Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Jadi Content Creator dari Mbak Tumbas & Judithya untuk Gen Z

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Gak dimungkiri kini sosial media menjadi sumber informasi terkini. Untuk itu, gak heran kalau kini banyak orang yang mulai mendalami cara kerja sebagai content creator.

Sejalan dengan Gen Z yang kini mendominasi lapangan kerja, generasi yang lahir dari tahun 1997-2010 ini pun mulai menunjukkan ketertarikan untuk mengetahui lebih dalam cara kerja sosial media.

Bagi kamu yang mungkin juga ingin memulai perjalanan sebagai content creator, CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur membagikan tips-tips yang membantu. Yuk, simak di bawah ini!

1. Melalui perjalanan konten hingga akhirnya menemukan yang cocok

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Sebagai content creator, keduanya pun mengaku mengalami sepak terjang dalam perjalanannya. Salah satunya menemukan konten yang cocok, berkali-kali mereka mencari apa yang sesuai dengan gaya mereka, tetapi juga menyesuaikan dengan yang diminati oleh audience.

"Aku bikin konten sudah dari tahun 2023 ya, dan sebelumnya pernah mencoba beberapa konten sebelum jadi content creator di bidang fashion ini. Jadi, akhirnya aku coba yang aku suka, yaitu baju nyentrik dari koleksi pribadi mama," ucap content creator yang akrab disapa Mba Tumbas ini saat sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, Rabu (23/10/2024).  

Untuk trademark "tumbas"-nya, ia pun mengambil inspirasi ini dari tempat asalnya, yakni Jawa Timur. Karena setelah konten pertamanya banyak disukai, followers pun kemudian banyak memintanya untuk membuat video membeli sesuatu dengan baju-baju nyentrik yang di setiap video menyebut kata "tumbas" yang artinya membeli. 

2. Manfaatkan tren sosial media yang kini didominasi oleh Gen Z

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Dengan pergeseran tren sosial media. kini sosial media pun bukan hanya digunakan sebagai platform untuk update, tetapi juga untuk mencari segala macam informasi. Terlebih ketika sosial media sudah bisa dibagi menjadi ranah publik, hal ini pun bisa dimanfaatkan untuk menjangkau audience yang lebih luas.

"Dulu, yang bisa ngeliat aktivitas kita kan cuman temen-temen sekitar aja. Tapi kalau sekarang, sosial media itu kan audience-nya lebih luas ya jadi juga bisa jadi sarana untuk memanfaatkan platform mereka untuk mempublish konten sendiri," ujar Judithya Pitana, content creator dan editor-in-chief Popbela.com

Sebagai seorang content creator di sosial media sekaligus menjadi editor-in-chief di media digital, Judithya pun mengingatkan bahwa validasi informasi juga penting dilakukan agar setiap orang dapat terhindar dari hoax dan berita palsu. 

"Kalau aku lihat, sosial media jadi ujung tombak pencarian berita. Tapi, karena sifatnya yang cukup cepat, mereka juga butuh fact checking dari jurnal atau artikel untuk back up informasi. Ini juga harus jadi edukasi untuk memvalidasi berita atau info yang ada di sosmed," pungkasnya. 

3. Kalau ingin berhenti, ingat kembali niat awal membuat konten

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Cadbury Lemonade atau Mbak Tumbas, dengan gaya nyentriknya, tahu betul bahwa gayanya belum tentu dapat diterima semua orang. Gak jarang, banyak komentar dari netizen yang membuatnya mempertanyakan pilihan yang ia ambil. 

"Pernah pastinya ingin berhenti, tapi aku balik lagi apa yang aku lakukan awalnya itu kan ingin berekspresi ya," ucap Mbak Tumbas saat diwawancara. 

Begitu pun dengan Judithya, ketika ia menemukan komentar yang tidak mengenakkan, perilaku ini ia tanggapi dengan tujuan utamanya, yakni menyampaikan konten yang mengedukasi. 

"Pastinya kalau hate comments ada ya, tapi kita fokus aja kalau konten itu bisa dipertanggungjawabkan dan tidak menyinggung atau menyakiti pihak lain," ucap Judithya. 

4. Jangan fokuskan konten pada virality, tapi relatability

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Saat membuat konten, jumlah views yang banyak pastinya menimbulkan rasa euphoria. Tetapi, jika kamu baru mulai membuat konten dan audience masih belum banyak, jangan ragu dan teruslah berusaha. Sebagaimana yang disampaikan oleh Judithya, dirinya pun berpesan bahwa suatu konten bukan hanya berfokus pada virality, tetapi juga relatability atau apa yang dekat dengan para audience

"Virality itu meningkatkan dopamin, kalau viral ya pasti kan senang ya. tapi, balik lagi kenapa kita mau bikin konten. Viral itu kan di luar kontrol kita ya, jadi kalau mau bikin konten ya fokusnya gimana kita enjoy dan apa yang relate dengan yang lain aja," ungkap Judithya.

Untuk itu, ia pun menegaskan bahwa konten yang baik bukan berarti bahwa viewsnya melimpah, tetapi yang memiliki aspek menghibur atau mengedukasi. 

"Kadang-kadang kita mikir bahwa konten yg bagus adalah yang views-nya gede. Padahal, gak selalu. Yang penting adalah konten yang bagus itu ya konten yang menghibur dan mengedukasi," pungkasnya.   

5. Social skill persona layar dan realita juga penting dibedakan

CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)
CadburyLemonade dan Judithya Pitana dalam sesinya di Indonesia Millenial and Gen-Z Summit, "Talking to Gen Z: Social Skills in Digital Age" bersama dengan Podcast Ancur. (Instagram.com/indonesia.summit)

Hidup sebagai seorang content creator kerap memiliki tantangan tersendiri. Seperti misalnya kesulitan membagi real life dengan persona sosial media, keduanya merupakan sisi yang saling berdampak, tetapi juga penting dibedakan.

"Kalau kita bikin konten di kamar sendiri, itu kan kita nggak butuh untuk ngobrol sama orang. Tapi, kalau bertemu langsung ya pasti komunikasinya berbeda, ya," ujar Judithya. 

Dengan fokusnya di sosial media, ia pun mengatakan bahwa komunikasi di sosial media juga penting dilakukan. Ini bukan hanya dapat menjaga engagement, tetapi juga memastikan bahwa hubungannya dengan followers dapat terjalin dengan dekat dan erat. 

"Tapi mungkin yang, kalau komunikasi di online tuh kayak sama followers gitu kali, ya. Sama audience yang komen-komen. Itu paling itu juga, gimana ya, perlu di-maintain juga sih, sebenernya. Karena kalau kita komunikasi di kolom komentar, itu juga menunjukkan bahwa kita hadir," tutupnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
Hani Safanja
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us