Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Tips agar Anak Muda Lebih Dipercaya di Dunia Kerja

ilustrasi tim kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi tim kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Meski saat ini kerap disebut sebagai eranya anak muda, ternyata tidak mudah bagi generasi tersebut untuk memperoleh kepercayaan yang lebih tinggi dari orang lain terutama generasi yang lebih senior. Kemampuan anak muda kadang masih diragukan. Apalagi bila anak muda hendak menempati posisi strategis di kantor. 

Perlu usaha lebih untuk meyakinkan mereka bahwa anak muda layak dan mampu buat tugas tersebut. Proses mengambil kepercayaan ini bisa gak sebentar sehingga mereka tak akan kuat kalau hanya mengandalkan gimik. Sejak awal ketika memasuki kantor, penting untuk menerapkan tips agar anak muda lebih dipercaya di dunia kerja berikut ini.

1. Datang dengan kompetensi, bukan andalkan koneksi

ilustrasi suasana kerja (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi suasana kerja (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu tips agar anak muda lebih dipercaya di dunia kerja adalah tunjukkan kompetensimu. Kalau kebetulan punya koneksi di kantor, hal tersebut adalah privilese dan dapat dimanfaatkan secara positif. Yaitu, dengan tidak mengabaikan kompetensi diri. Bukan semata-mata kita mengandalkan koneksi yang dimiliki untuk memuluskan langkah.

Syarat-syarat yang diperlukan buat menduduki suatu posisi mesti dipenuhi. Sebisa mungkin kemampuan kita bukan sekadar rata-rata, melainkan ada nilai plusnya. Adanya koneksi memang membantu membuka pintu, tetapi kompetensi yang dimiliki mendatangkan sikap hormat serta rasa percaya yang lebih besar.

2. Mampu membicarakan hal-hal yang esensial, bukan sekadar berisik

ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Antoni Shkraba)

Sebagai anak muda, kita pasti suka mengkritisi apa saja. Namun, hati-hati menyalahartikan sikap kritis sebagai sekadar berisik. Ini tampak dari isi perkataan kita yang tidak bermutu, cuma bisa mencela tanpa memahami konteks apalagi kemampuan memberikan contoh yang benar.

Kita sangat boleh mengkritik serta punya gagasan untuk perbaikan. Akan tetapi, lakukan dengan santun dan kita mesti mempelajari betul hal tersebut supaya setiap kata menjadi bermakna, dapat diaplikasikan, serta menyentuh akar persoalannya. Hindari terlalu banyak bicara apalagi terlibat perdebatan dengan rekan kerja tanpa bekal wawasan yang cukup.

3. Jago cari solusi, bukan panik oleh situasi

ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Satu sisi, anak muda memang punya semangat yang menggebu-gebu. Di sisi lain, energi yang besar ini dapat berubah dengan cepat menjadi kepanikan ketika situasi yang dihadapi jauh di luar dugaan. Tugas kita adalah belajar menenangkan diri.

Ketenangan penting agar dalam suasana yang paling genting pun kita tak salah langkah bahkan menyusahkan orang lain. Ketenangan kita dalam menghadapi beragam persoalan bakal diperhatikan oleh rekan kerja serta atasan yang lebih senior. Pun ketenangan merupakan separuh jalan menuju pemecahan masalah.

4. Mampu berpikir logis dan berempati, bukan terbawa emosi serta egois

ilustrasi tim kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi tim kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Usia muda sering membuat kita larut dalam perasaan. Kalau sudah begitu, kemampuan bernalar kita seperti hilang. Akibatnya, kita bersikap penuh drama yang sama sekali tak mendekatkan pada solusi dan malah memicu berbagai problem baru.

Empati juga mesti dikuatkan dalam diri agar sikap kita tidak semena-mena pada siapa pun. Kurangnya kemampuan berempati menjadi penyebab dari buruknya attitude. Segala hal hanya akan dipandang dari keinginan dan kepentingan kita. Padahal, pekerjaan adalah urusan bersama dari semua orang yang ada di kantor sehingga seharusnya mereka juga didengarkan.

5. Memiliki loyalitas, jangan berkarakter kutu loncat

ilustrasi suasana kantor (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi suasana kantor (pexels.com/Ron Lach)

Kita bukannya gak boleh pindah pekerjaan kalau memang ada kesempatan lain yang lebih baik. Apalagi pekerjaan yang sekarang begitu menyiksa baik dari segi beban kerja, gaji, maupun sikap orang-orangnya. Namun, hal ini jangan dijadikan kebiasaan dan dilakukan tanpa pertimbangan yang matang.

Bagaimanapun juga, kita perlu belajar beradaptasi di suatu lingkungan. Semua hal akan terasa tidak mengenakkan pada awalnya, tetapi dapat membaik dengan proses penyesuaian diri. Anak muda yang berkarakter kutu loncat bakal lebih dianggap merepotkan bahkan membahayakan ketimbang dibutuhkan di suatu lingkungan kerja yang memerlukan kestabilan.

6. Terus belajar serta menghargai senior

ilustrasi sikap yang baik (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi sikap yang baik (pexels.com/Kampus Production)

Selain persoalan lamanya waktu bersama, rasa percaya terbentuk dari cara kita memperlakukan orang lain. Bila kita bersikap buruk pada mereka, tentu mereka akan terus mewaspadai kita. Bahkan ketidakramahan kita pada satu situasi saja bisa digeneralisasikan ke semua hal sehingga orang lain merasa perlu menjaga jarak.

Penting untuk kita tetap menghargai para senior sebagai dasar dari hubungan yang harmonis. Kemudian terus belajar baik secara mandiri maupun melalui pengalaman mereka. Ini bukan upaya menjilat mereka, tetapi lebih pada memanusiakan sesama dan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang akan menambah kemampuan kerja kita.

7. Menciptakan perubahan tanpa meninggalkan sebagian orang

ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi senior dan junior (pexels.com/Yan Krukau)

Anak muda suka dengan kebaruan yang membuat hidup menjadi lebih mudah; simpel; dan menghemat penggunaan waktu, biaya, serta energi. Kita mungkin selalu ingin menciptakan terobosan. Di samping lingkungan kerja memang menugaskan kita untuk hal tersebut.

Hanya saja, dalam berbagai perubahan itu hendaknya kita tak mengabaikan sebagian orang yang bakal merasa kesulitan buat mengikutinya. Bagaimanapun juga, kantor tidak hanya berisi anak-anak muda. Ada juga karyawan berusia di atas kita yang agak tertatih-tatih dalam mengikuti perubahan. Kita mesti memberi perhatian lebih pada mereka, bukan menyingkirkannya.

8. Melatih jiwa kepemimpinan

ilustrasi suasana kantor (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi suasana kantor (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Jalan untuk anak muda menuju posisi tertinggi di kantor mungkin masih panjang dibandingkan generasi yang lebih senior dan telah lama meniti karier. Namun, persiapan diri untuk menerima kepercayaan itu mesti dimulai sejak sekarang. Kalau kita terlambat melakukannya, bisa-bisa kepercayaan tersebut justru tak akan pernah diperoleh.

Jiwa kepemimpinan yang dimaksud meliputi 2 hal utama yaitu kemampuan mengambil keputusan serta bertanggung jawab. Akan tetapi, karakter lain yang ikut membentuk jiwa kepemimpinan masih banyak. Seperti disiplin, memahami akar dari beragam permasalahan, mencegah serta menangani konflik, dan banyak lagi. Siapa pun mustahil menyerahkan tampuk kepemimpinan pada seseorang yang gak menggambarkan jiwa tersebut.

Ketika sebagai anak muda diragukan oleh orang lain, jangan berhenti pada rasa kesal saja. Cari tahu mengapa mereka belum dapat memercayai kita padahal kita bertekad untuk bekerja dengan baik. Guna mendapatkan kepercayaan orang, kita perlu menunjukkan kualitas diri yang tinggi dan diuji oleh waktu. Selain itu, terapkan pula tips agar anak muda lebih dipercaya di dunia kerja seperti penjelasan di atas, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us