Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Tenaga Medis dan Wartawan Tidak Boleh Diintimidasi saat Demo? 

ilustrasi wartawan saat demo (pexels.com/ Edmond Dantès)

Demo di jalanan bukan hal yang asing lagi, apalagi di kota-kota besar. Tapi di tengah semua itu, ada dua sosok yang selalu hadir tapi sering banget dilupain keberadaannya tenaga medis dan wartawan. Mereka bukan bagian dari massa yang teriak-teriak atau petugas keamanan yang berjaga. Mereka ada di situ buat memastikan semuanya berjalan lebih manusiawi dan tetap bisa dikabarkan dengan jujur.

Sayangnya, masih banyak yang gak ngerti kenapa dua kelompok ini penting banget buat dilindungi. Bahkan, gak jarang mereka jadi korban intimidasi, padahal peran mereka bisa dibilang vital dalam kondisi kacau kayak gitu. Agar makin jelas, yuk kita bahas kenapa tenaga medis dan wartawan seharusnya gak boleh diintimidasi saat demonstrasi.

1. Mereka hadir buat menolong, bukan ikut campur

ilustrasi tenaga medis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Tenaga medis, entah itu dokter, perawat, atau relawan, datang ke lokasi demo bukan buat ikut demo. Mereka ada buat membantu orang yang tiba-tiba pingsan, kena gas air mata, atau luka karena dorong-dorongan. Kalau mereka malah diintimidasi, gimana bisa fokus menolong orang? Mereka bisa jadi satu-satunya harapan buat korban yang butuh pertolongan secepatnya.

Gak cuma itu, banyak dari mereka yang rela turun ke jalan tanpa bayaran, bahkan bawa alat-alat medis sendiri. Jadi kalau masih aja ada yang ganggu mereka, itu berarti malah menambah masalah di tengah kekacauan.

Intimidasi ke tenaga medis itu bukan cuma merugikan mereka, tapi juga orang-orang yang butuh bantuan mereka. Bayangin kalau semua relawan medis takut turun ke jalan, siapa yang bakal ngurusin yang terluka?

2. Wartawan bukan musuh, mereka pencatat sejarah

ilustrasi wartawan (pexels.com/Mido Makasardi ©️)

Wartawan itu kerjaannya meliput, bukan menghakimi. Mereka datang bawa kamera, alat rekam dan notes, bukan senjata. Tapi anehnya, banyak yang menganggap mereka musuh karena dianggap bisa menyebarkan info yang 'gak sesuai kepentingan'. Padahal justru mereka yang bisa menunjukkan apa yang benar-benar terjadi tanpa editan, tanpa narasi yang diatur. 

Kalau wartawan takut buat meliput karena diancam atau diserang, informasi yang keluar bisa jadi sepotong-potong dan gak utuh. Masyarakat pun jadi gak tahu mana yang sebenarnya terjadi. Intimidasi ke wartawan bikin demokrasi pincang, karena info yang disampaikan ke publik jadi penuh bias atau bahkan tertutup total.

3. Mereka jadi penengah saat keadaan memanas

ilustrasi wartawan (pexels.com/SHIVARADHAN KONDA)

Di tengah kondisi yang panas dan bisa pecah kapan aja, keberadaan tenaga medis dan wartawan itu seperti penengah. Tenaga medis bisa bikin situasi lebih tenang karena mereka sigap menangani yang terluka. Wartawan juga bisa bikin aparat atau massa lebih hati-hati karena tahu mereka sedang dipantau dan bisa diberitakan kapan aja.

Kalau dua kelompok ini justru diintimidasi, suasana makin kacau karena gak ada yang jaga keseimbangan. Mereka itu bisa bikin konflik jadi gak meledak-ledak. Coba bayangin kalau semuanya dibiarkan begitu aja tanpa dokumentasi dan pertolongan medis, bakal lebih banyak korban dan lebih susah buat tahu siapa yang salah.

4. Intimidasi ke mereka sama aja menginjak-injak hak asasi

ilustrasi tenaga medis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Tenaga medis punya hak buat menolong siapa aja tanpa gangguan dan wartawan punya hak buat menyampaikan informasi ke publik. Intimidasi ke mereka sama aja seperti menginak-injak hak asasi manusia yang paling dasar. Mereka gak seharusnya dimusuhi karena profesinya justru jadi garda terdepan buat membantu dan memberi tahu yang sebenarnya.

Dalam sistem demokrasi yang sehat, dua profesi ini harusnya dapat perlindungan ekstra. Bukan karena mereka lebih hebat, tapi karena fungsi mereka penting banget buat jaga keseimbangan dan akurasi informasi. Kalau yang netral aja diganggu, gimana publik bisa dapet gambaran objektif soal apa yang terjadi?

5. Tanpa mereka, publik jadi buta dan korban gak tertolong

ilustrasi tenaga medis (pexels.com/RDNE Stock project)

Coba bayangin demo besar-besaran tanpa tenaga medis dan wartawan. Kalau ada yang pingsan atau luka, gak ada yang menolong. Kalau ada kekerasan, gak ada yang meliput. Publik jadi buta dan korban jadi makin banyak. Situasi itu bukan cuma bahaya buat yang terlibat langsung, tapi juga buat citra negara di mata dunia.

Tanpa dokumentasi dan pertolongan medis, demo bisa berubah dari aksi damai jadi tragedi. Wartawan dan tenaga medis itu fungsinya sama seperti mata dan tangan masyarakat yaitu satu sisi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, satu lagi buat membantu yang kesusahan. Melecehkan mereka sama aja seperti menyuruh kita semua tutup mata dan diam saat ada orang kesakitan.

Tenaga medis dan wartawan itu bukan figuran dalam setiap aksi demonstrasi. Mereka bagian penting yang harus dijaga, bukan disudutkan. Intimidasi ke mereka bukan cuma menyakiti individu, tapi juga sistem yang lebih besar yakni demokrasi dan kemanusiaan. Jadi mulai sekarang, yuk ubah cara pandang. Hargai mereka, biarkan mereka kerja dengan tenang. Karena tanpa mereka, kita semua bisa jadi korban kebisingan tanpa arah dan tragedi tanpa cerita.

Referensi:

“Safety Tips for Journalists Covering Protests.” Reporters Without Borders. Diakses pada April 2025.

“Threats, Intimidation Against Doctors and Health Workers Must End.” American Medical Association. Diakses pada April 2025.

“Violence Against Journalists Can’t Be Normalised.” Mail & Guardian. Diakses pada April 2025.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us