Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Dampak Workaholic pada Hubungan Personal yang Jarang Disadari! 

ilustrasi wanita menggunakan blus polkadot (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi wanita menggunakan blus polkadot (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernahkah kamu merasa bahwa pekerjaan telah mengambil alih hidupmu? Bagi sebagian orang, bekerja keras adalah cara untuk mencapai kesuksesan, tetapi tahukah kamu bahwa menjadi workaholic bisa berdampak serius pada hubungan personal? Meskipun bekerja dengan giat sering dianggap sebagai hal yang positif, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sering kali terabaikan. Artikel ini akan membahas tiga dampak workaholic pada hubungan personal yang mungkin jarang disadari.

Hubungan personal, baik dengan pasangan, keluarga, atau teman, membutuhkan waktu dan perhatian. Namun, ketika pekerjaan menjadi prioritas utama, hubungan tersebut bisa terganggu tanpa disadari. Mulai dari komunikasi yang menurun hingga konflik yang tak terhindarkan, dampaknya bisa merusak ikatan emosional. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

1. Komunikasi yang semakin menurun

ilustrasi wanita menggunakan pakaian vintage (pexels.com/Aline Viana Prado)
ilustrasi wanita menggunakan pakaian vintage (pexels.com/Aline Viana Prado)

Dampak terbesar dari workaholic adalah menurunnya kualitas komunikasi dalam hubungan personal. Ketika waktu dan energi habis untuk pekerjaan, seringkali tidak ada lagi ruang untuk berbicara atau sekadar bertukar cerita dengan orang terdekat. Padahal, komunikasi adalah fondasi utama dalam membangun hubungan yang sehat. Tanpa komunikasi yang baik, jarak emosional bisa semakin melebar.

Selain itu, workaholic cenderung lebih fokus pada urusan pekerjaan, bahkan saat berada di rumah. Hal ini membuat pasangan atau keluarga merasa diabaikan. Misalnya, saat makan malam bersama, alih-alih berbicara tentang hari mereka, workaholic mungkin justru sibuk memikirkan deadline atau membalas email. Akibatnya, hubungan menjadi kurang bermakna dan terasa hambar.

2. Munculnya konflik yang tak terhindarkan

ilustrasi teman pendiam (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi teman pendiam (pexels.com/Pixabay)

Workaholic seringkali tidak menyadari bahwa kebiasaan mereka bisa memicu konflik dalam hubungan. Pasangan atau keluarga mungkin merasa kesal karena waktu bersama selalu dikorbankan untuk pekerjaan. Misalnya, janji makan malam atau liburan keluarga yang dibatalkan karena tuntutan pekerjaan bisa menimbulkan kekecewaan. Jika hal ini terjadi terus-menerus, konflik pun sulit dihindari.

Selain itu, workaholic cenderung lebih mudah stres dan lelah, yang bisa memengaruhi suasana hati mereka di rumah. Ketika stres pekerjaan dibawa ke rumah, hal ini bisa menciptakan ketegangan dalam hubungan. Pasangan atau keluarga mungkin merasa tidak nyaman karena suasana rumah menjadi tegang dan kurang menyenangkan. Jika tidak segera diatasi, konflik ini bisa merusak hubungan dalam jangka panjang.

3. Kehilangan momen berharga dalam hidup

ilustrasi pasangan yang sedang bersantai (unsplash.com/Harli Marten)
ilustrasi pasangan yang sedang bersantai (unsplash.com/Harli Marten)

Dampak workaholic yang paling disesali adalah kehilangan momen berharga dalam hidup. Ketika pekerjaan menjadi prioritas utama, momen-momen penting seperti ulang tahun, perayaan keluarga, atau bahkan sekadar menghabiskan waktu santai bersama seringkali terlewatkan. Padahal, momen-momen inilah yang sebenarnya memberikan makna dalam hidup.

Tidak hanya itu, workaholic juga cenderung kehilangan kesempatan untuk membangun kenangan indah bersama orang terdekat. Misalnya, saat anak tumbuh besar atau pasangan membutuhkan dukungan emosional, workaholic mungkin terlalu sibuk untuk hadir secara penuh. Akibatnya, hubungan menjadi kurang erat dan penuh penyesalan di kemudian hari.

Menjadi workaholic mungkin terlihat seperti jalan menuju kesuksesan, tetapi dampaknya pada hubungan personal seringkali diabaikan. Dari menurunnya kualitas komunikasi, munculnya konflik, hingga kehilangan momen berharga, efeknya bisa sangat merugikan. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fiqrah Risar Mohammed Risar
EditorFiqrah Risar Mohammed Risar
Follow Us