Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Perempuan Sering Dianggap Sebelah Mata di Tempat Kerja

ilustrasi bekerja remote (unsplash.com/thoughtcatalog)
ilustrasi bekerja remote (unsplash.com/thoughtcatalog)

Menyandang status sebagai perempuan di tempat kerja memang bukanlah hal yang mudah. Selain rentang mengalami diskriminasi, nyatanya banyak perempuan yang sering merasa tak nyaman saat harus bekerja secara berdampingan dengan yang lain sebab perbedaan pendapat, pola pikir, atau prioritas keluarga yang terkadang membatasi.

Tak jarang bila kemudian hal semacam ini membuat perempuan sangat rentan dianggap sebelah mata oleh orang-orang. Padahal jelas saja hal tersebut dapat memengaruhi kepercayaan diri perempuan selama menyelesaikan pekerjaannya.

Biasanya sikap menyepelekan perempuan yang sering terjadi di tempat kerja justru disebabkan karena beberapa penyebab yang berikut ini. Apa saja?

1. Jumlah pegawai yang biasanya didominasi pria

ilustrasi menolong teman (unsplash.com/@cherrydeck)
ilustrasi menolong teman (unsplash.com/@cherrydeck)

Penyebab pertama biasanya disebabkan karena jumlah pegawai yang sangat kontras pada setiap gendernya. Khusus untuk perusahaan yang lebih banyak memiliki pegawai pria, permasalahan semacam ini sangat kerap terjadi.

Para pegawai pria yang tak terbiasa dengan keberadaan pegawai perempuan justru dengan mudahnya bisa memandang sebelah mata. Padahal pandangan sebelah mata tersebut tak memberikan jaminan penuh bahwa asumsi yang dimiliki benar adanya.

2. Stigma negatif yang turun temurun

ilustrasi tutup mulut (unsplash.com/@krakenimages)
ilustrasi tutup mulut (unsplash.com/@krakenimages)

Stigma negatif mengenai para pegawai perempuan rasanya menjadi persoalan yang tak selesai-selesai untuk dibahas. Stigma ini bisa sangat berbahaya sebab menanamkan pola pikir yang kolot dan tak berkembang, sehingga membuat perempuan mudah memperoleh diskriminasi.

Membiarkan stigma negatif ini terus turun temurun justru akan membuat banyak pegawai pria akan mudah memandang pegawai perempuan dengan sebelah mata. Padahal kompetensi dan profesionalitas seseorang tak dapat diukur dari gendernya saja.

3. Batasan-batasan yang biasanya dimiliki perempuan, seperti cuti menstruasi dan cuti hamil

ilustrasi menyelidiki (unsplash.com/@mimithian)
ilustrasi menyelidiki (unsplash.com/@mimithian)

Perempuan yang bekerja dalam ruang lingkup perusahaan pasti memiliki perbedaan signifikan dari pada pria. Perbedaan dan perlakuan berbeda ini terkadang mudah memicu rasa kecemburuan sosial diantara pegawai berbeda gender ini.

Salah satunya adalah mengenai pengecualian dan batasan bila harus melakukan cuti menstruasi atau bahkan cuti hamil. Hal ini sering membuat pegawai perempuan dipandang sebelah mata sebab memiliki perlakuan sempurna karena hal yang satu ini.

Padahal, menstruasi dan kehamilan adalah hal alamiah yang melekat pada perempuan sehingga semestinya tak perlu dipermasalahkan.

4. Ketidakadilan dalam dunia pekerjaan terhadap perempuan

ilustrasi pencari kerja (unsplash.com/@magnetme)
ilustrasi pencari kerja (unsplash.com/@magnetme)

Isu mengenai diskriminasi pada perempuan memang sudah menjadi hal yang sering didengar. Diskriminasi ini bahkan menjadi suatu hal yang terus berulang dan seakan tak memiliki jalan keluarnya.

Salah satu contoh ketidakadilan adalah mengenai jabatan terbatas yang dapat diduduki oleh pegawai perempuan. Meski demikian, seiring berjalannya waktu, ketidakadilan mulai sedikit demi sedikit dihapuskan dan berganti dengan persamaan hak antara perempuan dan pria dalam memperoleh jabatan di tempat kerja.

5. Cara berpikir antara perempuan dan pria yang berbeda

ilustrasi sikap tenang (unsplash.com/@wocintechchat)
ilustrasi sikap tenang (unsplash.com/@wocintechchat)

Perempuan dan pria tak hanya memiliki gender yang berbeda saja, namun ada banyak perbedaan yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah cara mereka dalam berpikir, sebab tak mungkin sama.

Kebanyakan perempuan mungkin akan banyak melibatkan perasaan, sementara pria justru melibatkan logika yang dimilikinya. Terkadang perbedaan ini masih sering dijadikan bahan untuk melihat perempuan sebelah mata, padahal semestinya hal seperti ini bisa diatasi dengan proses komunikasi yang baik.



Diskriminasi terhadap perempuan di lingkungan kerja memang sudah mulai berkurang, namun pada beberapa perusahaan ternyata hal kolot semacam ini masih terjadi.

Padahal antara pria dan perempuan sama-sana memiliki hak untuk memperoleh kesuksesan di tempat kerja sehingga etos kerjalah yang akan membedakan mereka. Semoga tidak ada lagi diskriminasi, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Albin Sayyid Agnar
EditorAlbin Sayyid Agnar
Follow Us

Latest in Life

See More

7 Gaya Resepsi Alexandra Daguise di Bali, Elegan Maksimal!

03 Sep 2025, 23:47 WIBLife