5 Kebiasaan untuk Meraih Work-Life Balance, Lakukan dengan Konsisten!

Banyak orang sepakat bahwa hidup bukan hanya tentang pekerjaan. Namun kenyataannya, tak sedikit yang kesulitan mempertahankan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. Entah karena tuntutan eksternal atau memang sangat berambisi, mereka menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa memicu stres dan burnout atau kelelahan mental. Dampaknya bahkan bisa merambat pada kesehatan fisik, membuat tubuh lebih rentan sakit sehingga sulit menjadi produktif. Karena itu, membangun work life balance sangatlah penting dan bisa dimulai dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan berikut ini.
1. Menyelesaikan pekerjaan dengan efisien

Bukan rahasia lagi bahwa di tengah dunia yang penuh distraksi, notifikasi dari berbagai aplikasi atau godaan untuk scrolling media sosial menjadi hambatan terbesar dalam pekerjaan. Wajar jika kamu lebih tertarik menghabiskan waktu untuk melihat meme atau video lucu di internet, dibandingkan menyelesaikan tugas yang menyita pikiran dan tenaga.
Namun, ada harga yang harus dibayar untuk hal tersebut. Konsekuensinya, jam kerjamu akan semakin mundur sehingga kamu harus lembur untuk merampungkan pekerjaan. Alhasil, waktu istirahat berkualitas di rumah yang semestinya lebih panjang jadi terpangkas. Kalau terus berulang, kamu akan kesulitan mencapai work life balance.
Karena itu, pastikan kamu menyelesaikan pekerjaan dengan efisien. Agar tetap fokus saat bekerja, gunakanlah teknik Podomoro. Bekerjalah selama 25 menit penuh tanpa gangguan. Tahan diri selama kurun waktu tersebut dan kamu baru boleh rehat selama 5 menit setelahnya. Manfaatkanlah timer dalam mengatur waktunya.
Setelah empat kali interval, kamu bisa beristirahat lebih panjang, yakni 15-30 menit. Pastikan bahwa waktu yang digunakan untuk bekerja benar-benar dimaksimalkan dengan baik supaya tugasmu tak hanya rampung, tapi juga berkualitas. Saat beristirahat, kamu bisa melakukan berbagai hal untuk menyegarkan pikiran, seperti berjalan-jalan.
2. Belajar mengatakan "tidak"

Susah menolak tambahan pekerjaan atau permintaan bantuan dari atasan? Tenang, kamu tidak sendirian. Memang rasanya dilema saat berhadapan dengan hal tersebut. Mau bilang "tidak," takut berpengaruh terhadap penilaian kerja. Namun jika selalu diiyakan, pekerjaanmu akan semakin berat dan makin tak sesuai dengan job description.
Akan tetapi, demi kebaikanmu sendiri, kamu mesti mulai belajar menolak hal-hal di luar tanggung jawabmu. Sebelum mengiyakan permintaan orang lain, kamu harus menilai kapasitas diri. Jangan memaksakan di saat kamu juga punya banyak tanggungan yang mesti diselesaikan. Apalagi kalau tambahan tugas tersebut harus dibawa pulang ke rumah.
Terlalu banyak mengambil tanggung jawab bisa menyebabkan burnout yang membuatmu kesulitan berkonsentrasi dan produktif dalam jangka panjang. Menolak pekerjaan bukan berarti kamu kurang berdedikasi. Namun, ini adalah cara untuk menjaga keseimbangan hidup.
3. Memprioritaskan waktu dengan diri sendiri

Setelah bekerja, kamu jadi jarang menghabiskan waktu dengan diri sendiri. Terlebih jika kamu termasuk seorang workaholic yang hingga akhir pekan pun masih asik menongkrong depan laptop. Menjadi ambisius tidaklah salah. Namun ada kalanya tubuh membutuhkan istirahat agar bisa kembali mengisi ulang energi sehingga lebih siap menjalani hari-hari.
Karenanya, luangkanlah waktu untuk diri sendiri. Jauhkan distraksi seperti pekerjaan saat berada di rumah atau kamar kos. Lakukanlah hal-hal yang membuatmu bahagia. Entah itu rebahan sepanjang hari, pergi ke salon, menghabiskan bacaan yang sudah lama bertengger di rak buku tanpa tersentuh, atau berolahraga.
Ingat, jangan pernah merasa bersalah karena bersantai di akhir pekan. Melakukan suatu hal yang positif untuk diri sendiri termasuk aktivitas yang produktif, kok. Relaksasi seperti ini sangatlah dibutuhkan. Anggap saja ini sebagai investasi jangka panjang, karena seluruh aktivitas ini akan membantu menjaga kesehatan mental dan fisikmu secara optimal.
4. Jangan membawa pekerjaan ke rumah

Sebisa mungkin, hindari membawa pekerjaan ke rumah. Sebab ketika ruang pribadimu tercampur dengan pekerjaan, kamu akan kesulitan untuk benar-benar merasa rileks. Kamu mungkin jadi sulit tidur atau merasa tegang di rumah. Padahal, rumah seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk mengisi ulang energi yang hilang.
Untuk mengatasi ini, cobalah mengatur skala prioritas dan maksimalkan waktu yang kamu punya di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebelum bekerja, cek to-do list kamu dan dahulukan tugas yang sudah mendekati deadline atau yang paling urgent. Kalau semuanya mepet dan penting, diskusikanlah dengan atasan yang harus diprioritaskan lebih dulu.
Kalau kamu bekerja dari rumah, buatlah area khusus untuk bekerja dan hindari membawa pekerjaan ke ruang tidur atau ruang keluarga. Setelah jam kerja selesai, simpan semua peralatan kerja. Menerapkan batasan saat kerja di rumah juga penting agar kamu bisa mencapai keseimbangan hidup tanpa tercampur dengan pekerjaan.
5. Manfaatkan teknologi dengan bijaksana

Teknologi memang mempermudah pekerjaan. Namun jika tidak digunakan dengan bijak, teknologi bisa menjadi tekanan yang memicu stres. Ketika kamu terhubung dengan email atau pesan kantor di HP, sulit untuk benar-benar memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi karena kamu akan segera mengeceknya dan mungkin langsung mengerjakannya.
Tentu hal ini akan mengganggu kehidupan pribadimu. Kamu akan kesulitan memiliki waktu berkualitas dengan diri sendiri, pasangan, keluarga, atau teman terdekat. Karena itu, tak ada salahnya untuk memisahkan segala hal yang berbau dengan pekerjaan di HP pribadi. Gunakan perangkat dari perusahaan untuk segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Work-life balance menjadi goals banyak orang. Namun mencapainya bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa perusahaan yang mendukung karyawannya untuk memiliki kehidupan yang seimbang tanpa tercampur pekerjaan, tapi ada juga yang tidak.
Kalau work-life balance juga termasuk tujuan yang ingin kamu capai, maka kamu bisa mencoba kebiasaan-kebiasaan di atas untuk meraihnya. Ingatlah, menginginkan work-life balance bukan berarti egois, melainkan bentuk kepedulian dan investasi terhadap diri sendiri agar kamu tetap produktif dan sejahtera secara fisik dan mental di masa depan.