5 Cara Membangun Portofolio Baru Selama Career Break

- Career break merupakan momen untuk rebranding diri dan menemukan kembali semangat serta arah hidup.
- Buat strategi membangun portofolio baru selama career break, termasuk jenis portofolio yang relevan dengan alasan jeda karier.
- Personal branding penting sebagai bagian dari pembangunan portofolio selama career break.
Career break alias jeda karier semakin umum di dunia kerja. Namun, bagi beberapa HRD, ini kadang dianggap sebagai masa menganggur, apalagi kalau kamu gak bisa menjelaskan dengan baik kenapa kamu memilih career break. Namun, sebenarnya, jeda gak selalu berarti kemunduran. Justru banyak orang menemukan kembali semangat dan arah hidup saat mereka memutuskan untuk mengambil waktu istirahat dari rutinitas profesional.
Salah satu cara terbaik untuk tetap relevan dan percaya diri selama masa jeda ialah dengan membangun portofolio baru. Portofolio bukan hanya kumpulan karya atau pengalaman kerja, tapi juga cerminan dari siapa kamu saat ini dan ke mana kamu ingin melangkah. Membuat portofolio selama career break bisa jadi strategi jitu untuk membuktikan bahwa kamu tetap produktif meski sedang rehat dari pekerjaan formal. Yuk, kita bahas strategi membuat portofolio baru selama career break.
1. Pahami dulu tujuan career break

Sebelum membangun portofolio, penting untuk refleksi dulu kenapa kamu mengambil career break? Apakah untuk istirahat, fokus ke keluarga, studi, traveling, atau mencari jati diri? Mengetahui alasan ini akan membantumu menentukan jenis portofolio yang relevan dan sesuai dengan arah baru yang ingin kamu tuju.
Jika kamu mengambil jeda untuk mengurus anak, misalnya, kamu bisa membuat portofolio yang menampilkan kemampuan manajemen waktu, proyek seputar parenting, atau aktivitas edukatif bersama anak. Jika waktu jeda kamu diisi dengan belajar user experience (UX) design , kamu bisa fokus membuat portofolio desain digital. Pilihlah jenis portofolio yang paling mencerminkan arah baru yang ingin kamu tuju.
2. Bikin proyek sendiri, gak perlu tunggu klien

Portofolio bukan hanya soal proyek komersial. Kamu bisa mulai dari hal sederhana, seperti proyek pribadi. Kalau kamu berminat menjadi seorang desainer grafis, misalnya, coba buat logo brand fiktif. Penulis? Mulai tulis di blog atau e-book mini. Untuk seorang pemrogram, kembangkan aplikasi kecil, lalu unggah ke GitHub. Untuk fotografer, buat seri foto tematik yang menceritakan sesuatu.
Jangan tunggu ada yang bayar dulu untuk mulai berkarya. Zaman sekarang, inisiatif itu nilai plus besar di mata perekrut. Bahkan, gak jarang dari proyek pribadi ini justru menarik klien sungguhan.
3. Gunakan platform daring gratis

Selama career break, kamu mungkin harus lebih hemat. Untungnya, banyak platform gratis yang bisa kamu manfaatkan untuk membuat dan menampilkan portofolio:
- Behance atau Dribbble untuk karya visual,
- Medium atau Blogspot untuk tulisan,
- GitHub untuk proyek pemrograman,
- Notion sebagai digital resume interaktif, dan
- LinkedIn untuk merangkum semua jejak digitalmu.
Kuncinya, pilih platform yang sesuai dengan bidangmu dan rawat tampilannya seperti kamu merawat CV. Jangan asal unggah, beri konteks, deskripsi, dan gambaran proses kreatifmu.
4. Ceritakan perjalananmu, bukan sekadar hasil

Salah satu kesalahan umum dalam portofolio ialah hanya menampilkan hasil akhir. Padahal, yang bikin kamu menonjol ialah cerita di balik layar. Ceritakan apa masalah yang ingin kamu pecahkan? Kenapa kamu memilih pendekatan tersebut? Apa hambatan yang kamu hadapi dan solusinya? Apa hasil dan pembelajaran yang kamu dapat?
Hal ini akan menunjukkan kemampuan berpikirmu, cara kerja, dan kedalaman pemahaman dalam bidang tersebut. Lantas, perekrut biasanya sangat menyukai gambaran semacam ini! Jadi, jangan hanya fokus pada hasil, ya!
5. Bangun personal branding yang konsisten

Portofolio yang bagus akan lebih kuat kalau didukung dengan personal branding yang solid. Coba posisikan dirimu sebagai seseorang yang memang aktif dan antusias di bidang itu. Hal-hal kecil yang bisa kamu mulai:
- aktif mengunggah gambaran atau karya di LinkedIn;
- tulis artikel di blog pribadi atau di Medium;
- bagikan proses kreatifmu di Instagram atau TikTok;
- ikut diskusi dalam komunitas daring; dan
- ceritakan pengalamanmu selama career break.
Semakin kamu terlihat konsisten dan bernilai, semakin besar kemungkinan kamu dilirik, bahkan saat masih dalam masa career break.
Membangun portofolio selama career break sangat direkomendasikan. Selain menjaga keterampilanmu tetap tajam, ini juga jadi sinyal bagi perekrut bahwa kamu serius dan siap kembali ke dunia kerja dengan versi terbaik dari dirimu. Jadi, manfaatkan waktu ini untuk rebranding diri!