"Yuk Tukoni lahir bukan karena untuk bisnis, tetapi lebih ke gerakan sosial penyambung napas para UMKM,” kata Eri dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 pada Rabu (8/10/25).
Yuk Tukoni Manfaatkan Teknologi Guna Menyambung Hidup UMKM Jogja

Masih ingatkah kamu dengan masa pandemik COVID-19 yang melanda dunia di awal 2020 lalu? Dampak yang virus itu berikan gak main-main. Semua orang dipaksa bekerja dari rumah, yang mana sebenarnya tidak semua sektor bisnis bisa melakukan hal tersebut. Contohnya seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang biasa menjajakan produknya secara langsung. Mereka harus kehilangan pelanggan, padahal dari situlah mereka bertahan hidup.
Di Yogyakarta, beruntungnya ada sosok Eri Kuncoro yang tergerak hatinya untuk membantu UMKM di Kota Pelajar tersebut. Pebisnis asal Yogyakarta itu merasa sedih dengan banyaknya pedagang, yang kebanyakan makanan, harus gulung tikar dan pulang kampung karena produknya tidak laku. Dari sana, Eri bersama rekannya, Revo Suladasha, membentuk sebuah gerakan bernama Yuk Tukoni.
Yuk Tukoni memanfaatkan media sosial guna memasarkan produk-produk UMKM Yogyakarta. Hingga kini, terhitung sudah ratusan UMKM yang dibantu Yuk Tukoni supaya produk mereka dikenal dan dipesan lebih luas. Melalui seleksi ketat, UMKM yang berada di bawah naungan Yuk Tukoni dipastikan punya produk berkualitas. Pada akhirnya, bukan sebuah hal mengejutkan jika inisiatif Eri ini mengantarkannya pada penghargaan SATU Indonesia Awards pada 2020 lalu.
1. Kelesuan ekonomi saat pandemik jadi awal terbentuknya Yuk Tukoni

Pak Amin menjadi alasan kenapa Yuk Tukoni hadir. Pak Amin bukanlah sosok dengan jabatan tinggi, melainkan seorang pedagang mi ayam di dekat rumah Eri. Saat pandemik COVID-19 melanda dan menjerumuskan para UMKM ke dalam jurang kesulitan ekonomi, Pak Amin sempat memutuskan akan menutup warung mi ayamnya dan pulang kampung karena tak ada satu pun yang laku.
Melihat realitas menyesakkan dari Pak Amin, Eri kemudian terdorong untuk membantu. Gak asal, Eri membantu Pak Amin mengemas ulang produk mi ayam menjadi konsep frozen, sehingga lebih mudah untuk dipasarkan. Tak disangka, produk UMKM perdana Yuk Tukoni ini langsung ramai pembeli, sehingga Pak Amin tak melanjutkan keinginannya untuk gulung tikar.
Eri melanjutkan, ia berpikir kalau diam saja, maka nasib teman-teman UMKM yang mengadu padanya gak akan mendapat solusi. Gerakan Yuk Tukoni yang berarti “Yuk Dibeli” ini menjadi bukti kalau selalu ada jalan keluar di setiap masalah yang datang. Dari yang awalnya hanya untuk produk teman-teman Eri, Yuk Tukoni menjadi wadah UMKM Yogyakarta bertahan hidup di masa sulit.
2. Eri Kuncoro manfaatkan media sosial untuk memasarkan produk Yuk Tukoni

Lantas, bagaimana cara Eri memasarkan semua produk UMKM yang masuk ke dalam Yuk Tukoni? Jawabannya mudah ditebak, tetapi tetap memberikan hasil maksimal, yakni media sosial. Saat pandemik COVID-19, fungsi media sosial gak cuma menghubungkan antar keluarga yang jauh, tetapi juga antara pengusaha dan pembeli.
Perkembangan teknologi yang makin melesat kini membuat Eri memilih media sosial, seperti Instagram dan WhatsApp, untuk memasarkan produk UMKM Yu Tukoni. Selain itu, ada juga website, tetapi saat penulis cek, sudah tidak digunakan lagi. Di sana, produk-produk UMKM binaan Yuk Tukoni bisa dipajang dengan bangga.
Sebelum dipasarkan, UMKM harus mendaftar melalui formulir yang ada di akun Instagram @yuktukoni. Kalau sudah, nanti pihak Yuk Tukoni akan menghubungi calon peserta dan meminta mereka mengirimkan sampel produk. Setelah dikurasi dan berhasil lolos uji kualitas, maka produk akan dimasukkan ke katalog atau feed Instagram Yuk Tukoni.
3. Setelah penjualan membludak, Yuk Tukoni melebarkan sayap ke marketplace

Eri tak mau berpuas diri dengan hanya memasarkan produk-produk UMKM binaannya melalui media sosial, yakni Instagram dan WhatsApp. Setelah permintaan produk semakin banyak dan laris manis, Yuk Tukoni pun merambah ke marketplace.
Yuk Tukoni akhirnya aktif di Tokopedia, Shopee, dan PaxelMarket dengan nama Tukoni. Di sana, pembeli semakin mudah mengakses produk UMKM. Dalam sekali gulir, pembeli bisa menemukan berbagai produk, seperti bumbu marinasi sate, oseng mercon sapi, siomay, cilok gajahan, hingga bakpia, lho.
Uniknya lagi, di marketplace Yuk Tukoni pembeli bisa menemukan beberapa makanan populer Yogyakarta. Sebut saja ada Mie Ayam Bu Tumini, Jadah Tempe Mbah Cantik, Gudeg Wijilan Bu Lies, hingga Lumpia Samijaya. Kata Eri, salah satu yang paling laris setelah dipasarkan ulang oleh Yuk Tukoni adalah Mie Ayam Bu Tumini.
“Dulu permintaannya dalam sehari bisa 100-200 porsi selama pandemik. Orang mau datang kan gak mungkin, karena dilarang,” ucap Eri.
4. Produk UMKM yang masuk ke Yuk Tukoni akan di-branding kembali

UMKM yang mendaftar untuk Yuk Tukoni bantu pasarkan tentu banyak jumlahnya. Seperti sudah disinggung sebelumnya, proses seleksi calon mitra yang Eri lakukan cukup ketat guna menjaga kualitas setiap produk yang dijual. Namun, Eri mengaku tetap membantu para UMKM yang belum lolos kriteria agar bisa masuk dalam binaan Yuk Tukoni.
“Kalau dari sisi packaging dan brand masih kurang, kiita bantu beri masukan ke mereka. Kita akan bantu mereka sampai bisa dipasarkan di Yuk Tukoni,” aku Eri dengan semangat.
Hanya butuh waktu sekitar 12 hari bagi Eri dan Revo untuk menjalankan Yuk Tukoni di awal perilisannya. Produk sampel yang dikirimkan calon mitra akan dikumpulkan di satu tempat, lalu akan difoto ulang, disiapkan brand-nya, hingga packaging. Setelah itu, produk akan dipublikasikan melalui Instagram dan dibantu penjualannya lewat WhatsApp.
Dengan di-branding ulang, produk yang Yuk Tukoni pasarkan akan lebih mudah diterima. Setiap detail Eri perhatikan, bahkan sampai proses pemotretan produk dan mengubah produk makanan menjadi frozen food. Dengan konsep frozen, pembeli jadi lebih mudah menikmati makanan favoritnya di rumah selama masa pandemik.
5. Berkat simpati dan inisiatifnya, Eri Kuncoro mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards

Simpati dan kebaikan Eri dalam memikirkan nasib para pelaku UMKM di Yogyakarta selama masa pandemik ternyata berbuah manis. Pada 2020, Yuk Tukoni mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang kewirausahaan kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemik COVID-19.
Eri tak pernah membayangkan hal tersebut akan datang padanya dan Yuk Tukoni. Pasalnya, gerakan yang ia gagas ini tidak ia daftarkan sendiri, melainkan oleh sebuah media. Ajang yang diadakan oleh PT Astra International Tbk (Astra) itu memberikan apresiasi kepada generasi muda Indonesia yang telah berkontribusi dan menciptakan dampak baik bagi masyarakat.
Bagi Eri, kemenangan ini bukanlah tentang penghargaan saja, melainkan jadi bukti nyata kalau gotong royong masih bisa diandalkan di masa krisis seperti saat pandemik kemarin. “Buat saya, ini bukan soal penghargaan, tapi bukti kalau gotong royong masih relevan dan kuat di masa sulit,” kata Eri.
Eri juga berpesan pada generasi muda untuk membantu dengan hati yang tulus. Solusi yang hadir bukan hanya brilian, tetapi juga diharapkan bisa berdampak besar.
“Jangan mulai dari ingin menang, tapi mulailah dari ingin berdampak. Lihat di sekitar dengan hati terbuka, karena setiap masalah bisa menjadi cerita yang menggetarkan,” tutup Eri.
Tak ada yang menyangka jika kepedulian Eri Kuncoro terhadap tetangganya yang akan menutup usahanya mengantarkannya pada SATU Indonesia Awards. Eri bersama Yuk Tukoni berhasil menjadi penyambung napas bagi para UMKM Yogyakarta yang “mati suri” selama masa pandemik COVID-19. Menjadi baik itu perlu, menjadi berdampak akan lebih baik pula. Yuk, kita teladani kisah inspiratif Eri Kuncoro dan Yuk Tukoni ini!


















