Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Red Flag Kantor yang Harus Kamu Waspadai

Seorang pria yang mendapatkan banyak tugas(pexels.com/Gustavo Fring)
Seorang pria yang mendapatkan banyak tugas(pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Karyawan produktif dengan lingkungan kantor ideal
  • Perubahan teknologi dan jobdesk sesuai divisi
  • Kecemburuan sosial, keegoisan rekan kerja, dan ketidakjelasan komunikasi dalam kantor
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lingkungan kantor yang ideal tercipta ketika karyawan merasa nyaman dalam bekerja. Banyak faktor penunjang agar terciptanya lingkungan yang ideal. Diantaranya ada fasilitas pendukung, rekan kerja serta pimpinan. Jika sudah ideal maka karyawan akan lebih optimal dalam bekerja.

Siapapun ingin mempunyai lingkungan kantor yang baik. Namun hal ini sulit diwujudkan ketika benar-benar berada pada budaya yang toxic. Kantor adalah tempat kedua setelah rumah, jika lingkungannya saja tak menyehatkan bagaimana mau berbicara tentang masa depan? Hati-hati jika kantormu punya lingkungan yang tidak ideal.

1. Karyawan harus mengerjakan tugas lintas divisi

ilustrasi suasana kerja menegangkan. (Pexels.com/ Antoni Shkraba)
ilustrasi suasana kerja menegangkan. (Pexels.com/ Antoni Shkraba)

Adanya perubahan teknologi dan era digitalisasi membuat pekerjaan juga mengalami pergeseran. Tapi bukan berarti memaksa karyawan mengerjakan tugas yang bukan divisi mereka. Sistem berubah atau penyesuaian pekerjaan bisa diterima ketika memang sesuai dengan jobdesk karyawan.

Jangan sampai sebagai pemimpin atau yang memangku kebijakan ini, menempatkan karyawan tak sesuai porsi. Jika hal tersebut terjadi tentu berdampak negatif bagi perusahaan karena karyawan bisa tak produktif dan kehilangan fokus.

2. Gosip bisa mempengaruhi cara pandang karyawan tentang perusahaan

ilustrasi sekelompok karyawan sedang menikamati waktu istirahat (Pexels.com/ Pavel Danilyuk)
ilustrasi sekelompok karyawan sedang menikamati waktu istirahat (Pexels.com/ Pavel Danilyuk)

Banyak kabar burung tentang buruknya seorang atasan atau rekan kerja, bisa berpengaruh pada karyawan lain yang mendengarnya. Karyawan tersebut akan memiliki persepsi negatif walau tak mengalaminya.

Jika karyawan sudah terpengaruh maka mereka tak akan semangat untuk bekerja. Bahkan beberapa orang berpikir ingin segera resign hanya karena mendengar sesuatu buruk tentang perusahaan yang belum tentu benar.

3. Diskriminasi dalam meraih promosi

ilustrasi dua orang wanita berjabat tangan (Pexels.com/ Tima Miroshnichenko)
ilustrasi dua orang wanita berjabat tangan (Pexels.com/ Tima Miroshnichenko)

Ketidakterbukaan dalam menentukan proses kenaikan jabatan tentu menimbulkan kecemburuan sosial bagi karyawan lain. Apalagi sudah ketahuan jika yang dapat promosi itu dekat dengan atasan.

Karyawan dengan KPI (Key Performance Indicator) yang bagus serta punya kemampuan dan pengalaman, akan merasa terdiskriminasi oleh promosi karir yang tak adil. Karyawan tersebut sulit bertahan, jika punya lingkungan kantor yang mendiskriminasinya.

4. Rekan kerja yang saling sikut

ilustrasi seorang wanita sedang memberikan persentasi (Pexels.com/ Yan Krukau)
ilustrasi seorang wanita sedang memberikan persentasi (Pexels.com/ Yan Krukau)

Keegoisan rekan kerja yang ingin pekerjaannya aman, menggeser tujuan dari awalnya kepentingan organisasi menjadi kepentingn pribadi. Tak peduli apa yang terjadi pada rekan kerjanya, karyawan bisa saling tuduh dan saling hasut.

5. Tidak pernah mendapat apresiasi

ilustrasi seorang wanita yang lelah bekerja (Pexels.com/ Andrea Piacquadio)
ilustrasi seorang wanita yang lelah bekerja (Pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Sebaik apapun karyawan bekerja tidak ada artinya jika atasan hanya melihat kesalahan saja. Kalau salah dibesar-besarkan tapi jika kinerja bagus tidak di apresiasi. Ketimpangan ini membuat karyawan menjadi lesu dan mudah mengeluh.

Faktor mental karyawan yang sering disepelekan justru membuat perusahaan sulit berkembang. Jauh sekali dari lingkungan kantor ideal.

6. Kegagalan komunikasi

ilustrasi stres kerja di kantor (Pexels.com/ Yan Krukau)
ilustrasi stres kerja di kantor (Pexels.com/ Yan Krukau)

Terlihat paling mudah, nyatanya komunikasi menjadi elemen yang sulit untuk tercapai. Ada saja gagal informasi yang diterima sebagian pihak. Akhirnya saling salah menyalahkan. Oleh karena itu pemberi informasi harus sangat jelas, jangan hanya memberi kode, berharap pihak lain paham.

Tak kalah penting saat meeting harus ada notulen yang mencatat keseluruhan rapat. Strategi atau rencana tak akan disalah artikan, jika komunikasi ini berjalan dengan baik.

7. Tidak adanya pemeliharaan fasilitas

ilustrasi ruang kerja berantakan (Pexels.com/ Sander)
ilustrasi ruang kerja berantakan (Pexels.com/ Sander)

Perlengkapan dan peralatan kantor tentu mengalami penyusutan nilai dan bahkan dalam jangka waktu tertentu sudah tidak bernilai lagi karena rusak. Hal ini perlu menjadi perhatian karena fasilitas adalah media dalam menunjang pekerjaan.

Ruangan pun perlu dikaji ulang, jika terlalu sempit, banyak orang berdesakan didalamnya juga tak nyaman. Meja serta kursi tak tertata rapi, penyimpanan dokumen berantakan. Suasana yang semrawut menambah sesak para pekerja.

Jika kantormu punya ciri-ciri lingkungan yang tidak ideal. Maka ini saatnya membenahi, mulai memperhatikan hak dan kewajiban yang harus terpenuhi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurul hildayani
EditorNurul hildayani
Follow Us