Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Memutuskan Resign, Penting!

Ilustrasi pria sedang merenung (freepik.com/prostooleh)
Ilustrasi pria sedang merenung (freepik.com/prostooleh)
Intinya sih...
  • Kondisi keuangan yang stabil
  • Rencana karier yang jelas
  • Cari dan pastikan peluang baru
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keputusan untuk resign dari pekerjaan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Di balik rasa lelah dan jenuh yang mungkin sedang kamu rasakan, ada konsekuensi dan risiko yang harus dipertimbangkan matang-matang.

Resign bukan cuma soal berhenti dari tempatmu sekarang, tapi juga tentang bagaimana kamu memastikan langkah selanjutnya tidak justru membawamu ke situasi yang lebih sulit. 

Sebelum kamu memutuskan mengucapkan selamat tinggal pada rekan-rekan kerjamu, ada hal penting yang wajib kamu siapkan. Yuk, simak agar kariermu setelah resign berjalan mulus dan tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.


1. Kondisi keuangan yang stabil

Ilustrasi wanita memegang uang (freepik.com/lifeforstock)
Ilustrasi wanita memegang uang (freepik.com/lifeforstock)

Hal pertama dan paling krusial yang harus kamu evaluasi adalah kondisi keuangan. Jangan sampai keputusan resign justru membuatmu terjerat masalah ekonomi yang ujung-ujungnya bikin stres dan mental breakdown. 

Pastikan kamu sudah memiliki dana darurat yang cukup untuk menutupi semua kebutuhan hidup setidaknya untuk 3 hingga 6 bulan ke depan. Dana ini harus bisa mencakup biaya sewa/kontrakan, makan, transportasi, cicilan, asuransi, dan tentu saja, dana untuk kebutuhan tak terduga. 

Hitung dengan cermat pengeluaran bulananmu. Jika belum memiliki tabungan sebesar itu, mungkin kamu perlu menunda rencana resign dan fokus menabung terlebih dahulu. Ingat, financial safety net ini akan memberimu ketenangan pikiran dan waktu yang cukup untuk mencari peluang baru tanpa harus terburu-buru dan menerima tawaran pekerjaan asal-asalan.


2. Rencana karier yang jelas

Ilustrasi wanita sedang berdiskusi (freepik.com/tirachard)
Ilustrasi wanita sedang berdiskusi (freepik.com/tirachard)

Resign karena sedang bosan atau karena emosi sesaat adalah keputusan yang sangat berisiko. Alih-alih menyelesaikan masalah, kamu justru bisa terjebak dalam fase pengangguran yang membuatmu semakin hilang arah. 

Sebelum memutuskan keluar, tanyakan pada dirimu sendiri: “Lalu, apa rencanaku setelah ini?” Apakah kamu akan pindah ke perusahaan lain, mencoba terjun ke dunia wirausaha, atau melanjutkan pendidikan? 

Memiliki peta rencana yang jelas akan membantumu tetap fokus dan termotivasi. Buatlah timeline dan target yang realistis. Sehingga, resign bukan berarti jadi pengangguran, tapi justru menjadi sebuah langkah strategis untuk mengarah pada karier yang lebih baik dan sesuai dengan passionmu.


3. Cari dan pastikan peluang baru

Ilustrasi pria sedang fokus (freepik.com/prostooleh)
Ilustrasi pria sedang fokus (freepik.com/prostooleh)

Idealnya, kamu sudah mengantongi surat penawaran (offering letter) dari perusahaan baru sebelum mengajukan resign. Namun, jika belum, setidaknya pastikan kamu sudah memiliki peluang kerja yang realistis dan sedang dalam proses rekrutmen yang serius. 

Jangan hanya berasumsi bahwa “lowongan kerja banyak, pasti cepat dapet.” Lakukan riset pasar kerja, perbarui CV dan profil LinkedIn-mu, dan jalin networking. Selain itu, jangan hanya fokus pada gaji. 

Pastikan juga prospek karier, budaya kerja, dan nilai-nilai perusahaan di tempat barumu nanti benar-benar lebih baik dan sejalan dengan ekspektasimu. Jangan sampai kamu terjebak di situasi yang sama, atau bahkan lebih buruk dari tempatmu bekerja sekarang.


4. Siapkan surat dan alasan resign yang profesional

Ilustrasi mempersiapkan surat resign (freepik.com/pressfoto)
Ilustrasi mempersiapkan surat resign (freepik.com/pressfoto)

Cara kamu mengundurkan diri sangat memengaruhi reputasi dan jaringan kariermu di masa depan. Saat menyampaikan resign, sampaikan dengan alasan yang sopan dan profesional.

Hindari sekadar mengeluh, apalagi menjelek-jelekkan perusahaan, atasan, atau rekan kerja. Alasan seperti “ingin mencari peluang pengembangan baru” atau “mengejar passion yang berbeda” terdengar lebih elegan dan tidak membakar jembatan. 

Ingat, dunia ini sempit. Bisa saja atasan atau rekan kerjamu sekarang menjadi calon klien atau bahkan rekan kerja di perusahaan lain nanti. Menjaga hubungan baik adalah investasi berharga untuk masa depan kariermu.


5. Selesaikan tugas dan dokumentasi pekerjaan

Ilustrasi pria mempersiapkan resign (freepik.com/Drazen Zigic)
Ilustrasi pria mempersiapkan resign (freepik.com/Drazen Zigic)

Terakhir yang tidak kalah penting, tunjukkan sikap profesionalmu sampai detik terakhir. Pastikan semua tugas dan tanggung jawabmu sudah diselesaikan.

Dokumentasikan pekerjaan dengan rapi agar dapat dengan mudah dilanjutkan oleh rekan atau penggantimu. Lakukan serah terima pekerjaan dengan baik, kembalikan semua aset perusahaan, dan pastikan tidak ada yang tertinggal.

Perilaku ini tidak hanya meninggalkan kesan positif, tetapi juga membuka peluang untuk mendapatkan rekomendasi dari perusahaan lama. Siapa tahu, di masa depan kamu membutuhkan referensi dari mereka?

Resign adalah sebuah proses yang butuh perencanaan matang. Memastikan kelima hal di atas, tidak hanya melindungi dirimu dari ketidakpastian, tetapi juga membuka pintu untuk karier yang lebih cerah di masa depan. Jadi, keluarlah dengan bijak, dan sambut babak baru dalam perjalanan profesionalmu dengan percaya diri!


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us