Jobdesk Animal Communicator, Cocok Buat Pecinta Hewan!

- Animal communicator memahami bahasa tubuh dan energi hewan, membantu pemilik memahami kebutuhan dan masalah perilaku.
- Syarat menjadi animal communicator termasuk empati, kesabaran, intuisi, kepekaan, dan pengetahuan tentang perilaku hewan.
- Mereka membantu mengatasi masalah perilaku hewan peliharaan dan memiliki peluang karier yang baik di masa depan.
Profesi unik semakin banyak bermunculan salah satunya adalah animal communicator. Sebuah pekerjaan yang masih terdengar asing bagi sebagian orang, tapi mulai menarik perhatian orang yang peduli dengan hewan. Profesi ini dipercaya mampu menjembatani komunikasi antara manusia dan hewan.
Membantu pemilik memahami kebutuhan, perasaan, atau bahkan masalah yang dialami peliharaan mereka. Meski terdengar skeptis bagi sebagian orang, di banyak negara profesi ini cukup populer. Nah, biar kamu makin paham, yuk bahas apa saja sebenarnya jobdesk dari profesi unik ini.
1. Apa yang dilakukan seorang animal communicator?

Tugas utama seorang animal communicator adalah memahami bahasa tubuh, ekspresi, perilaku dan energi yang dipancarkan hewan. Hewan gak bisa menyampaikan keluhan mereka dengan kata-kata, tapi lewat gerakan, ekspresi, atau perilaku tertentu. Animal communicator akan menyampaikan interpretasi perasaan atau kondisi hewan kepada pemiliknya.
Membantu menemukan penyebab masalah perilaku tersebut. Profesi ini juga mendukung pemulihan emosional hewan yang mengalami trauma, pindah pemilik, atau kehilangan. Kemampuan membaca tanda-tanda ini jadi bekal penting untuk membantu pemilik mengerti apa yang terjadi.
2. Apa syarat untuk menjadi animal communicator?

Animal communicator berfungsi sebagai jembatan antara pemilik dan hewan. Banyak pemilik merasa frustasi ketika gak bisa memahami perilaku aneh peliharaannya. Nah, di sinilah mereka membantu untuk "menerjemahkan" sinyal yang diberikan hewan. Dengan begitu, komunikasi dua arah bisa tercipta meskipun bentuknya bukan percakapan biasa.
Profesi ini gak menuntut gelar akademik tertentu, tapi empati yang tinggi, kesabaran, intuisi dan kepekaan sangat diperlukan. Selain itu, komunikasi yang baik dan dasar pengetahuan tentang perilaku hewan juga sangat penting. Skill ini yang bikin pemilik bisa lebih dekat secara emosional dengan hewan mereka.
3. Animal communicator bantu atasi masalah perilaku hewan

Salah satu peran yang paling sering diminta adalah membantu mengatasi masalah perilaku hewan peliharaan. Misalnya, anjing yang tiba-tiba sering menggonggong tanpa sebab, kucing yang menolak makan, atau burung yang jadi agresif. Dengan kemampuan membaca energi dan perilaku, seorang animal communicator bisa memberikan insight penyebabnya.
Hasil interpretasi ini akan memudahkan pemilik mencari solusi, baik dengan perubahan pola interaksi, penyesuaian lingkungan, atau konsultasi lebih lanjut dengan dokter hewan. Meski masih pro dan kontra, tapi banyak juga pemilik hewan yang terbantu dengan keberadaan profesi ini, lho!
4. Peluang karier sebagai animal communicator

Walau masih dianggap sebagai profesi alternatif, tapi profesi ini punya peluang yang cukup baik. Kamu bisa bekerja secara independen sebagai konsultan hewan. Jika hewan mengalami trauma, terutama jika mereka pernah ditelantarkan, atau mengalami pengalaman buruk, keberadaan animal communicator bisa membantu.
Kamu juga bisa bergabung dengan komunitas pecinta hewan, dan bekerja sama dengan dokter hewan sebagai pendukung terapi. Sebab, hal ini dipercaya bisa mempercepat proses adaptasi hewan terhadap lingkungan barunya. Terakhir, kamu juga bisa membuka jasa konsultasi online untuk memungkinkan pelayanan jarak jauh.
5. Prospek animal communicator di masa depan

Meskipun bukan pengganti dokter hewan, animal communicator sering memberi masukan terkait kondisi hewan. Mereka bisa mengingatkan pemilik jika ada tanda-tanda yang perlu diperhatikan. Dengan begitu, pemilik bisa segera membawa hewan ke profesional medis yang tepat.
Prospek gaji animal communicator bervariasi tergantung lokasi, pengalaman, dan reputasi. Di luar negeri, tarif per sesi konsultasi bisa berkisar antara USD 50–150 (sekitar Rp750 ribu hingga Rp2,2 juta) untuk durasi 30–60 menit saja. Di Indonesia, profesi ini masih lebih fleksibel, biasanya disesuaikan dengan permintaan pasar.
Ke depan, prospek profesi ini cukup menjanjikan, terutama dengan meningkatnya jumlah pemilik hewan peliharaan yang menganggap hewan sebagai bagian keluarga. Sehingga, ini membuka peluang besar bagi animal communicator untuk lebih dikenal dan dihargai.