Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Keterasingan Buruh di Dunia Kerja Menurut Teori Alienasi Kerja

ilustrasi kehidupan karir (pexels.com/Yan Krukov)
Intinya sih...
  • Karl Marx menjelaskan alienasi kerja antara borjuis dan buruh, dengan buruh sebagai pekerja tanpa sarana kerja.
  • Buruh mengalami alienasi dari hasil kerja karena tidak mengekspresikan hasrat dan produknya diambil oleh pemilik modal.
  • Dalam sistem kapitalisme, buruh terasing dari dirinya sendiri dan hubungan sosial menjadi kompetisi untuk mencapai keuntungan.

Seorang sosiolog yang bernama Karl Marx menjelaskan pemikirannya terkait alienasi kerja atau keterasingan kerja. Yang mana terjadi ketimpangan hubungan antara kaum borjuis dengan buruh. Kelas borjuis atau kaum kapitalis sendiri merupakan para majikan yang memiliki alat produksi berupa mesin-mesin industri, pabrik, dan tanah. 

Sedangkan, kelas buruh ialah mereka yang melakukan pekerjaan tanpa memiliki tempat dan sarana kerja. Meski kaum borjuis dan buruh terlihat saling membutuhkan, tetapi posisi kelas mereka yang berbeda membuat peluang hidup keduanya juga berbeda. Saat upah yang didapatkan kecil, kaum buruh harus bertahan hidup dengan tetap menerima pekerjaan dari kaum borjuis.

Sebaliknya, kaum borjuis tetap bisa bertahan hidup tanpa adanya kaum buruh. Hal tersebut dikarenakan saat kaum buruh yang satu pergi, maka banyak pengangguran di luar sana yang siap menggantikannya. Pada akhirnya, semua itu membuat posisi buruh menjadi terasing dari berbagai dimensi kehidupan. Apa saja keterasingan buruh di dunia kerja menurut teori alienasi kerja? Temukan jawabannya di bawah ini.

1. Alienasi dari hasil kerja seseorang

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Alienasi dari hasil kerja seorang buruh ini terbagi menjadi dua keterasingan. Pertama, alienasi atau keterasingan dari hasil kerja karena pekerjaan yang dilakukan bukanlah ekspresi dari hasrat dan keinginan buruh. Secara lebih kompleks, buruh sebagai pekerja hanya memproduksi apa yang diinginkan oleh majikannya sebagai pemilik modal, bukan dirinya.

Kedua, alienasi dari hasil kerja karena produk dari tindakan bekerja oleh buruh itu diambil oleh pemilik modal. Ketika buruh mengarahkan hidupnya dalam suatu objek (produksi produk bagi majikannya), maka kehidupan buruh bukan lagi menjadi miliknya dan bahkan menjadi milik objek. Sehingga, semakin besar produksinya, maka makin besar keterasingan buruh dari hidupnya sendiri.

Bahkan, hasil produksi bukan menjadi bagian dari buruh, melainkan di luar buruh. Layaknya seorang buruh memproduksi istana megah yang megah dan mempesona bagi orang kaya. Tetapi, buruh hanya memiliki gubung rumah reyot sebagai tempat tinggal. Dalam hal ini inilah, hasil kerja menjadi asing bagi buruh yang sebagai pekerjanya.

2. Alienasi dari proses produktif

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Definisi produktif dalam teori alienasi kerja ialah ketika buruh benar-benar memproduksi apa yang menjadi keinginannya. Namun, kenyataannya dalam sistem kapitalisme, ia memproduksi sesuai keinginan majikannya.

Sehingga, kegiatan produksi bagi buruh hanyalah sebuah rutinitas harian yang membosankan. Bahkan, jika bisa memilih ia tak ingin melakukan kegiatan tersebut. Sayangnya, tuntutan akan pemenuhan kebutuhan hidup membuat buruh harus bertahan di dalamnya.

Pada akhirnya, kerja adalah aktivitas yang asing bagi buruh. Efek keterasingan dari pekerjaan terlihat dari ketidaknyamanan buruh di tempat kerja. Tak hanya itu, ketidaknyamanan tersebut membuat buruh ingin cepat-cepat pulang.

Hal tersebut karena sejatinya buruh tidak mendapatkan produktivitas kerja yang membuatnya berkembang dan maju. Kepura-puraan menjadi rajin dalam bekerja itu demi kepuasan maksud dan tujuan majikannya memperkerjakan dia.

3. Alienasi dari kemanusiaannya

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Dalam teori alienasi kerja, buruh digambarkan hanya memiliki kehidupan yang berfungsi kebinatangan saja. Mulai dari makan, minum, dan melakukan reproduksi. Hal tersebut sebagai konsekuensi dari aktivitas kerja yang menjadikan buruh tidak bisa mengaktualisasikan dirinya secara bebas.

Secara lebih kompleks, kemanusiaan yang terletak pada kebebasan dan penentuan tujuan yang otonom menjadi hilang ketika kerja dimaknai sebagai pemenuhan kebutuhan instingtif hewani. Jadi, ketika manusia terasing dari dirinya dan kemanusiaannya, maka ia hanya bisa memandang dirinya sebagai makhluk pekerja (terasing).

4. Alienasi dari orang lain

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Dalam sistem kapitalisme, Karl Marx menganggap hubungan yang terjalin terkondisi saling berkompetisi. Dengan begitu, buruh di dunia kerja akan menganggap sesama buruh sebagai saingannya. Nah, kondisi persaingan ini menjadikan seseorang saling mengasingkan diri satu sama lain. Mengapa begitu? Hal tersebut karena mereka tidak lagi bisa hidup bersama dengan orang lain karena semua orang ialah saingan untuk mencapai keuntungan yang lebih besar lagi. Sehingga, relasi dengan orang lain selalu dimaknai untuk tujuan keuntungan, bukan lagi sebagai makhluk sosial yang saling hidup berdampingan.

5. Alienasi dari diri sendiri

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/kaboompics)

Inilah puncak dari segala keterasingan yang ada, yakni buruh terasing dari dirinya sendiri. Sistem kapitalisme yang menguntungkan majikan, membuat hidup buruh tidak lagi bermakna. Mulai dari relasi dengan sosial yang dirusak oleh kompetisi, aktivitas keseharian dalam bekerja hanya dirasa sebagai rutinitas belaka, hingga hasil produksi buruh dicuri.

Dalam kondisi ini, tentu buruh kehilangan penghargaan akan dirinya sendiri serta hilang kepercayaan diri. Buruh tidak merasa dirinya hidup dan tidak memiliki gairah. Ya, pekerjaan yang ada membuat buruh terasing dari dirinya sendiri.

Itu tadi lima keterasingan buruh dari teori alienasi kerja by Karl Marx. Meski teori tersebut cukup klasik, nyatanya dalam kehidupan saat ini masih sering terjadi, ya. Kalau kamu sendiri sebagai pekerja pernahkah mengalami keterasingan seperti itu? Jika iya, jangan lupa terapkan batasan agar tidak terjerumus dalam keterasingan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us