Selama Mandiri dan Sukses, Salahkah Jika Lulusan Sarjana Bekerja Biasa-Biasa Saja?

Saat ini, bekerja kantoran merupakan kecenderungan banyak lulusan sarjana. Bekerja kantoran menawarkan banyak keuntungan. Mulai dari jenjang karir, tunjangan, fasilitas dan yang terakhir adalah gengsi. Tak mengherankan apabila mereka yang tak bekerja kantoran, sering dianggap bermasa depan kurang cerah. Tapi selama kita bisa membuktikan bahwa kita mandiri dan sukses, salahkah lulusan sarjana bekerja biasa-biasa saja?
Banyak pilihan untuk seorang sarjana begitu harus berkarir.
Pilihan karir tidak selalu bekerja di kantor atau perusahaan. Kita mengenal wirausaha dan freelance. Ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tentunya, setiap orang memiliki kemerdekaan dan kematangan pikirannya masing-masing untuk memilih.
Ada yang memilih bekerja di kantor dengan delapan jam kerja atau lebih. Ini wajar.

Kebanyakan sarjana memang memilih lapangan kerja yang bersifat kantoran. Seperti yang sudah dikatakan di awal, bekerja kantoran mungkin melelahkan dan terikat waktu. Namun, kontraprestasi yang diberikan juga menggiurkan. Wajar jika ini banyak dipilih. Apalagi tidak semua sarjana dapat langsung berwirausaha dengan keterbatasan modal.
Tapi, ada pula yang cukup bekerja dari rumah, tanpa aturan waktu yang ketat.

Di balik itu semua, ada yang tetap kukuh tidak bekerja di kantor. Sebut saja ibu rumah tangga, wirausahawan pemula, dan pekerja lepas (freelance). Mereka dapat menjalankan tugasnya di rumah atau di mana pun mereka berada. Meski tidak mendapat sejumlah keuntungan yang menggiurkan, waktu yang leluasa adalah prioritas utama mereka.
Namun, kita tidak berhak memandang rendah orang yang tidak bekerja kantoran.

Meski kelihatannya tidak segengsi yang bekerja kantoran, kita tidak boleh memandang rendah mereka yang tidak bekerja di kantor. Di saat pekerja sibuk dengan deadline, mereka yang tidak bisa berlibur kapan saja. Ketika sebuah perusahaan membutuhkan tenaga tertentu, kadang mereka yang tidak terikat kerja kantoran lebih dibutuhkan dibandingkan dengan pekerja fulltime.
Kelihatannya saja mereka kurang rapi dan tidak sibuk. Tapi percayalah mereka punya tanggung jawab yang sama, bahkan lebih.

Seorang ibu rumah tangga, misalnya. Ia bertanggung jawab membesarkan anak, mengurus suami, dan membereskan pekerjaan rumah sekaligus. Pekerjaan tersebut tidak lagi dilakukan delapan jam kerja, tapi 24 jam. Seorang pekerja lepas harus menawarkan dirinya ke beberapa klien sekaligus. Dampaknya, dalam sehari ia melakukan pekerjaan lebih dari delapan jam. Terutama ketika deadline datang. Sedangkan seorang wirausaha bisa bekerja seharian untuk membuat konsep bisnis, menemui pelanggan yang meminta kapan saja dan lainnya.
Kelihatannya mereka tidak mendapat fasilitas dan jabatan. Namun, mereka selalu bisa menghidupi dirinya bahkan keluarganya.

Dengan kesanggupannya bekerja dengan sangat keras, tak mengherankan kalau mereka juga bisa sejahtera. Bahkan mereka bisa berkeluarga, memiliki anak, dan memenuhi kebutuhan seluruh keluarganya. Orang tua dan adiknya pun masih bisa mereka bantu dari hasil kerja kerasnya. Mereka benar-benar bisa sejahtera walalupun tidak bekerja kantoran. Mereka tidak lagi meminta dari orang tuanya.
Seandainya pekerjaan kamu "biasa saja", tidak usah berkecil hati. Berusahalah terus.

Kamu adalah ibu rumah tangga? Kamu seorang pekerja lepas? Kamu adalah wirausahawan pemula yang perlu waktu membesarkan bisnis? Kamu juga sarjana? Tidak perlu berkecil hati! Selama kamu berusaha, pasti usahamu pulalah yang membawa hasil.
Kesuksesan pasti akan datang untuk kamu yang konsisten dan gigih, apapun pekerjaanmu sekarang!

Tengok saja Bob Sadino. Dahulu ia bukanlah siapa-siapa. Ia juga tidak mengenyam pendidikan sarjana. Pekerjaannya juga biasa saja, berdagang telur. Tapi berkat ketekunannya, tak ada yang mustahil. Hingga akhir hayatnya, ia dikenal sebagai wirausahawan paling sukses.
Selama apa yang kamu lakukan sekarang adalah hal yang halal, punya tujuan yang mulia, serta kamu lakukan secara gigih dan konsisten, percayalah kesuksesan akan datang.