5 Aktor Korea yang Menderita Gangguan Panik, Kesulitan Menghadapinya!

Gangguan panik ditandai dengan kondisi ketakutan yang intens dan mendadak, disertai reaksi fisik yang ekstrem. Maka dari itu, banyak aktor Korea Selatan yang merasa sangat kesulitan menghadapinya. Butuh waktu bagi mereka untuk menerima fakta bahwa mereka mengidapnya.
Nah, berikut deretan aktor Korea yang pernah menceritakan perjuangannya dalam menghadapi gangguan panik. Mereka merasa kesulitan karena masalah psikologis itu sebenarnya membuatnya susah menjalani berbagai pekerjaannya. Yuk, simak!
1. Cha Tae Hyun

Di program National Bang Bang Cook Cook pada 2021, Cha Tae Hyun mengaku pernah mengalami masa sulit secara mental. Ia menderita gangguan panik, sampai sering pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Ia pertama kali pingsan ketika pergi ke Amerika Serikat untuk jadi MC.
Cha Tae Hyun pingsan 30 menit sebelum siaran, jadi tak bisa tampil di bagian pertama acara. Setelah itu, dia jadi tak bisa pergi ke Amerika Serikat lagi. Namun, dia berjuang mengatasi rasa takutnya terhadap penerbangan jarak jauh dengan membintangi Where on Earth?.
Cha Tae Hyun menyadari, bahwa gangguan paniknya bisa kembali kapan saja. Meskipun begitu, dia sudah berusaha menghadapinya dengan menerimanya. Ia tak berhenti berusaha agar rasa takutnya perlahan-lahan berkurang. Ia juga tahu pentingnya minum obat atau menjalani terapi. Namun, dia tetap mencoba cara lain juga untuk berani menghadapi sendiri.
2. Lee Byung Hun

Dalam wawancara dengan majalah Esquire pada 2016, Lee Byung Hun mengaku menderita gangguan panik sejak beberapa tahun sebelumnya. Kepribadiannya memang mudah gugup. Namun, ketika gangguan panik itu mendadak menyerang, dia jadi tak bisa bernapas. Ia tak tahu kenapa ini terjadi.
Kadang, dalam fan meeting atau siaran radio publik, Lee Byung Hun tidak bisa mendengar apa pun dan pikirannya jadi kosong. Ia jadi berpikir untuk melarikan diri saat itu terjadi, setidaknya selama 10 menit. Namun, pada akhirnya dia menyimpulkan, bahwa meskipun nanti pingsan, maka dia akan pingsan di lokasi kegiatannya saja. Ia pun bisa bertahan dengan pemikiran itu.
3. Lee Hee Joon

Di program FM Movie Music Jung Eun Chae pada 2018, Lee Hee Joon mengatakan, dia menderita gangguan panik saat sedang aktif berakting di drama dan kegiatan lainnya. Ia berjuang keras untuk mengatasinya, tetapi justru makin parah. Awalnya, sulit untuk menerima kenyataan itu.
Hanya saja kondisi Lee Hee Joon jadi jauh lebih baik setelah dia menerimanya. Ia pun mengatakan, film pendek Mad Rush yang dia bintangi dan sutradarai didasarkan pada pengalamannya selama berjuang dengan gangguan paniknya dalam beberapa tahun. Film itu juga terpilih sebagai salah satu finalis untuk kategori film pendek di Jeonju International Film Festival.
4. Jung Hae In

Melalui program You Quiz on the Block pada 2024, Jung Hae In mengaku sadar dirinya memperoleh popularitas saat membintangi Something in the Rain (2018) saat berusia 31 tahun. Ia bersyukur karena mendapat peran di drama itu. Namun, tantangan terbesarnya adalah kondisi fisiknya.
Sebab, dia belum sepenuhnya siap dengan popularitasnya. Akibatnya, Jung Hae In jadi menderita insomnia yang parah dan gangguan panik. Ia kerap merasa takut dan cemas ketika berdiri di depan kamera yang memungkinkan publik untuk menilainya. Ia bahkan pernah tak keluar dari rumah untuk waktu yang lama.
Jung Hae In perlahan jadi takut bertemu orang-orang. Ia juga sedih saat sadar ada orang yang tidak menyukainya dan memberi komentar jahat. Dia berhasil menghadapi keterpurukannya itu dengan menyadari, tak semua orang akan menyukainya. Ia hanya fokus memberikan yang terbaik pada orang yang mendukungnya.
5. Yang Ik Joon

Di program Oh Eun Young’s Golden Counseling pada 2022, Yang Ik Joon mengaku menderita gangguan panik. Namun, dia pernah mencoba mengatasinya sendiri tanpa mencari bantuan profesional. Gangguan paniknya jadi bertahan selama 7 tahun, lalu dia harus berjuang melawannya selama 13 tahun. Ia juga meminta untuk diizinkan pakai kacamata dan minum pil untuk menenangkan dirinya di acara itu.
Aktor Korea di atas membuat publik bersimpati dengan keadaannya. Mereka juga sempat terpuruk karena sulit menerima kenyataan. Namun, mereka perlahan bangkit untuk mencoba menemukan keberanian dalam menghadapinya.