6 Pertimbangan Sebelum Resign dari Korporat untuk Memulai Bisnis

- Kondisi finansial pribadi harus dipertimbangkan matang-matang sebelum resign, termasuk dana darurat, pengeluaran rutin, dan kebutuhan modal bisnis.
- Validasi ide bisnis penting dilakukan untuk memastikan adanya potensi pasar yang nyata, serta meminimalkan kerugian dan meningkatkan peluang keberhasilan.
- Skill dan pengetahuan bisnis perlu dipersiapkan dengan baik sebelum resign, termasuk manajemen keuangan, strategi pemasaran, layanan pelanggan, hingga pengelolaan tim.
Keputusan untuk resign dari pekerjaan korporat demi memulai bisnis sendiri memang terdengar menarik. Siapa yang tidak tergoda dengan ide jadi bos bagi diri sendiri, bebas mengatur waktu, dan menjalani pekerjaan sesuai passion? Tapi di balik bayangan indah itu, ada banyak hal yang perlu dipikirkan matang-matang, lho!
Meninggalkan pekerjaan tetap itu butuh keberanian dan kesiapan. Sebab, begitu kamu resmi keluar dari dunia korporat, kamu harus siap menghadapi dunia yang serba tidak pasti. Mulai dari pendapatan yang fluktuatif, tanggung jawab yang lebih besar, hingga tekanan mental yang lebih tinggi. Jadi, sebelum menyerahkan surat pengunduran diri, pastikan kamu sudah mempertimbangkan beberapa hal penting berikut ini. Yuk, simak!
1. Kondisi finansial pribadi

Hal pertama yang harus kamu pertimbangkan sebelum resign adalah kondisi keuangan pribadi. Bisnis yang baru dirintis biasanya belum bisa langsung menghasilkan keuntungan. Bahkan, banyak yang harus menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mencapai titik balik modal. Maka dari itu, penting sekali untuk memastikan kamu punya dana darurat yang cukup, setidaknya untuk kebutuhan hidup 6-12 bulan ke depan.
Kamu juga perlu menghitung pengeluaran rutin: cicilan, kebutuhan rumah tangga, asuransi, hingga pengeluaran tak terduga. Apakah kamu bisa tetap survive tanpa gaji tetap selama masa transisi ini? Kalau belum, mungkin kamu bisa mulai dengan side hustle terlebih dahulu sebelum benar-benar resign. Jangan sampai kamu justru merasa tertekan secara finansial di tengah perjalanan berbisnis karena kurang persiapan.
Selain itu, jangan lupa bahwa bisnis juga membutuhkan modal. Bisa jadi kamu perlu menyewa tempat, membeli peralatan, menggaji karyawan, atau mengeluarkan biaya untuk promosi. Semua itu memerlukan dana yang tidak sedikit. Pastikan keputusan resign-mu tidak menambah beban keuangan, tapi justru jadi langkah strategis yang sudah diperhitungkan dengan matang.
2. Validasi ide bisnis

Apakah ide bisnismu sudah terbukti punya potensi pasar? Jangan resign hanya karena kamu merasa ide itu "menarik" atau "unik", ya. Dalam dunia bisnis, yang paling penting adalah ada kebutuhan nyata dari pasar. Sudahkah kamu melakukan riset? Apakah target konsumen benar-benar membutuhkan produk atau layanan yang kamu tawarkan?
Kamu bisa mulai dengan menjalankan ide bisnismu secara kecil-kecilan, misalnya di akhir pekan, saat cuti, atau setelah jam kerja. Dengan begitu, kamu bisa mengukur animo pasar, mengumpulkan feedback pelanggan, dan belajar mengelola bisnis tanpa risiko besar. Memulai bisnis secara kecil-kecilan dulu juga akan membantumu memahami kesulitan dan tantangan yang nyata sebelum kamu benar-benar terjun sepenuhnya.
Banyak orang yang terlalu terburu-buru resign hanya karena ingin bebas atau merasa bosan dengan rutinitas kantor. Padahal, belum tentu ide bisnis mereka siap dieksekusi. Validasi ini penting untuk meminimalkan kerugian dan meningkatkan peluang keberhasilan. Kalau memang ada peluang besar, kamu akan resign dengan keyakinan, bukan karena emosi sesaat.
3. Skill dan pengetahuan bisnis

Kamu mungkin sangat ahli dalam bidang tertentu, tapi apa kamu sudah punya skill yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis? Seorang pemilik bisnis harus bisa memahami banyak hal, seperti manajemen keuangan, strategi pemasaran, layanan pelanggan, hingga pengelolaan tim. Tanpa kemampuan ini, bisnis akan sulit bertahan, apalagi berkembang.
Sebelum resign, ada baiknya kamu belajar dulu lewat berbagai sumber. Saat ini, banyak kursus online yang bisa kamu ikuti, mulai dari yang gratis sampai berbayar. Kalau memungkinkan, kamu juga bisa mencari mentor yang sudah berpengalaman di bidang usaha yang sama. Belajar dari pengalaman mereka akan sangat membantu menghindari kesalahan umum pemula.
Jangan terlalu percaya diri hanya karena kamu "jago jualan" atau punya produk bagus. Bisnis adalah kombinasi antara strategi, pengelolaan risiko, dan kemampuan adaptasi. Semakin kamu siap secara pengetahuan dan keterampilan, semakin besar peluang bisnis kamu sukses dalam jangka panjang.
4. Jaringan dan dukungan sosial

Resign dari pekerjaan kantoran artinya kamu juga melepaskan sebagian koneksi profesional yang sebelumnya mendukung kariermu. Maka dari itu, penting untuk membangun jaringan baru yang sesuai dengan bidang bisnis yang kamu pilih. Apakah kamu sudah mengenal supplier, pelanggan potensial, mentor bisnis, atau komunitas yang bisa membantumu berkembang?
Selain koneksi profesional, kamu juga perlu memikirkan dukungan dari orang-orang terdekat. Apakah keluargamu mendukung keputusan ini? Atau justru mereka masih ragu dan lebih menyarankanmu tetap di kantor? Meskipun pada akhirnya keputusan ada di tanganmu, dukungan moral dari orang terdekat bisa sangat membantu ketika kamu mengalami masa-masa sulit.
Kalau kamu merasa sendirian dalam perjalanan ini, carilah komunitas pebisnis, ikut seminar atau workshop, atau bergabung dalam forum online. Bertukar cerita dan belajar dari pengalaman orang lain bisa memberimu perspektif baru sekaligus suntikan semangat. Ingat, membangun bisnis tidak harus dilakukan sendirian.
5. Kesiapan mental dan emosional

Menjadi pengusaha tidak hanya butuh skill dan modal, tapi juga ketahanan mental yang kuat. Dunia bisnis itu penuh naik turun. Hari ini mungkin ramai order, tapi besok bisa saja sepi total. Kalau kamu tidak siap secara emosional, bisa-bisa kamu cepat menyerah saat menghadapi tantangan pertama.
Bekerja di korporat memang melelahkan, tapi kamu tahu kapan gajimu cair, punya rekan kerja yang bisa diajak diskusi, dan ada struktur kerja yang jelas. Ketika kamu berbisnis sendiri, semua tanggung jawab ada di pundakmu. Kamu harus bisa mengambil keputusan penting, mengelola konflik, hingga memotivasi diri sendiri saat semangat mulai kendur.
Jangan remehkan tekanan yang datang dari luar juga. Bisa saja ada komentar dari keluarga, teman, atau bahkan netizen yang mempertanyakan keputusanmu. Belum lagi kalau bisnis berjalan lambat, rasa ragu akan mudah muncul. Maka dari itu, pastikan kamu benar-benar siap menghadapi ketidakpastian, tekanan, dan proses panjang yang sering kali tidak terlihat di balik "sukses" yang kamu lihat di media sosial orang lain.
6. Rencana cadangan

Punya plan B bukan berarti kamu tidak percaya pada usahamu. Justru, ini adalah bentuk perencanaan yang bijak. Karena dunia bisnis sangat dinamis, kamu harus punya opsi kalau ternyata bisnis tidak berkembang sesuai ekspektasi dalam 6-12 bulan ke depan.
Apakah kamu akan mencoba usaha lain? Kembali kerja kantoran? Menggabungkan kerja freelance dan bisnis? Semua ini perlu dipikirkan sejak awal. Jangan sampai kamu terjebak dalam kondisi serba tanggung karena tidak menyiapkan jalan keluar.
Selain itu, tetap jaga relasi profesionalmu. Jangan langsung memutus hubungan kerja atau menutup semua peluang karier lain. Bisa jadi, di masa depan, kamu ingin kembali atau bahkan menggabungkan pengalaman kerja dan bisnis dalam satu jalur yang lebih mantap. Ingat, fleksibilitas adalah kunci bertahan di dunia kerja dan bisnis yang terus berubah.
Nah, itu tadi 6 pertimbangan yang harus kamu pikirkan matang-matang sebelum resign dari korporat untuk memulai bisnis. Jangan buru-buru ambil keputusan hanya karena ikut tren atau sedang lelah dengan pekerjaan, ya.