Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Cara Melawan Ageism: Persepsi Usia untuk Karier yang Inklusif

ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@arlington_research)
ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@arlington_research)

Ageism, atau diskriminasi berdasarkan usia, adalah tantangan yang masih sering dihadapi oleh pekerja berusia di atas 40 tahun, terutama perempuan. Dalam dunia kerja yang sering kali memprioritaskan kaum muda, para pekerja berpengalaman sering kali diabaikan atau dianggap kurang relevan.

Namun, perubahan persepsi tentang usia di tempat kerja sangat penting untuk memastikan bahwa setiap individu mendapatkan kesempatan yang sama, terlepas dari usia mereka.

1. Menyoroti keahlian dan pengalaman yang berharga

ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@jasongoodman_youxventures)
ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@jasongoodman_youxventures)

Cara terbaik untuk melawan ageism adalah dengan menunjukkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki pekerja senior. Pengalaman bertahun-tahun di industri tertentu memberikan wawasan yang mendalam, pemecahan masalah yang lebih matang, dan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika bisnis.

Pekerja yang lebih tua sering kali membawa stabilitas, kebijaksanaan, dan keterampilan interpersonal yang lebih terasah, yang sangat penting untuk keberhasilan tim dan perusahaan. Menyoroti nilai-nilai ini kepada atasan dan rekan kerja dapat membantu mengubah persepsi tentang usia sebagai penghalang dan memperlihatkan usia sebagai aset yang berharga.

2. Mendorong pembelajaran dan keterbukaan terhadap perubahan

ilustrasi perempuan (unsplash.com/@microsoft365)
ilustrasi perempuan (unsplash.com/@microsoft365)

Salah satu stereotip yang sering dilekatkan pada pekerja senior adalah bahwa mereka sulit beradaptasi dengan perubahan, terutama yang berkaitan dengan teknologi. Namun, banyak pekerja berpengalaman yang terus belajar dan berkembang, termasuk menguasai keterampilan baru yang relevan.

Mendorong pembelajaran sepanjang hayat, seperti mengikuti pelatihan atau kursus baru, dapat membuktikan bahwa pekerja senior juga terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Dengan menunjukkan fleksibilitas dan keinginan untuk terus belajar, mereka dapat mematahkan stereotip tersebut dan menunjukkan bahwa usia tidak menentukan kemampuan untuk beradaptasi.

3. Membuka dialog tentang keanekaragaman usia di tempat kerja

ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@wocintechchat)
ilustrasi perempuan di kantor (unsplash.com/@wocintechchat)

Keanekaragaman usia di tempat kerja memberikan perspektif yang lebih luas dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dengan lebih efektif. Penting untuk membuka dialog tentang ageism dan keanekaragaman usia, baik di antara karyawan maupun manajemen.

Dengan mempromosikan budaya kerja yang inklusif dan mendukung, perusahaan dapat menciptakan lingkungan di mana setiap pekerja merasa dihargai, terlepas dari usia mereka. Workshop atau diskusi terbuka tentang bias usia dapat membantu meningkatkan kesadaran dan mengubah cara pandang perusahaan terhadap tenaga kerja senior, serta menciptakan peluang yang lebih setara.

Menghadapi ageism di dunia kerja memerlukan upaya untuk mengubah persepsi bahwa usia merupakan halangan bagi produktivitas dan inovasi. Dengan menyoroti keahlian dan pengalaman, terus belajar, serta membuka dialog tentang keanekaragaman usia, pekerja senior dapat memainkan peran penting dalam menciptakan tempat kerja yang lebih inklusif. Usia tidak harus menjadi penghalang, melainkan dapat menjadi kekuatan yang berkontribusi pada keberhasilan bersama di dunia kerja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anastasia Jaladriana
EditorAnastasia Jaladriana
Follow Us