5 Tips Public Speaking ala Disma Rasty, Jadi Makin Percaya Diri!

Bayangkan kamu hanya punya sekali kesempatan. So, gunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Buatlah kesan yang tak terlupakan di bagian opening. 

Buatlah pantun yang relate dengan materi atau kondisi peserta pada saat itu. Kamu bisa menggunakan pantun yang lucu dan sederhana. Kemudian, bisa juga dengan bercerita. Para peserta sangat suka mendengar kisah yang menggugah jiwa. Kamu bisa bercerita tentang kegagalan, keberhasilan, dan hal-hal yang membuatmu bangkit kembali. 

Selain kedua alternatif tersebut, kita bisa juga melakukan opening dengan berinteraksi. Sedikit chit chat dan pertanyaan sederhana bisa membangun keakraban. Saat keakraban sudah terbangun, akan mudah untuk selalu engage dengan peserta. 

Saat presentasi, memberi sambutan, dan menjadi pewara kita boleh kok bawa catatan kecil berisi ringkasan materi. Akan tetapi, perlu diingat, saat show time jangan terlalu fokus pada catatan tersebut. Tidak menutup kemungkinan para peserta akan bosan karena merasa dicuekin.

Sebagai tambahan, metode akronim bisa diterapkan untuk menulis catatan kecil. Misalnya, kamu mau presentasi tentang tips agar tetap produktif. Tulislah di catatanmu dengan akronim satu kata: BAGELAT. Akronim ini punya arti (1) BAngun pagi, (2) GErakan peregangan, dan (3) LATih diri untuk menulis list harian.

Dengan menulis akronim kamu pun gak butuh terlalu banyak menghafal. Saat tiba-tiba nge-blank, panduan poin-poin pada catatan ini akan sangat membantumu.

Saat tampil sebagai pembicara profesional kamu perlu mengerahkan anggota tubuh dengan pas dan tidak berlebihan. Contohnya, kamu bisa menggunakan tangan untuk menekankan materi yang sedang kamu bawa. Dalam setiap kesempatan public speaking, Disma sering menerapkan beberapa gestur, seperti mode menara, pick the cherry, dan upper hand. 

Pertama, mode menara dilakukan untuk mempertegas otoritas. Hal ini dilakukan dengan cara mempertemukan 2 telapak tangan seperti menara terbalik. Kedua, untuk menekankan poin materi, kita bisa menggunakan mode pick the cherry. Terakhir, mode upper hand dilakukan dengan menengadahkan tangan seperti gerakan mempersilakan. 

Gak cuma penyanyi yang bisa ngenakin lagu, pembicara juga bisa ngenakin materi, lho. Lalu, bagaimana caranya? Disma membagikan beberapa tips mudah untuk kita semua. 

Menurut Disma, kita perlu memainkan intonasi pada setiap akhir kalimat. Kemudian, setiap selesai satu kalimat kita bisa memberi jeda 2 detik yang dikombinasikan dengan anggukan kepala.

Secara tidak sadar, gerakan anggukan kepala ini mampu memengaruhi para peserta agar setuju dengan pernyataan kita. Fyi, jangan lupa untuk terus melatih artikulasimu agar terdengar semakin jelas.

Saat menjadi pembicara ataupun pewara, kamu adalah pusat perhatian. Oleh sebab itu, Disma memberikan tips agar mengenakan pakaian yang lebih outstanding. Misalnya, pada acara tersebut semua peserta menggunakan batik. Kamu pun bisa ikut menggunakan batik dengan kombinasi blazer. 

Untuk warna pakaian, kamu bisa menyesuaikan dengan brand yang saat itu sedang mengundangmu sebagai pembicara. Untuk alas kaki, para perempuan bisa menggunakan sepatu heels dengan tinggi maksimal 5 cm demi kenyamanan.

Akan tetapi, pemilihan pakaian ini dikembalikan lagi dengan suasana dan tema yang sedang berlangsung. Jangan sampai saltum, ya! Jika peserta yang datang adalah usia remaja, sesuaikan pula dengan gaya mereka yang casual. 

Jika saat ini kamu belum mempunyai keterampilan public speaking yang bagus, itu bukan masalah. Public speaking adalah ilmu yang bisa dipelajari. Dengan tekun berlatih, kamu bisa tampil memukau dan percaya diri. Jika perlu, kamu bisa mengikuti kursus public speaking. Semangat!