6 Tanda Kamu Cocok Resign dan Bekerja dari Rumah, Bijak Memutuskan

Bisa bekerja dari rumah menjadi keinginan banyak orang. Namun, kamu gak boleh terburu-buru keluar dari pekerjaan saat ini lalu mencoba WFH jika tidak punya alasan yang kuat dan kemampuan yang cukup. Bekerja dari rumah tidak segampang kelihatannya. Dirimu mesti memutar otak buat menghasilkan setiap rupiah.
Sangat berbeda dengan bekerja di kantor. Kamu hanya perlu fokus pada tugas yang sudah menjadi tanggung jawabmu. Gajimu menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pemilik usaha. Ini sebabnya gegabah memutuskan resign bisa membuatmu mengalami kesulitan ekonomi yang serius.
Tidak semua orang cocok untuk sepenuhnya bekerja dari rumah. Sama halnya dengan ada beberapa orang yang lebih baik banting setir dari WFO menjadi WFH untuk sementara maupun selamanya. Kamu boleh memutuskan resign dan bekerja dari rumah jika kondisinya seperti di bawah ini.
1. Gak kuat setiap hari menempuh perjalanan jauh ke kantor

Jarak antara kantor dengan rumahmu cukup jauh. Kamu sudah berusaha selama beberapa bulan bahkan lebih dari setahun untuk beradaptasi dengan rutinitas melelahkan ini. Namun, dirimu tahu bahwa kemampuanmu telah mencapai batasnya. Kelelahan yang dirasakan makin menjadi-jadi.
Kamu berangkat sangat pagi dan baru tiba di rumah setelah hari benar-benar gelap. Slow living dan keseimbangan hidup tidak ada dalam kamusmu. Setiap hari dirimu menyerupai robot. Kamu bangun dan tergesa-gesa berangkat kerja, pulang dengan rasa lelah luar biasa, tidur sebentar, dan kembali bertarung dengan pekerjaan.
Memang berubah haluan secara ekstrem menjadi WFH bukan satu-satunya solusi. Dirimu masih dapat mencari pekerjaan di kantor yang lebih dekat dengan rumah atau bahkan indekos di sekitar kantor saat ini. Namun bila kamu merasa sedikit lagi membiarkan dirimu dalam kelelahan akan amat berbahaya, mengundurkan diri bisa diambil. Kamu dapat mencoba WFH sambil mencari lowongan di kantor yang lebih dekat.
2. Masalah kesehatan sekalipun kantor dekat

Kantor yang dekat dengan rumah atau kos-kosan tidak menjamin kesehatanmu lebih prima. Khususnya untukmu yang sebelum mulai bekerja pun sudah memiliki penyakit yang cukup berat. Kondisinya mudah memburuk seiring kesibukanmu di luar rumah.
Di satu sisi, bekerja di kantor membantumu mengalihkan pikiran dari penyakit tersebut. Di sisi lain, kamu kesulitan karena sebentar-sebentar mesti mengajukan izin untuk kontrol ke dokter dan sejumlah tindakan medis. Waktu kerja yang kaku juga menyulitkanmu buat beristirahat lebih banyak.
Sebaiknya kamu mulai mempersiapkan kemungkinan resign serta bekerja dari rumah. Kalau dirimu sudah berkeluarga atau tinggal bersama orangtua dan saudara, ini juga perlu dibicarakan dengan mereka. Pilihanmu untuk WFH sepenuhnya bisa sangat memengaruhi penghasilanmu sementara pengobatan terus berjalan.
3. Ada anggota keluarga yang mesti diurus penuh

Kali ini bukan kamu yang sakit, melainkan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabmu. Ia bisa orangtua, anak, atau pasangan. Penyakit sampai membuatnya kesulitan menjaga dan memenuhi keperluan-keperluan pribadi. Otomatis pilihanmu hanya dua.
Yaitu, kamu mencari perawat di rumah agar dirimu bisa tetap bekerja di kantor atau resign dan bekerja dari rumah. Tentu kesibukan WFH juga tinggi dan tidak sama dengan menganggur. Akan tetapi, minimal kamu dapat sambil memantau kondisi keluarga yang sakit keras.
Lagi pula, membayar orang untuk merawatnya selagi kamu bekerja di luar rumah juga sama sekali tak murah. Belum tentu orang yang sakit mau dan merasa nyaman. Kamu perlu melakukan perhitungan yang cermat dari sisi keuangan maupun psikismu dan anggota keluarga yang sakit. Bila dirimu juga tak bisa memercayakannya pada orang lain, boleh jadi resign dan WFH lebih tepat.
4. Tak tahan bekerja di bawah orang lain

Ini berbeda dari sekadar rasa tidak cocokmu dengan atasan. Kalau kamu terlalu sering berseberangan dengannya, ganti atasan pun sudah memecahkan masalahmu. Dirimu mungkin perlu keluar dari kantor, tetapi dapat melamar kantor lain. Sedang resign lalu bekerja sepenuhnya dari rumah diambil jika secara umum kamu tidak bisa bekerja di bawah siapa pun.
Artinya, sebelum ini dirimu juga sudah memiliki beberapa pengalaman kerja ikut orang. Semuanya tidak memuaskanmu. Termasuk ketika gajinya cukup besar. Sumber ketidakpuasanmu ialah tak dapat mengatur irama kerjamu sendiri dan tujuan yang hendak dicapai.
Seperti apa pun karakter atasanmu menimbulkan tekanan berlebihan pada psikismu. Kamu menjadi kesulitan untuk mengembangkan diri, di samping tidak bahagia. Barangkali inilah waktumu buat bekerja sendiri dari rumah atau membangun usaha dan merekrut pekerja. WFH serta menjadi bos buat diri sendiri memberimu kesempatan untuk lebih berkembang serta enjoy menjalaninya.
5. Yakin mampu menghasilkan cukup uang dari rumah

Hidup butuh biaya yang tidak sedikit. Buatmu yang gak punya penopang finansial, keputusan resign mesti dipikirkan dengan lebih matang. Baik dirimu hendak WFH atau bekerja di kantor lain, urusan penghasilan kudu benar-benar diperhitungkan.
Kamu bisa saja bekerja dari rumah. Akan tetapi, bagaimana kalau konsekuensinya adalah pendapatanmu turun drastis? Dirimu perlu membuat perhitungan penghasilan minimal yang harus didapatkan buat hidup layak. Lalu cocokkan dengan kemampuanmu sendiri.
Terlalu berisiko apabila kamu tak punya pengalaman sama sekali bekerja dari rumah, sedangkan hasil perhitungan biaya hidupmu cukup tinggi. Makin rendah biaya hidupmu, makin mungkin kamu berhasil banting setir dengan WFH. Bukan maknanya pendapatan orang yang bekerja dari rumah pasti lebih kecil dari karyawan. Namun, proses merintisnya menjadi lebih gampang.
6. Punya kedisiplinan tinggi

WFH bukan cara kerja yang cocok untuk pribadi dengan kedisplinan rendah. Orang yang gak bisa disiplin memerlukan tekanan serta pengawasan lebih supaya dapat bekerja dengan baik. Sementara WFH hanya akan membuatnya tambah malas dan bersikap semaunya sendiri.
Oleh sebab itu, ukur dengan sejujur mungkin mengenai kedisplinanmu. Tanda awal kamu bakal sukar disiplin ialah belum apa-apa sudah sibuk membayangkan sisi enaknya saja dari work from home. Seperti dirimu bisa bangun siang, lebih sering libur daripada bekerja, dan memperpanjang deadline semaumu.
Walaupun kamu bekerja tanpa punya bos, kedisiplinan gak boleh berkurang. Malah sifat disiplin kudu ditingkatkan agar dirimu sukses bekerja dari rumah. Dengan memutuskan WFH setelah mengundurkan diri dari kantor, kamu seperti sedang mengukir jalan kesuksesanmu sendiri. Gak ada atasan yang mengejar-ngejarmu buat mencapai target.
Resign menjadi keputusan besar di masa kerjamu. Ditambah dengan banting setir menjadi bekerja dari rumah, kamu harus siap untuk kerja keras. Pikirkan matang-matang supaya transisi dari pekerja kantoran menjadi pekerja mandiri berjalan dengan lebih mulus.