gus Van Sant sudah 3 kali berpartisipasi di Venice Film Festival

Suka memadukan avant-garde dan realisme, Gus Van Sant dengan mudah dapat apresiasi di Venice Film Festival. Partisipasi pertamanya tercatat lewat film queer berjudul My Own Private Idaho pada 1991 dan Even Cowgirls Get the Blues, dua tahun kemudian. Lama vakum, Van Sant kembali ke Venezia lewat film Dead Man’s Wire (2025) yang membuatnya dapat 11 menit standing ovation. Meski tak sesering Guadagnino, Van Sant bisa dibilang salah satu sutradara Amerika Serikat yang karya independennya paling cocok dengan karakter festival bergengsi itu, yakni edgy dan estetik.
3. Werner Herzog, sang pelopor gelombang baru sinema Jerman

Keikutsertaan Werner Herzog di Venice Film Festival dimulai dengan penayangan perdana Scream of Stone (1991). Dilanjut dengan The Wild Blue Yonder pada 2005 dan dua film sekaligus pada 2009 berjudul Bad Lieutenant: Port of Call New Orleans dan My Son, My Son, What Have Ye Done? Pada 2025 Herzog dianugerahi Lifetime Achievement Award atas dedikasinya dalam dunia perfilman. Herzog adalah sutradara senior yang memelopori gelombang baru sinema Jerman bersama Rainer Werner Fassbinder dan Wim Wenders.
4. Spesialis film dokumenter Italia, Gianfranco Rosi

Rosi adalah sutradara Italia lain yang berstatus peserta langganan Venice Film Festival. Dikenal sebagai spesialis film dokumenter, Rosi pertama kali menuai popularitas lewat film SACRO GRA yang meraih Golden Lion di Venice International Film Festival 2013. Keikutsertaannya dilanjut lewat Notturno (2020) dan In Viaggio: The Travels of Pope Francis (2022). Film terbarunya Below the Clouds (2025) juga tayang perdana di festival bergengsi itu. Itu adalah film ketiganya yang memotret kehidupan sehari-hari di kota-kota Italia setelah SACRO GRA dan Fire at Sea.
5. Yorgos Lanthimos langganan Venice sejak The Favorite

Setia mengusung genre surealis dan absurdisme, tak heran melihat Lanthimos jadi langganan Venice Film Festival. Ia pertama kali berpartisipasi lewat The Favorite (2018). Kemudian dilanjut dua film lainnya, Poor Things (2023) dan yang paling mutakhir Bugonia (2025). Selain Venice, Lanthimos sebenarnya juga langganan Cannes Film Festival. Beberapa filmnya yang tayang di Cannes antara lain The Lobster (2015), The Killing of a Sacred Deer (2017), Dogtooth (2009), dan Kind of Kindness (2024).
6. Noah Baumbach, langganan baru di Venice Film Festival

Tidak seperti beberapa sutradara lain dalam daftar ini. Partisipasi Baumbach di Venice International Film Festival baru dimulai pada 2019. Tepatnya saat ia merilis Marriage Story yang akhirnya dibeli hak siarnya oleh Netflix beberapa bulan berselang. Ia kembali ke Venezia pada 2022 untuk penayangan perdana film White Noise dan 3 tahun kemudian seiring perilisan film Jay Kelly. Noah Baumbach adalah salah satu sutradara indie yang juga dikenal lewat beberapa kolaborasi ciamiknya dengan Greta Gerwig, tepatnya di film Frances Ha (2012), Mistress America (2015), dan Barbie (2023).
Bisa jadi langganan festival film bergengsi bukan hanya soal kualitas, tetapi juga kecocokan gaya sinematik mereka dengan karakter festival itu sendiri. Khusus buat Venice International Film Festival, sinema-sinema nyentrik, avant-garde, dan drama melankolis sepertinya sering banget dapat perhatian. Bagaimana dengan festival lain seperti Sundance, Cannes, dan Berlinale? Coba bagikan hasil amatanmu.