Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Stereotipe Mahasiswa Jurusan Pariwisata, Liburan Terus?

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Keira Burton)

 

"Hanya jalan-jalan saja kok sampai belajar 4 tahun?"

Begitulah komentar yang akan kamu dengar saat memutuskan untuk kuliah di jurusan pariwisata. Mungkin banyak orang yang menganggap ilmu pariwisata itu tidak terlalu penting, bahkan jurusan pariwisata hanya pilihan cadangan bagi mahasiswa yang tidak lulus di jurusan lain.

Padahal, kalau kamu pandai melihat kesempatan, besarnya potensi pariwisata Indonesia akan menjadi peluang emas untuk lulusan pariwisata. Walaupun sempat mati suri saat pandemik, industri pariwisata Indonesia mulai bangkit kembali.

Karena tidak terkenal seperti jurusan kedokteran, ekonomi atau teknik, jurusan pariwisata banyak mengundang pertanyaan dari orang-orang. Jika sekarang kamu berkuliah di jurusan pariwisata, pasti sering mendengar stereotipe ini. Mitos atau fakta, ya? 

1. Kuliahnya sambil jalan-jalan

ilustrasi study tour (pexels.com/Andrea Bosco)
ilustrasi study tour (pexels.com/Andrea Bosco)

Walaupun namanya pariwisata, tapi mahasiswanya tidak selalu jalan-jalan, kok. Study tour hanya dilakukan 1-2 kali setahun dan tentunya banyak tugas yang membebani selama tour tersebut.

Mahasiswa harus meneliti tentang objek wisata, wawancara, sebar kuisioner bahkan ada tugas praktek guiding selama perjalanan. Namun, asyiknya kamu bisa mendapat banyak ilmu tentang objek wisata serta menambah koleksi foto untuk di post ke Instagram. 

2. Bisa bicara banyak bahasa

ilustrasi bahasa asing (unsplash.com/Leonardo Toshiro Okubo)
ilustrasi bahasa asing (unsplash.com/Leonardo Toshiro Okubo)

Kemampuan berbahasa asing memang dibutuhkan bagi mahasiswa pariwisata, karena tak jarang harus berkomunikasi dengan turis asing saat mendapatkan tugas penelitian. Bahkan, terdapat mata kuliah bahasa asing tambahan seperti bahasa Jerman, Perancis, Jepang atau Mandarin. Namun tidak semua mahasiswa pariwisata itu multilingual, lancar berbahasa Inggris saja sudah cukup. Lagi pula, bahasa asing bisa dipelajari saat masa perkuliahan, kok. 

3. Biaya kuliahnya mahal

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Mahal atau tidaknya biaya kuliah itu relatif, namun untuk kampus swasta biayanya pasti lebih mahal, belum lagi ditambah uang gedung. Jika ingin biaya yang lebih murah, lebih baik memilih kampus negeri. Namun, biasanya fasilitas praktik di kampus swasta memang lebih lengkap. Kampus negeri yang memiliki jurusan pariwisata adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, Universitas Sumatera Utara, Politeknik Negeri Bali dan yang paling terkenal, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB).

4. Penampilan harus selalu rapi

ilustrasi wanita (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi wanita (pexels.com/Christina Morillo)

Jika bekerja di industri pariwisata kita akan bertemu banyak orang, maka dari itu penampilan sangatlah penting. Tak harus berwajah cantik atau tampan yang penting harus berpenampilan rapi. Hal ini biasa disebut personal grooming.

Aturan grooming di setiap kampus beragam, ada yang mengharuskan mahasiswa untuk memakai seragam dan pantofel seperti Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) dan Politeknik Negeri Bali (PNB), namun ada kampus yang aturan grooming-nya tidak terlalu ketat dan memperbolehkan mahasiswanya memakai baju bebas. 

5. Tahu tentang semua objek wisata

ilustrasi globe (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi globe (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernahkah kamu tiba-tiba ditanya tenang rekomendasi hotel atau objek wisata? Kejadian ini sering dialami oleh anak pariwisata, terutama saat kumpul bersama teman.

Tidak jarang, ada orang yang tiba-tiba bertanya sejarah suatu objek wisata. Anak pariwisata tidak menghafalkan nama objek wisata di seluruh Indonesia, apalagi dunia. Mempelajari objek wisata di kota domisili saja sudah cukup melelahkan. 

6. Skripsinya gampang, lulusnya cepat

ilustrasi wisuda (pexels.com/Davis Sanchez)
ilustrasi wisuda (pexels.com/Davis Sanchez)

Memang kuliah pariwisata tidak sesulit teknik atau kedokteran, tapi cepat lambatnya mahasiswa lulus itu tergantung mahasiswanya sendiri. Jika kamu mengambil judul skripsi yang sulit dan membutuhkan penelitian panjang, tentu saja skripsimu akan lama selesainya. 

7. Mata kuliahnya sedikit

ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain mata kuliah khusus seperti pariwisata nasional & international, guiding, ticketing, tour planning, MICE dan ground handling, terdapat juga mata kuliah umum seperti hukum, ekonomi, filsafat, pemasaran bahkan akutansi. Mata kuliah umum juga sangat penting dipelajari, karena ketika meneliti suatu objek wisata, kita juga harus memikirkan tentang aspek ekonomi, hukum, sejarah dan lain sebagainya.

8. Kerjanya pasti jadi guide

ilustrasi tour guide (unsplash.com/Bernie Almanzar)
ilustrasi tour guide (unsplash.com/Bernie Almanzar)

Zaman sekarang banyak orang yang bekerja tidak sesuai jurusan. Walaupun berpeluang besar jadi guide, lulusan pariwisata juga bisa mencoba pekerjaan di bidang kreatif seperti travel vlogger dan travel blogger. Selain itu, banyak lapangan kerja yang terbuka untuk lulusan pariwisata, kamu bisa kerja di penerbangan, kapal pesiar, dinas pariwisata bahkan event oganizer.

9. Tidak ada hitung-hitungan

ilustrasi matematika (pexels.com/Max Fischer)
ilustrasi matematika (pexels.com/Max Fischer)

Kalau tujuanmu masuk jurusan pariwisata untuk menghindari hitung-hitungan, maka kamu keliru. Di jurusan pariwisata, terdapat mata kuliah tour planning yang mengharuskan kamu untuk menghitung harga paket tour. Belum lagi menghitung harga tiket pesawat secara manual di mata kuliah ticketing reservasi.

Setiap jurusan kuliah pasti memiliki stereotipe masing-masing di mata orang lain. Sebagai mahasiswa atau calon mahasiswa pariwisata, stereotipe mana yang paling sering kamu dengar? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indiana Malia
EditorIndiana Malia
Follow Us