Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Fenomena Career Catfishing, Soroti Etika Kerja Gen Z 

Ilustrasi pekerja gen Z (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Gen Z membawa perubahan besar dalam dunia kerja dengan perspektif baru tentang keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, atau yang dikenal dengan istilah "work-life balance."
  • Fenomena "career catfishing" menyoroti etika kerja para gen Z di tempat kerja, di mana para profesional muda menerima tawaran pekerjaan tetapi tidak muncul pada hari pertama tanpa memberi tahu pemberi kerja atau para recruiter mereka.
  • 34 persen pekerja gen Z mengakui terlibat dalam "career catfishing," yang dianggap sebagai bentuk pernyataan independensi para gen Z dan respons terhadap proses perekrutan yang melelahkan.

Gen Z membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Hal ini salah satunya ditandai dengan perspektif baru tentang keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, atau yang dikenal dengan istilah work-life balance.

Kini, sebuah tren baru menarik perhatian dan langsung menjadi trending, yaitu career catfishing. Fenomena ini menyoroti etika kerja para gen Z di tempat kerja. Lalu, apa yang sebenarnya dimaksud dengan career catfishing? Temukan jawabannya disini!

1. Apa itu career catfishing?

Ilustrasi career catfishing (pexels.com/Ben Khatry)

Gen Z mendefinisikan ulang norma-norma di tempat kerja dengan tren yang dikenal sebagai "career catfishing". Fenomena ini merujuk pada kondisi dimana para profesional muda menerima tawaran pekerjaan tetapi tidak muncul pada hari pertama tanpa memberi tahu pemberi kerja atau para recruiter mereka. 

Setelah munculnya quiet quitting maupun coffee badging, fenomena career catfishing mencuri perhatian dunia kerja. Menurut laporan dari CVGenius yang dipublikasikan oleh laman The New York Post, banyak banyak individu di bawah usia 27 tahun terlibat dalam tindakan yang cukup menantang ini.

2. Apa penyebab gen Z melakukan career catfishing?

Ilustrasi career catfishing (pexels.com/Anna Shvets)

CVGenius juga menemukan bahwa 34 persen pekerja gen Z atau berusia 27 tahun ke bawah, mengakui terlibat dalam career catfishing. Tren ini dianggap sebagai bentuk pernyataan independensi para gen Z.

Fenomena ini juga muncul sebagai respons terhadap frustrasi akibat proses perekrutan yang melelahkan, wawancara berulang, hingga termasuk aplikasi yang panjang dan respons yang tertunda dari para recruiter.

"Survei kami menemukan bahwa pekerja gen Z, khususnya, cenderung memilih cara kreatif untuk mengutamakan diri mereka sendiri sebelum pekerjaan mereka," jelas para peneliti dari CVGenius, dikutip The New York Post. 

Para peneliti di Inggris mengatakan, bahwa setelah mensurvei 1.000 karyawan dari berbagai kelompok usia, ditemukan bila pekerja gen Z, khususnya, cenderung memilih cara kreatif untuk mengutamakan diri mereka sendiri sebelum pekerjaan. Melalui career catfishing, gen Z bertujuan menggeser dinamika kekuasaan agar lebih menguntungkan mereka.

3. Tren ghosting sangat berisiko bagi karier

Ilustrasi career catfishing (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Meskipun fenomena career catfishing memungkinkan generasi gen Z untuk mendapatkan kembali rasa kontrol, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang. Para pemberi kerja sering menganggap gen Z sulit untuk diajak bekerja sama dengan alasan seperti sikap merasa berhak dan kurangnya motivasi.

Persepsi negatif ini dapat menyulitkan para profesional muda untuk membangun kepercayaan dengan calon pemberi kerja di masa depan. Menariknya, gen Z bukan satu-satunya kelompok yang terlibat dalam tren ini.

Survei CVGenius yang dipublikasikan The New York Post juga menunjukkan, bahwa 24 persen milenial (usia 28 hingga 43 tahun) pernah melewatkan hari pertama kerja setelah menerima tawaran pekerjaan. Selain itu, sebesar 11 persen gen X (usia 44 hingga 59 tahun) dan 7 persen baby boomer (usia 60 tahun ke atas).

Bagi gen Z, perilaku ini mencerminkan pola pikir generasi yang lebih luas, yang lebih memprioritaskan tujuan pribadi dan kesejahteraan dibandingkan dengan harapan tradisional dari perusahaan.

4. Gen Z mengalami persaingan ketat

Ilustrasi karyawan gen Z (pexels.com/Thirdman)

Saat ini, gen Z sedang menghadapi perjuangan berat untuk mendapatkan pekerjaan penuh waktu di level pemula. Gen Z diperkirakan akan melamar lebih banyak pekerjaan tahun ini. Namun, jumlah lowongan pekerjaan juga diperkirakan menurun di tahun 2025, sehingga menciptakan persaingan yang lebih ketat untuk posisi yang tersedia.

Fenomena career catfishing sejatinya menciptakan situasi pasar yang menguntungkan recruiter, dan ditambah lagi, para eksekutif senior semakin selektif. Menurut laporan penyedia pendidikan teknologi General Assembly yang dilansir laman All Work, hanya 12 persen eksekutif tingkat menengah yang percaya bahwa pekerja pemula siap memasuki dunia kerja.

Bahkan, sekitar satu dari empat mengatakan mereka tidak akan mempekerjakan karyawan pemula saat ini. Persaingan ketat dalam lanskap perekrutan ini dapat memaksa gen Z menerima pekerjaan pertama yang mereka dapatkan hanya karena pasar kerja sangat sulit. Maka, mereka cenderung menyesalinya dan terciptnya ketidakhadiran pada hari pertama bekerja.

5. Bagaimana menyikap fenomena career catfishing?

Ilustrasi interview kerja (pexels.com/Edmond Dantès)

Adapun secara definisi, posisi pemula adalah peran yang membutuhkan investasi pada kaum muda, seperti yang dijelaskan oleh Jourdan Hathaway, Kepala Bisnis di General Assembly

“Perusahaan harus memikirkan kembali cara mereka merekrut, melatih, dan mengintegrasikan karyawan. Ada pendekatan evidence-based untuk meningkatkan kesiapan tenaga kerja. Program magang dan pelatihan keterampilan, misalnya, memberikan pengalaman kepada karyawan yang menyerupai lingkungan kerja nyata, memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi sekaligus keterampilan teknis," ungkap Jourdan, dikutip Business Wire. 

Pada akhirnya, meningkatnya fenomena career catfishing menyoroti masalah sistemik dalam praktik perekrutan. Komunikasi yang jelas, feedback tepat waktu, dan saling menghormati antara pemberi kerja dan kandidat sangat penting untuk menjembatani kesenjangan ini. Kedua belah pihak harus berupaya menciptakan interaksi yang lebih transparan dan profesional guna membangun budaya kerja yang lebih sehat.

Itulah penjelasan dari fenomena career catfishing yang sedang banyak diperbincangkan. Gen Z memang cenderung mengutamakan kesejahteraan diri, namun komunikasi yang baik terhadap pemberi kerja perlu menjadi prioritas. Selain itu, proses rekrutmen yang lebih cepat dan praktis tentu menjadi harapan generasi ini. Apakah kamu setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us