Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips jika Nafkah dari Suami Terlalu Sedikit, Siapkan Diri Ikut Kerja

ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Di masyarakat Indonesia, urusan nafkah keluarga biasanya menjadi tanggung jawab utama seorang suami atau ayah. Kalaupun istri bekerja, sifatnya hanya membantu tugas besar pasangannya. Masih banyak pula perempuan yang memutuskan untuk tidak bekerja dan fokus mengasuh anak.

Selama nafkah keluarga lancar barangkali bukan masalah. Kebutuhan sehari-hari masih terpenuhi dengan baik. Namun, persoalan muncul apabila nafkah dari suami terlalu sedikit atau mulai seret. Uang yang diberikannya mepet sekali atau malah lebih sedikit daripada nominal yang dibutuhkan berdasarkan perhitunganmu.

Jika hal ini cuma terjadi dalam 1 atau 2 bulan mungkin kamu masih bisa menahan keluhan. Bagaimana kalau bulan demi bulan berganti dan ia tetap tak menambah jatah uang belanja bahkan boleh jadi terus memotongnya? Dirimu jangan terbawa emosi dulu. Coba lakukan enam langkah berikut.

1. Mengomunikasikannya dengan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Pasangan perlu diajak bicara tentang besaran nafkah yang diberikannya. Kalau sebelumnya dia memberikan uang yang lebih banyak, tanyakan kenapa terjadi penurunan? Apabila sejak dulu uang yang diberikannya memang segitu tetapi harga berbagai kebutuhan terus naik, kasih tahu juga.

Boleh jadi suami yang tak pernah ikut berbelanja dan mengecek harga-harga tidak menyadari adanya kenaikan. Kamu perlu menunjukkan perubahan harga berbagai kebutuhan dan menghitung total belanja kalian yang seharusnya. Bandingkan hasilnya dengan nafkah darinya.

Biarkan suami melihat selisih minus dari nafkah yang diberikannya. Apabila ia melihat sendiri tentang perubahan harga bermacam kebutuhan, boleh jadi dia mau menambah nafkahnya buat bulan depan. Kamu jangan terus memendam rasa pusingmu dalam mengelola uang yang gak seberapa.

2. Memahami kondisi pekerjaan dan keuangan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Jika setelah diskusi seperti dalam poin 1 disimpulkan bahwa suami tak bisa memberikan lebih banyak uang karena pekerjaannya sedang bermasalah, bersabarlah. Penghasilannya sampai terpengaruh. Terjadi penurunan pendapatan yang bisa dibawa pulang per bulannya.

Mau tak mau dia menjadi harus menyesuaikan uang belanja yang diberikan padamu. Dorong pasangan supaya terbuka mengenai situasi dalam pekerjaannya. Kalau ia agak ngegas seperti dengan berkata bahwa itu bukan urusanmu, sanggahlah.

Katakan bahwa besaran nafkah memengaruhi kehidupan keluarga kalian sehingga menjadi urusanmu juga. Sampaikan pula bahwa dengan dirimu tahu persoalan yang sesungguhnya, barangkali kamu bisa memberikan bantuan yang tepat. Semua demi jalannya keluarga kalian di tengah situasi pekerjaannya yang sedang kurang baik.

3. Memeriksa kebiasaan belanjamu

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Alex P)

Jangan merasa tersinggung dulu seakan-akan kamu sedang dituduh menjadi sebab pemborosan. Akan tetapi, kebiasaan berbelanja pemegang uang memang berpengaruh besar terhadap cukup atau tidaknya uang itu untuk sebulan. Bisa jadi bukan nafkah dari suami yang terlalu sedikit.

Namun, dirimu memang kurang cermat dalam berbelanja dan punya cara pandang yang terlampau santai mengenai uang. Seperti, toh, nanti pasti pasanganmu masih mendapat bonus atau tunjangan ini itu. Dapat pula kamu gak memanfaatkan harga promo serta berbelanja kapan pun dirimu menginginkannya.

Meski suami tidak memprotes, lakukan evaluasi mandiri saja. Kalau sampai ia komplain, nanti malah kamu tersinggung. Mending dirimu yang memeriksa sendiri kebiasaanmu dalam berbelanja lalu melakukan perbaikan. Misalnya, dengan kamu membuat jadwal belanja, mencatat kebutuhan, serta mengutamakan beli saat ada diskon besar.

4. Coba ikut bekerja dan iuran biaya hidup

ilustrasi bekerja (pexels.com/Jep Gambardella)

Khusus untukmu yang tidak bekerja, mungkin inilah waktunya buatmu ikut mencari nafkah. Apalagi ketika nafkah dari pasangan tak kunjung membaik bahkan makin berkurang. Seperti tadinya bonus penghasilan suami dikurangi. Namun, sekarang gaji pokoknya pun mulai dipangkas.

Atau, hari kerjanya dikurangi sehingga upah hariannya juga berkurang banyak sesuai jumlah libur. Keadaan yang segenting ini kudu cepat direspons. Gak usah ribut-ribut dengan pasangan. Lebih baik kamu mengajukan diri buat ikut bekerja baik di sektor formal maupun informal.

Sekalipun dulu pasangan gak mengizinkan dirimu bekerja, mungkin sekarang ia berubah pikiran. Mau tidak mau dia harus lebih realistis demi kepentingan keluarga. Jika pun selama ini kamu sudah bekerja tetapi gak ikut patungan biaya hidup, saatnya berkontribusi secara ekonomi.

Turunkan gengsi suami dengan kamu mengatakan bahwa bantuanmu boleh diterimanya hanya sampai situasi pekerjaannya membaik. Bila pekerjaan dan pendapatannya sudah pulih, kembali ke aturan semula dirimu gak bekerja atau gajimu cuma buat diri sendiri juga tak apa-apa. Negosiasi ini mengurangi perasaan dirinya telah gagal sebagai kepala keluarga.

5. Jangan menjatuhkan martabatnya di depan siapa pun

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Tanpa dirimu banyak bicara di depan orang lain tentang masalah nafkah suami yang berkurang, dia pun pasti sudah merasa buruk. Ada rasa malu dan khawatir atas kondisi keuangan pribadinya yang menentukan nasib istri serta anak-anak. Sedekat apa pun hubunganmu dengan seseorang, jangan memberitahunya tentang berkurangnya nafkah dari pasangan.

Begitu pula persoalan dalam pekerjaannya tidak perlu diumbar. Suamimu akan malu segala apabila masalah ini sampai diketahui orang-orang di sekitar kalian. Terlebih mereka gak bisa menjaga ucapan di depan pasanganmu. 

Sekalipun perubahan jumlah nafkah jelas membuatmu cemas serta tak puas, tahan perkataan di hadapan siapa saja. Andai ada tetangga atau keluarga yang menyadari akhir-akhir ini dirimu berhemat dan bertanya tentang penyebabnya, jangan terlalu jujur. Soal nafkah dari suami yang mengecil gak usah diberitahukan. 

6. Waspadai jika dia mampu tapi tak mau memberi nafkah yang memadai

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alena Darmel)

Meski demikian, kamu sebagai istri juga mesti waspada apabila nafkah dari suami menurun tanpa sebab yang jelas. Pekerjaannya baik-baik saja. Suami juga tak bisa menunjukkan bukti bahwa penghasilannya berkurang. Patut diwaspadai kemungkinan ia memang sengaja memotong nafkah buat keluarga.

Dirimu mesti kritis sampai pasangan memberikan alasan yang masuk akal. Utamanya kalau nafkahnya selama ini gak tersisa banyak setelah dipakai buat kebutuhan sehari-hari. Pun sisa itu tetap dilaporkan olehmu padanya, dikembalikan, atau ditambahkan ke pos tabungan. Cek pula perilakunya sehari-hari.

Apabila dia tampak dekat dengan lawan jenis lain secara gak wajar, boleh jadi sebagian jatah nafkah keluarga disalahgunakan untuk memanjakan perempuan itu. Kamu memang dilarang main tuduh, tapi tetaplah waspada serta mendesak penjelasannya. Lakukan sampai jatah nafkah kembali seperti semula. Jika dia terus berkelit, baru dirimu boleh menyatakan kecurigaanmu dan lihat responsnya.

Nafkah dari suami terlalu sedikit perlu disikapi berbeda, tergantung situasinya. Perhatikan betul penyebabnya agar suami tetap bisa menunaikan tanggung jawabnya pada keluarga. Di lain pihak, kamu juga mesti bijaksana. Kalau dirimu gak sabar, terlalu manja, serta sepenuhnya bergantung pada suami pasti akan terjadi pertengkaran hebat seputar uang setiap hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us