6 Tips Kasih Kesempatan Kedua untuk Karyawan yang Gak Jujur, Pindah!

Karyawan yang tidak jujur menjadi ancaman dalam usahamu. Apalagi ketidakjujurannya berkaitan dengan keuangan. Gara-gara ulahnya, pemasukan menjadi tidak optimal bahkan usahamu terus merugi. Namun, apakah pemecatan menjadi satu-satunya solusi?
Walaupun dirimu sebagai pemilik usaha sangat berhak melakukannya, sebaiknya tetap berikan kesempatan kedua. Boleh jadi setelah teguran yang keras dan sanksi, dia akan bekerja lebih baik. Pun di dalam kesalahannya tentu sedikit banyak ada kelalaianmu.
Jadikan momen dirinya ketahuan berbohong sebagai titik perbaikan besar-besaran dalam caramu menjalankan usaha. Hanya saja, karyawan dengan rekam jejak yang kurang baik begini memang memerlukan strategi penanganan yang khusus.
Ada kecenderungan orang yang gemar berbohong akan kembali mengulangi perbuatannya. Sebagai langkah penuh kewaspadaan, perhatikan enam tips berikut ini. Sebab, tidak semua karyawan layak memperoleh kesempatan kedua.
1. Dia harus bertanggung jawab dulu atas kesalahannya

Kesempatan kedua gak boleh diberikan begitu saja tanpa karyawan yang bermasalah terlebih dahulu mempertanggungjawabkan kesalahannya. Jika ia lepas tangan berarti dia juga siap melepaskan pekerjaannya. Meski dia gak mengajukan pengunduran diri, kamu saja yang langsung memberhentikannya.
Bentuk pertanggungjawabannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Contohnya, dia menggelapkan sejumlah uang. Maka ia wajib mengembalikannya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Misalnya, dirimu memberinya waktu maksimal 3×24 jam. Jika dalam waktu tersebut dia gak bisa mengembalikan kerugian perusahaan, maka kesempatan kedua pun tidak ada.
Ketegasan seperti ini harus diterapkan supaya seseorang tak lantas mempermainkan kebaikanmu. Kalau ia menawar dengan cara mencicil pengembalian uang setiap gajian, itu bakal makan waktu berbulan-bulan. Dalam rentang waktu tersebut, bisa saja dia kembali melakukan perbuatan jahat yang membuat kerugian kantor makin besar lalu kabur.
Selama 3×24 jam waktu yang diberikan itu, ia dapat dinonaktifkan dulu dari posisinya. Terutama apabila posisi tersebut memungkinkannya untuk mengakses data-data penting dan keuangan. Kamu bisa mengambil alih tugasnya atau menyerahkannya pada orang lain yang tepercaya sembari menunggunya menunjukkan kesungguhan.
2. Jangan dipertahankan di posisi yang sama

Terlalu berbahaya apabila kamu membiarkan orang yang gak jujur tetap di posisinya. Sekalipun dia sudah menunjukkan pertanggungjawaban, potensi untuk terjadinya peristiwa yang sama amat besar. Masih dengan contoh perilaku tak jujur soal keuangan. Ia memang telah mengembalikan kerugian kantor.
Namun, dia juga sangat tahu tentang celah-celah dalam pengelolaan keuangan yang bisa dimanfaatkannya. Bahkan, peristiwa baru-baru ini yang membongkar kebohongannya menjadi pengalaman berharga. Ia dapat merencanakan strategi baru yang lebih rapi supaya tindakan jahatnya lebih aman.
Ketika kamu membiarkannya menempati posisi yang sama, jangan kaget apabila ke depan dia merugikan perusahaan jauh lebih besar daripada waktu itu. Pindahkan karyawan yang bermasalah ini ke bidang yang amat berbeda.
Tentu, hal itu bakal menimbulkan stres baru dalam dirinya dan dia butuh waktu untuk beradaptasi. Namun, dirimu sedang mengamankan usaha dari ulah tak terpuji orang yang sama.
3. Tempatkan ia dalam tim agar memudahkan pengawasan

Orang yang bekerja sendirian di posisinya punya peluang lebih besar untuk melakukan kecurangan. Tentu ini kembali ke sifat masing-masing. Orang yang tetap jujur meski bekerja sendirian juga banyak. Akan tetapi, adanya teman satu tim memperkecil kemungkinan tersebut.
Kecuali, kebetulan dalam satu tim tersebut semuanya suka berbohong. Namun, ini pun biasanya gak bikin mereka selalu kompak dalam melakukan kejahatan. Adanya keinginan yang berbeda sering kali bikin mereka saling membongkar akal licik masing-masing. Kamu tinggal menerima laporan dan memeriksa kebenarannya.
Di luar kondisi ekstrem seperti di atas, masih banyaknya karyawan yang jujur bikin kamu lebih tenang. Meski dirimu tidak boleh lengah lagi, bantuan mereka untuk mengawasi karyawan yang pernah berbohong sangat berharga.
Berikan reward buat karyawan yang berani melaporkannya saat hendak curang lagi. Sebaliknya, karyawan yang mengikuti kesukaannya berbohong atau melindunginya diberikan punishment.
4. Memperbaiki celah dalam sistem

Kamu dituntut untuk terus melakukan penyempurnaan dalam sistem. Adanya karyawan yang dengan mudahnya berbuat tidak jujur menandakan sistem dalam usahamu masih lemah. Misalnya, dalam hal keuangan. Dirimu memercayakan seluruh uang yang masuk pada satu orang.
Pertimbanganmu mungkin karena orang ini punya latar belakang pendidikan keuangan dan berpengalaman. Kamu juga ingin lebih fokus memikirkan strategi pengembangan usaha. Akan tetapi, gara-gara itu justru sebagian besar uangmu akhirnya dipakainya buat kepentingan pribadi. Dirimu sebagai pemilik usaha malah tak memegang uang sama sekali.
Aksesmu pada data keuangan amat terbatas. Bahkan untuk mengambil uang yang sebetulnya seluruhnya milikmu, dirimu mesti minta izin dulu padanya. Besaran uang yang dapat kamu ambil pun tergantung dari keputusannya.
Sistem begini tak boleh lagi diteruskan. Dirimu sebagai pemilik usaha tetap harus menjadi pemegang uang. Orang lain cukup mengurus laporannya.
5. Katakan bahwa ini kesempatan terakhirnya

Sebaiknya ini bukan gertak sambal, ya. Kesalahan karyawan akibat ketidaktahuan tidak sama dengan sengaja berbohong. Kalau ia hanya tak tahu, maka tugasmu adalah memberitahunya atau memberikan pelatihan tambahan. Anak buah ini bahkan gak perlu langsung dipindahtugaskan.
Beri dia kesempatan buat belajar lebih banyak. Sementara itu, karyawan yang berbohong mesti diperingatkan dengan sangat keras. Kesempatan kedua boleh diberikan, tetapi cukup sekali saja. Ke depan dia kembali tidak jujur yang mengakibatkan usahamu merugi, langsung saja memecatnya.
Kamu sangat berhak melakukannya. Terlebih sejak awal penerimaan karyawaan, dirimu sudah menekankan pentingnya kejujuran. Jangan menjilat air liur sendiri. Selain kesempatan berkali-kali hanya akan kembali disalahgunakannya, karyawan lainnya bisa ikut-ikutan. Mereka tidak melihatmu sebagai sosok yang perlu disegani sebab tak tegas.
6. Evaluasi secara berkala

Tidak ada karyawan yang berbohong pun, evaluasi berkala mesti dilakukan. Apalagi dengan adanya orang yang mulai coba-coba mengakalimu. Evaluasi mesti lebih sering dilaksanakan pada semua karyawan. Jangan cuma fokus pada satu karyawan yang bermasalah itu.
Potensi ketidakjujuran ada dalam diri setiap orang sehingga seluruhnya perlu diwaspadai. Bukan dicurigai secara berlebihan. Khusus untuk karyawan yang telah punya catatan buruk terkait kejujuran, evaluasinya mesti mendalam. Sebaiknya kamu tak hanya memercayakan evaluasi ini pada staf lain.
Turunlah langsung agar semua orang tahu betapa seriusnya masalah integritas bagimu. Ini juga mencegah karyawan tersebut mencoba menyogok orang yang ditugaskan olehmu buat melakukan evaluasi. Berikan shock therapy untuk seluruh karyawan, khususnya orang yang gak jujur. Supaya mereka lebih termotivasi buat menjaga kepercayaanmu.
Masalah yang berkaitan dengan kejujuran memang sering berulang. Akan tetapi, sebisa mungkin kamu jangan langsung melakukan pemecatan seakan-akan menutup kesempatan untuknya memperbaiki diri.
Namun, ini juga tergantung jumlah kerugian yang ditimbulkannya. Kalau nilai kerugiannya amat besar, kamu berhak memberhentikannya saat itu juga bahkan melaporkannya ke polisi.