Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Kim Hong Sik Pekerjakan Lansia di Drakor The Fiery Priest 2

cuplikan drama The Fiery Priest 2 (instagram.com/SBS drama.official)

The Fiery Priest 2 menghadirkan villain baru yang mengerikan yakni Kim Hong Sik (Sun Joon). Setelah sukses menguasai pasaran narkoba di Asia Tenggara, Kim Hong Sik memutuskan untuk mengekspansi bisnis narkobanya tersebut ke tanah kelahirannya, Korea Selatan. Ia mempunyai tujuan utama, yaitu menjadi kartel narkoba terbesar di Asia. 

Karena ingin memproduksi narkoba dengan jumlah besar, Kim Hong Sik membangun pabrik narkoba yang besar dan canggih. Di pabrik tersebut, Kim Hong Sik mempekerjakan lansia. Lantas, apa yang membuat Kim Hong Sik mempekerjakan lansia? 

1. Para lansia mudah dikendalikan dan diintimidasi

cuplikan drama The Fiery Priest 2 (instagram.com/SBS drama.official)

Jika dilihat dari aspek produktivitas dan bisnis, maka mempekerjakan lansia jelas bukan sebuah keputusan yang baik dan efektif. Namun, sebagai pemimpin kartel yang berpengalaman, Kim Hong Sik mempunyai perspektif berbeda dalam melihat hal ini. 

Meski ia ingin memproduksi barang secara masif, namun kerahasiaan kartelnya lebih menjadi prioritas utamanya. Sehingga setelah melakukan banyak pertimbangan, mempekerjakan lansia dirasa lebih aman untuk keberlangsungan pabrik narkobanya tersebut.

Kim Hong Sik mempekerjakan lansia yang berasal dari panti jompo dan lingkungan dekat pabriknya berada. Sebagian besar lansia tersebut telah mempunyai usia yang udzur. Kemampuan berfikir dan daya ingatnya juga sudah melemah. Fisiknya juga tak lagi kuat. 

Dengan kondisi lansia seperti yang disebutkan di atas, keuntungan yang diperolah Kim Hong Suk adalah pekerja yang penurut dan mudah dikendalikan. Para lansia tersebut tidak banyak bertanya mengenai produk yang dibuat. Lalu, jika mereka melakukan perlawanan akan sangat mudah dihabisi nyawanya. 

2. Tidak mempunyai keluarga atau kerabat dekat

cuplikan drama The Fiery Priest 2 (instagram.com/SBS drama.official)

Sama seperti yang sudah diceritakan pada poin pertama bahwa para lansia berasal dari panti jompo dan lingkungan sekitar. Sebagian besar lansia tersebut hidup sebatang bara. Bahkan, tak sedikit yang ditelantarkan keluarganya. 

Lagi-lagi Kim Hong Sik jeli dalam melihat situasi ini. Dengan mempekerjakan lansia yang sudah terlantar, maka kerahasiaan pabriknya lebih terjamin. Sebab, tak ada yang anggota keluarga yang peduli mengenai pekerjaan yang dilakoni okeh para lansia tersebut. 

3. Tidak menuntut besaran upah

cuplikan drama The Fiery Priest 2 (instagram.com/SBS drama.official)

Para lansia tersebut telah memasuki usia tidak produktif. Sehingga, mereka tidak mempunyai pemasukan uang. Untuk mencukupi biaya sehari-hari, mereka hanya mengandalkan pemberian dari anak dan bantuan pemerintah. 

Pada saat Kim Hong Sik mengiming-imingi pekerjaan dengan upah yang besar, mereka langsung tergiur. Bahkan, tak ada dari mereka yang mempunyai inisiatif untuk menanyakan kontrak kerja dan besaran upahnya terlebih dahulu. 

4. Ingin menciptakan branding yang baik

cuplikan drama The Fiery Priest 2 (instagram.com/SBS drama.official)

Kim Hong Sik merupakan pebisnis ulang. Ia tahu bahwa dirinya harus beradaptasi dengan iklim bisnis orang Korea Selatan. Jika di Laos, ia bisa berpakaian seadanya bak preman pasar, maka di Korea Selatan ia harus terlihat rapi, wangi, dan meyakinkan. 

Kim Hong Sik ingin menciptakan branding yang baik untuk dirinya. Ia sering berkunjung ke gereja dan panti jompo. Untuk mendapat simpati dan review yang baik dari masyarakat, ia juga mempekerjakan lansia. 

Kim Hong Sik merupakan sosok bandar narkoba yang kejam dan berbahaya. Ia bisa dengan mudah membunuh orang. Oleh karena itu, dengan bekerja di pabrik narkoba, nasib para lansia tersebut sebenarnya sedang dalam bahaya. Apakah kamu setuju dengan pendapat tersebut? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Benokaba
EditorBenokaba
Follow Us