Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Melakukan Multitasking Tanpa Bikin Kepala Meledak

ilustrasi bekerja (unsplash.com/Samuel Bourke)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Samuel Bourke)

Multitasking kerap dianggap sebagai kemampuan super yang dapat meningkatkan produktivitas secara drastis, khususnya di dunia kerja yang sangat cepat dan penuh dengan tuntutan. Namun, jika terlalu banyak tugas yang dilakukan secara bersamaan, maka hal ini hanya akan membuat otak pun kewalahan fokus terbagi hingga hasil kerja menjadi kurang maksimal.

Untuk dapat melakukan multitasking tanpa harus merasa stres secara berlebihan, maka diperlukan strategi yang tepat agar bisa mengetahui kemampuan diri. Lakukan beberapa tips berikut ini jika tertarik untuk menerapkan multitasking tanpa berpotensi membuat kepalamu pusing.

1. Prioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan waktu

ilustrasi bekerja (unsplash.com/Sigmund)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Sigmund)

Sebelum mencoba mengerjakan banyak hal secara sekaligus, maka penting untuk mengetahui terlebih dahulu mana yang benar-benar mendesak dan mana yang mungkin masih bisa ditunggu. Buatlah daftar prioritas harian yang jelas dan susunlah berdasarkan tingkat urgensi, serta waktu penyelesaian yang ada.

Dengan memilah tugas dari objektif, maka kamu bukan hanya mencegah potensi kewalahan, namun menghindari multitasking yang justru bisa menghambat produktivitas. Tentukan fokus utama yang nantinya dapat membantu pikiranmu agar lebih tertata dengan baik dan juga menghindari potensi stres akibat semua tugas yang terasa ingin diselesaikan secara sekaligus.

2. Kelompokkan tugas sejenis untuk dikerjakan bersamaan

ilustrasi bekerja (unsplash.com/Swello)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Swello)

Melakukan multitasking tidak berarti harus menggabungkan jenis tugas-tugas yang berbeda, sebab ada pula beberapa tugas yang dapat membuat otak jadi merasa cepat lelah. Coba kelompokkan terlebih dahulu pekerjaan dengan pola atau jenis yang serupa, seperti misalnya membalas email sambil mendengarkan laporan atau mengetik sambil mengikuti pertemuan daring.

Setidaknya dengan melakukan dua aktivitas yang tidak saling mengganggu fungsi kognitif utama, maka kamu bisa meminimalisir risiko kelelahan mental. Strategi ini juga dapat memungkinkan otak untuk bekerja dengan lebih efisien karena tidak harus terus-menerus melakukan penyesuaian pada dua konteks yang sangat bertolak belakang.

3. Gunakan alat bantu seperti to do list atau timer

ilustrasi bekerja (unsplash.com/Jackson Schaal)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/Jackson Schaal)

Untuk memastikan bahwa multitasking tersebut tidak sampai membingungkanmu atau membuatmu kewalahan, maka gunakan alat bantu sederhana, seperti aplikasi to do list atau teknik pomodoro untuk memastikan ritme kerja. Timer bisa membantu otak untuk tetap fokus dalam waktu tertentu sebelum nantinya berpindah ke tugas lain.

Setidaknya dengan membagi waktu kerja menjadi blok-blok fokus, maka kamu pun dapat memberikan otak jeda terlebih dahulu dalam waktu yang cukup dan menghindari potensi lelah akibat berpindah-pindah tugas secara acak. Cara ini juga dapat membantumu untuk mengevaluasi efektivitas multitasking yang dilakukan, sehingga bisa benar-benar produktif atau justru dapat menurunkan kualitas kerja.

4. Kenali batas fokus dan beri waktu istirahat yang cukup

ilustrasi bekerja (unsplash.com/WebFaster)
ilustrasi bekerja (unsplash.com/WebFaster)

Walau kamu merasa mampu mengerjakan banyak hal secara sekaligus, namun tubuh dan pikiranmu tetap memerlukan waktu istirahat agar tidak mengalami kejenuhan dan hilang konsentrasi. Coba luangkan waktu untuk beristirahat sejenak di antara tugas-tugas yang berat agar kondisi mentalmu dapat stabil dan terisi kembali.

Mengabaikan sinyal kelelahan justru hanya akan membuat performamu menurun dan emosi pun jadi tidak stabil, apalagi jika terus dipaksakan. Dengan mengenali kapan waktu untuk berhenti sejenak, maka kamu bisa menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental.

Multitasking bisa menjadi solusi produktif apabila dilakukan dengan bijak. Namun, tanpa perencanaan dan pemilihan tugas yang memadai, maka aktivitas ini hanya akan menurunkan kualitas pekerjaan ke depannya. Fokuslah pada hasil yang maksimal, bukan hanya sibuk tanpa arah!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us