Persepsi Karier Milenial dan Gen Z, Gaji atau Personal Value?

Generasi milenial dan gen Z memiliki pendekatan yang berbeda dalam memandang karier dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Bagi mereka, karier bukan hanya tentang mendapatkan penghasilan yang tinggi, tetapi juga tentang menemukan makna dan kepuasan pribadi.
Dalam era yang serba cepat dan terus berkembang, kedua generasi ini cenderung lebih memilih pekerjaan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi mereka. Personal value, seperti fleksibilitas kerja serta kesempatan untuk tumbuh semakin menjadi pertimbangan.
Menurut hasil survei Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025 oleh IDN, prioritas utama gen Z dan milenial adalah menyeimbangkan personal value dan tujuan finansial dalam dunia karier. Meskipun gaji tetap menjadi faktor penting dalam memilih pekerjaan, bagi milenial dan Gen Z, hal itu bukan satu-satunya ukuran kesuksesan.
Hal ini membuat mereka lebih selektif dalam memilih jalur karier. Survei yang dihasilkan pun mengungkapkan makna dunia karier bagi gen Z dan milenial. Didapatkan juga hasil bahwa ternyata saat ini side hustle semakin menjadi pilihan. Seperti apa hasil lengkapnya? Simak pemaparannya di bawah ini!
1. Milenial dan gen Z cenderung menyeimbangkan tujuan finansial dan kepuasan pribadi dalam dunia karier

Generasi milenial dan Gen Z memiliki pandangan yang lebih holistik terhadap karier, di mana tujuan finansial tidak lagi menjadi satu-satunya prioritas. Mereka cenderung menyeimbangkan antara gaji yang layak dengan kepuasan pribadi yang didapat dari pekerjaan. Sebagian besar responden survei (26 persen), memprioritaskan penyelarasan karier dan kehidupan pribadi.
Sedangkan 21 persen responden lainnya, berfokus pada dunia karier yang bukan hanya tentang keuntungan finansial, namun juga kepuasan pribadi. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang selaras dengan minat dan value mereka. Dampak yang diharapkan adalah pertumbuhan secara profesional serta pribadi secara bersamaan.
Sebanyak 15 persen sisanya, ternyata lebih memprioritaskan pekerjaan yang fleksibel (dalam hal waktu dan tempat). Pada akhirnya, keseimbangan kehidupan dan pekerjaan merupakan prioritas utama bagi milenial dan gen Z.
2. Milenial dan gen Z menginginkan tempat kerja yang bisa mendukung pertumbuhan serta inovasi

Milenial dan gen Z memiliki ekspektasi tinggi terhadap lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional. Mereka cenderung mencari perusahaan yang memberikan ruang bagi pengembangan diri. Bagi mereka, tempat kerja ideal bukan hanya sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga ruang untuk tumbuh, berinovasi, dan terus belajar.
Dalam survei ini, 58 persen responden memprioritaskan tempat kerja yang memberikan kesempatan untuk belajar dan maju. Mereka mencari lingkungan yang menawarkan kemajuan berkelanjutan. Di sisi lain, 54 persen responden lebih menginginkan rekan kerja yang suportif dan 48 persen responden lainnya ingin atasan yang suportif.
Dapat dikatakan, kedua generasi ini lebih termotivasi bekerja di lingkungan yang mendukung ide-ide baru dan memungkinkan mereka untuk berkontribusi dalam perubahan. Mereka juga menekankan pada pentingnya lingkungan kerja yang sehat dan suportif.
3. Berbagai macam kecemasan yang dirasakan gen Z dan milenial di dunia kerja

Di sisi lain, gen Z dan milenial sering kali menghadapi berbagai bentuk kecemasan di dunia kerja. Pemicu stres yang signifikan masih mempengaruhi pengalaman mereka di tempat kerja, khususnya terkait kesehatan mental.
Sumber kecemasan yang paling menonjol adalah ketidakpastian ekonomi (44 persen) dan tekanan pekerjaan yang besar (24 persen). Selain itu, sebanyak 22 persen responden pun masih merasa kesulitan mencari pekerjaan pasca Covid-19.
4. Makna dan kepuasan gen Z serta milenial di tempat kerja

Sebanyak 75 persen milenial dan gen Z ternyata menganggap bahwa memiliki tujuan dalam pekerjaan ternyata sangat penting untuk kesejahteraan mereka. Kedua generasi ini juga menginginkan lebih dari sekadar gaji. Mereka pun menginginkan kompensasi yang adil dan kesempatan untuk work-life balance.
Saat ini, sistem kerja mulai kembali pada on site. Banyak perusahaan yang sudah menerapkan work from office secara penuh. Menurut hasil survei, didapatkan bahwa 28 persen milenial dan 26 persen gen Z ternyata merasa lebih terlibat dengan rekan kerja saat bekerja dari kantor.
Kedua kelompok juga mengakui pentingnya peningkatan kolaborasi dan interaksi sosial. 23 persen milenial dan 21 persen gen Z pun ternyata lebih menyukai komunikasi tatap muka.
5. Side hustle menjadi solusi ketika gaji tidak cukup

Ketidakpastian ekonomi yang dirasakan gen Z dan milenial ternyata membuat mereka mulai melirik side hustle (pekerjaan sampingan). Side hustle ini pun akhirnya menjadi hobi demi mendapatkan kemandirian finansial dan kepuasan pribadi.
Dengan meningkatnya biaya hidup dan gaji yang sering kali tidak mencukup, side hustle dinilai menjadi sangat penting. Pekerjaan sampingan ini tidak hanya membantu menutupi biaya harian dan membangun keterampilan baru, tetapi juga menawarkan rasa kemandirian dan keamanan.
IDN menggelar Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2024, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema Catalyst of Change, IMGS 2024 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IMGS 2024 diadakan pada 22 - 23 Oktober 2024 di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta. Dalam IMGS 2024, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2025.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix sebagai Research Partner. Melalui survei ini, IDN menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z Indonesia.