Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Detail Ini yang Diam-Diam Diamati HRD Saat Interview

Ilustrasi proses wawancara
Ilustrasi proses wawancara (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Intonasi suara saat menjawab pertanyaan out of the box
  • Apa yang kamu lakukan saat HR diam saja
  • Ekspresi dan cara menanggapi kritik
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Proses rekrutmen bisa terasa sangat membingungkan. Bahkan ketika semuanya berjalan lancar, ada kalanya hasil yang didapat tak sesuai harapan. Penyebabnya bukan sekedar soal kemampuan, melainkan detail kecil yang jarang disadari. HR memerhatikan aspek di luar job description dan itulah yang memengaruhi keputusan akhir.

Hal-hal yang sering dianggap sepele kadang justru mencerminkan kepribadian dan cara kamu bekerja. Dari detail kecil, recruiter bisa menilai apakah seseorang benar-benar cocok dengan posisi yang dilamar atau tidak. Lima contoh berikut sering dijadikan pertimbangan HR, meski gak pernah diucapkan secara langsung saat wawancara.

1. Intonasi suara saat menjawab pertanyaan out of the box

Ilustrasi proses wawancara
Ilustrasi proses wawancara (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketika mendapat pertanyaan yang tidak terduga, reaksi pertama sering muncul lewat suara. Nada yang terlalu rendah bisa terdengar ragu, sementara nada tinggi terkesan panik. Stabilitas intonasi menunjukkan kemampuan mengendalikan diri dalam situasi tertekan. HR tidak hanya mendengarkan jawaban, tetapi juga bagaimana jawaban itu disampaikan.

Penguasaan nada juga memberi kesan percaya diri tanpa harus berlebihan. Orang yang mampu menjaga suara tetap jelas dan konsisten akan terlihat siap menghadapi tantangan. Itu menjadi sinyal bahwa tekanan di dunia kerja pun bisa dihadapi dengan tenang.

2. Apa yang kamu lakukan saat HR diam saja

Ilustrasi proses wawancara
Ilustrasi proses wawancara (pexels.com/RDNE Stock project)

Jeda sunyi dalam wawancara sering jadi tes tidak tertulis. Ada yang langsung bicara panjang lebar hanya untuk mengisi kekosongan dan justru terdengar kurang fokus. Ada pula yang tetap tenang dan menunggu dengan sikap profesional sambil menjaga kontak mata. Diam yang tepat bisa memberi kesan bijaksana.

Bagi HR, kemampuan mengelola momen tanpa canggung menunjukkan kematangan pribadi. Gak mudah terprovokasi oleh situasi yang sengaja dibiarkan kosong menunjukkan bahwa kamu punya kontrol diri yang baik. Itu kualitas penting untuk bekerja dalam tim maupun saat menghadapi klien.

3. Ekspresi dan cara menanggapi kritik

Ilustrasi seseorang sedang bekerja (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)
Ilustrasi seseorang sedang bekerja (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Bukan rahasia bahwa kritik sering digunakan sebagai ujian. Reaksi wajah saat mendengar masukan jauh lebih cepat terbaca daripada kata-kata yang keluar. Wajah kaku, mengernyit, atau defensif bisa meninggalkan kesan sulit menerima saran. Sebaliknya, ekspresi yang tetap tenang dan terbuka memperlihatkan sikap positif.

Selain itu, respon verbal juga menentukan. Menjawab dengan kalimat sederhana seperti “terima kasih atas masukannya, itu bisa jadi bahan perbaikan” menunjukkan kedewasaan. HR biasanya lebih menghargai kejujuran dan kesiapan belajar dibanding pembelaan diri yang berlebihan.

4. Respons terhadap masalah teknis

Ilustrasi stres keuangan
Ilustrasi stres keuangan (pexels.com/Anna Tarazevich)

Saat online interview, gangguan seperti koneksi internet terputus, suara tidak jelas, atau file presentasi yang gagal dibuka sering dianggap kebetulan. Faktanya, HR justru menilai cara menghadapinya. Panik, mengeluh, atau menyalahkan perangkat bisa merusak kesan profesional. Tenang, meminta waktu sebentar, lalu mencari solusi adalah pilihan yang lebih baik.

Kemampuan menjaga sikap dalam situasi kurang kondusif mencerminkan ketahanan menghadapi masalah di tempat kerja. HR melihat apakah kamu bisa tetap rasional dan tidak mudah kehilangan kendali. Ketika masalah teknis bisa diatasi dengan tenang, rasa percaya dari recruiter ikut meningkat.

5. Timing saat mengirim email follow-up

Ilustrasi mengirim pesan (unsplash.com/Vitaly Gariev)
Ilustrasi mengirim pesan (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Setelah sesi wawancara selesai, HR sering menunggu tanda keseriusan lewat pesan tindak lanjut. Terlalu cepat mengirimkan ucapan terima kasih bisa terkesan terburu-buru. Sebaliknya, kalau baru dikirim beberapa hari kemudian, kamu terlihat kurang antusias. Waktu ideal umumnya dalam rentang satu hari.

Mengirim pesan di waktu yang tepat menunjukkan kemampuan membaca situasi dan memperhatikan detail. Isinya gak perlu panjang, cukup sopan dan jelas menyampaikan apresiasi. Hal sederhana ini sering memberi nilai tambah, terutama ketika beberapa kandidat memiliki kualitas yang serupa.

Keputusan HR gak hanya bergantung pada kemampuan dan pengalaman. Satu detail kecil bisa mengubah “tidak” menjadi “ya.”. Tapi, satu hal yang gak kalah penting untuk diperhatikan adalah percaya akan rencana Tuhan. Ketika kamu ditolak sebuah perusahaan, maybe it's their loss.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us