5 Bahasan Seksisme di Drakor Love to Hate You, Kamu Sadar Gak?

Love to Hate You (2023) merupakan drakor orisinal Netflix yang mengusung genre romcom. Ceritanya terpusat pada kisah aktor dan pengacara perempuan yang sama-sama gak percaya cinta serta memiliki stigma tertentu terhadap lawan jenis.
Meski bergenre romcom, Love to Hate You gak hanya membahas cinta-cintaan. Sebaliknya, drakor ini turut mengulik isu sosial, terutama terkait seksisme dan diskriminasi gender dengan cara ringan serta gak menggurui.
Berikut ulasan lima hal tentang seksisme yang dibahas dalam drakor Love to Hate You yang mungkin juga kamu sadari. Penting untuk diketahui, lho!
1. Kentalnya budaya patriarki di Korea Selatan

Menonton sepuluh episode Love to Hate You sedikit banyak mengingatkan pada film adaptasi novel, Kim Ji Young, Born 1982 (2019). Kemiripan dua judul ini terletak pada ceritanya yang membahas tentang kentalnya budaya patriarki di Negeri Ginseng.
Film Kim Ji Young, Born 1982 terfokus pada perjuangan ibu muda, sementara Love to Hate You mengulik dari sisi anak perempuan yang tumbuh di keluarga patriarki. Tokoh utama drakor ini akhirnya menjadi orang dewasa yang trauma pada laki-laki dan enggan menikah.
2. Sikap misoginis menyulitkan istri dan anak perempuan

Interaksi pertama Yeo Mi Ran (Kim Ok Vin), tokoh utama drakor Love to Hate You, dengan budaya patriarki terletak pada keluarganya sendiri. Sang ayah adalah sosok misoginis yang kerap memandang remeh perempuan.
Gak hanya harus melihat penderitaan ibunya akibat sikap misoginis sang ayah, Mi Ran juga menjadi korban ketidakadilan. Ayahnya sering meremehkan dirinya dan gak menyayanginya sebesar sang kakak yang seorang laki-laki.
3. Gak hanya perempuan, seksisme juga menimpa laki-laki

Gak hanya membahas dari sisi perempuan, Love to Hate You juga mengulik persoalan seksisme pada laki-laki. Mi Ran dalam drakor ini dikisahkan punya stigma tersendiri terhadap laki-laki, terutama dalam hal hubungan romansa.
Mi Ran menganggap bahwa semua laki-laki gak bisa bersikap setia alias tukang selingkuh. Keyakinannya ini dipengaruhi pengalaman pribadi setelah dikhianati pacar pertamanya.
Kisah cinta sang sahabat, Shin Na Eun (Go Won Hee), yang selalu kandas mempengaruhi stereotipe tersebut. Ditambah trauma inner child akibat sikap misoginis sang ayah, bikin Mi Ran makin berprasangka negatif pada pria.
4. Diskriminasi gender di tempat kerja

Praktik diskriminasi gender di tempat kerja menjadi persoalan umum yang jamak diketahui. Isu ini dibahas dalam Love to Hate You melalui representasi firma hukum bernama Gilmu yang hanya mempekerjakan pengacara laki-laki. Perusahaan ini menganggap bahwa hak cuti haid, hamil, dan melahirkan itu merepotkan.
Menariknya, bentuk diskriminasi ini juga terjadi secara terbalik dalam drakor Love to Hate You. Ini terjadi saat Mi Ran diterima kerja di firma tersebut dan mengalahkan kandidat lain yang semuanya laki-laki karena dirinya adalah perempuan. Alasannya, salah satu klien penting firma Gilmu hanya ingin kasusnya ditangani oleh pengacara perempuan.
5. Adanya prasangka bahwa kesuksesan perempuan dilihat dari status sosial pasangannya

Stigma satu ini dikisahkan oleh Nam Kang Ho (Yoo Teo), aktor populer sekaligus kekasih Mi Ran. Awalnya, ia memandang bahwa perempuan hanya mengincar kesuksesan instan dengan menikahi pria kaya.
Pandangan ini muncul karena pengalaman hidupnya. Sang ibu memilih menikah hanya demi harta. Di sisi lain, cinta pertama Kang Ho juga mencampakkannya demi karier akting dan popularitas di dunia entertainment.
Kedua sosok perempuan penting dalam hidup Nam Kang Ho ini merepresentasikan stigma yang juga ada di masyarakat. Ini terkait keyakinan bahwa tugas perempuan hanya menikahi pria sukses dan kaya dan gak perlu bekerja keras sendiri.
Di sisi lain, Mi Ran menentang stigma ini. Seperti perempuan alfa pada umumnya, ia lebih ingin meraih kesuksesan dengan kemampuan dan kompetensi sendiri. Ia pun bekerja keras dan bersikap profesional dengan profesinya sebagai pengacara.
Meskipun begitu, Mi Ran tetap merasakan perbedaan perlakuan terkait status sosial sang pacar. Setelah hubungannya dengan Kang Ho terungkap, ia diperlakukan secara istimewa oleh rekan-rekan sejawat maupun bosnya.
Menyinggung isu-isu sosial terkait stigma dan diskriminasi gender, drakor Love to Hate You mengemasnya dengan cara berbeda serta ringan. Karena itu, drakor ini bisa mengajarkan mengenai permasalahan gender tanpa terkesan menggurui tapi tetap mengandung pelajaran hidup yang berharga.