Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Plus Minus Menjadikan Pekerjaan sebagai Batu Loncatan

ilustrasi melamun
ilustrasi melamun (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Tidak berlama-lama menganggur
  • Bisa efektif mengantarmu ke pekerjaan yang lebih baik
  • Pekerjaan yang menjadi target belum tentu sebaik harapan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mungkin kamu sudah sering mendengar tentang pekerjaan sebagai batu lompatan. Seperti ketika dirimu baru lulus dan mulai melamar kerja. Ada orang yang menasihatimu supaya gak pilih-pilih pekerjaan.

Ambil saja tawaran apa pun yang pertama menghampiri sebagai batu loncatan. Artinya, dirimu tak usah selamanya bekerja di situ. Sehabis kamu diterima bekerja nanti bisa melamar lagi di tempat lain.

Terpenting dirimu menjadi sudah memiliki pengalaman kerja. Cara ini diharapkan memberimu posisi yang lebih baik di pekerjaan selanjutnya. Namun, sebetulnya boleh atau tidak kamu sejak awal meniatkan suatu pekerjaan sebagai batu lompatan? Ada plus minus menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan yang harus diketahui olehmu.

1. Tidak berlama-lama menganggur

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/olia danilevich)

Dengan prinsip gak apa-apa bekerja di kesempatan yang tersedia sebagai batu loncatan, masa menganggur akan lebih singkat. Bahkan kalau dirimu mulai mencari lowongan kerja serta melamar sebelum wisuda, mungkin kamu tak sempat menjadi pengangguran. Cepatnya kamu bekerja sama dengan kemandirian finansial yang lebih awal.

Beda dengan apabila dirimu menginginkan pekerjaan pertama sesuai dengan keinginanmu. Baik dari segi posisi, gaji, sampai nama kantornya kudu seperti impianmu. Gak ada istilah batu loncatan di sini.

Dirimu ingin sekali bekerja langsung di tempat yang diidam-idamkan. Peluang tetap ada. Namun, bersiaplah untuk proses yang lebih lama dan tanpa kepastian. Selagi hidupmu juga memerlukan biaya.

2. Bisa efektif mengantarmu ke pekerjaan yang lebih baik

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/Julio Lopez)

Pekerjaan yang dijadikan sebagai batu lompatan mirip dengan anak tangga. Ketika kamu menaiki tangga, sejak awal dirimu sudah bertekad untuk tiba di puncak. Kamu gak diam saja selepas menginjak anak tangga tertentu, melainkan terus naik.

Dengan menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan, dirimu terhindar dari jebakan. Kamu gak seumur hidup bekerja di situ-situ saja dan dengan tingkat kesejahteraan yang nyaris tanpa peningkatan. Peluangmu maju serta berkembang di kantor lain terbuka.

Terkadang memang bukan kantor yang menjebak karyawannya untuk terus bekerja di sana. Akan tetapi, karyawan sendiri yang belum tentu berani mengambil tantangan guna meningkatkan kariernya dengan pindah kerja. Keberanian serta semangatmu bergerak ke atas patut dipuji.

3. Namun, tanpa loyalitas berkarier di mana pun sulit berkembang

ilustrasi melamun
ilustrasi melamun (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Akan tetapi, menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan juga bukan tak ada kerugiannya. Sulit untukmu bisa mengembangkan karier jika kamu keburu gak kerasan di suatu lingkungan kerja. Benar, dirimu dapat berpindah ke sana kemari.

Namun, apakah atasanmu akan begitu saja memberimu posisi yang tinggi? Tentu tidak. Di atas banyaknya pengalamanmu, ia juga pasti mempertimbangkan soal loyalitas. Tidak aman untuk mereka memberikan jabatan yang strategis buat seorang kutu loncat.

Itu sama dengan kasih kunci rumah pada orang yang baru dikenal. Dalam waktu singkat, kamu tahu rahasia-rahasia kantor yang bisa disalahgunakan ketika untuk kesekian kalinya dirimu pindah kerja. Kamu tidak bersikap setia, pimpinan pun enggan kasih lebih padamu.

4. Jejak panjang gonta-ganti pekerjaan bikin perusahaan gak respek

ilustrasi melamun
ilustrasi melamun (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Berhati-hatilah dalam memaknai pengalaman sebagai modal melamar pekerjaan. Kandidat yang memiliki pengalaman memang sering kali diutamakan daripada belum berpengalaman sedikit pun. Itu akan mempersingkat waktu pelatihan.

Bahkan orang yang sudah punya pengalaman diharapkan bisa menggunakannya untuk memajukan tempat kerja yang baru. Akan tetapi, ini tak berarti makin banyak pengalaman yang dicantumkan dalam CV bakal makin baik. Perusahaan melalui stat HRD akan memperhatikan betul karakter di balik kesukaanmu gonta-ganti pekerjaan.

Baik bidangnya sama atau berbeda. Dari situ mereka dapat mengetahui potensi bahaya apabila menerimamu. Barangkali perusahaan itu juga bakal senasib dengan kantor-kantormu sebelumnya. Yaitu, dirimu out tak lama setelah diterima.

5. Kecenderungan sejak awal kurang serius dalam bekerja

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/Julio Lopez)

Tindakanmu terkait pekerjaan ditentukan oleh pandanganmu. Kalau sejak semula dirimu melihat suatu pekerjaan hanya sebagai batu loncatan, keseriusan dalam bekerja mungkin rendah. Kamu sebenarnya sudah dalam mode gak sabar untuk beralih ke pekerjaan lain.

Bahkan sekalipun pekerjaan itu belum ada. Namun, dirimu telanjur tak bisa memfokuskan diri pada tugas-tugas saat ini. Celakanya, ini juga teramati oleh atasanmu. Kalau kamu tidak dapat segera memperbaiki kinerja, ending mungkin tidak sesuai dengan bayanganmu.

Bukan dirimu yang suatu saat mengajukan pengunduran diri buat bisa bekerja di tempat lain. Namun, perusahaan yang mendepakmu dengan catatan buruk. Stres yang akan dirasakan beda jauh antara kamu dipecat dengan resign atas kehendak sendiri.

6. Pekerjaan yang menjadi target belum tentu sebaik harapan

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kamu memiliki pekerjaan yang diincar. Harapannya, setiap 1 atau 2 tahun dirimu dapat pindah kerja. Saban kamu melamar pekerjaan baru pasti mendekati posisi dan perusahaan yang menjadi impian. Terus begitu dan jika perjuanganmu lancar, boleh jadi kamu mendapatkan pekerjaan tersebut.

Akan tetapi, ini tidak menjamin situasi kerja dan kesejahteraannya persis dengan bayanganmu. Selama ini dirimu dapat salah membayangkan karena berada di luar perusahaan. Pendapatan yang tinggi dan iklim kerja yang menyenangkan barangkali cuma ada dalam angan-anganmu.

Kenyataannya, bekerja di sana sangat keras, terlalu banyak lembur, dan persaingan antarkaryawan begitu sengit. Dengan beban kerja sebesar itu, gaji gede juga terasa kurang berarti. Rasanya malah lebih nyaman bekerja di salah satu kantor lamamu. Sayangnya, kamu tidak bisa kembali ke sana.

Tidak menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan bukan artinya kamu harus setia di pekerjaan pertama buat selamanya. Pindah kerja merupakan hal yang biasa. Kalau memang suatu pekerjaan gak kasih prospek karier yang bagus tak ada salahnya dirimu mencoba peluang lain. Walau ada plus minus menjadikan pekerjaan sebagai batu loncatan, kalau kamu sengaja melakukannya maka lebih banyak negatif daripada positifnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Alasan Orang Tetap Beli Emas Tanpa Peduli Tren Harga

21 Okt 2025, 10:18 WIBLife