5 Poin Penting dari Buku The Courage to be Disliked

- Buku The Courage to be Disliked mengajak pembaca untuk membebaskan diri dari ekspektasi sosial dan menentukan kebahagiaan sendiri.
- Konsep psikologi Adlerian dalam buku ini menantang pandangan umum tentang kebahagiaan, mendorong pembaca untuk merayakan keaslian dan kebebasan diri.
- Hidup di saat ini adalah konsep yang sering kali diabaikan, padahal sangat transformatif dalam menciptakan kehidupan yang lebih bermakna.
Pernahkah kamu merasa terjebak oleh ekspektasi orang lain? Atau mungkin kamu berjuang dengan keraguan diri, mempertanyakan apakah kamu berada di jalur yang benar? Jika iya, buku The Courage to be Disliked karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga bisa jadi bacaan yang mengubah hidupmu. Buku ini juga sudah tersedia dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Berani Tidak Disukai.
Buku yang menggugah pikiran ini menyelami konsep-konsep filosofis yang mendalam, berakar pada psikologi Adlerian. Buku ini menantang pandangan umum tentang kebahagiaan dan kepuasan, mendorong pembaca untuk membebaskan diri dari belenggu masyarakat.
Dengan gagasan praktis dan anekdot yang relevan, Kishimi dan Koga membimbing kita menuju kehidupan yang merayakan keaslian dan kebebasan diri. Mari simak ulasannya berikut ini.
1. Kamu tidak membutuhkan persetujuan orang lain untuk bahagia

Mencari kebahagiaan sering kali terasa seperti usaha untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain. Kita terjebak dalam mengejar like di media sosial, mengharapkan pujian, dan merasa cemas tentang penilaian orang lain. Namun, bagaimana jika kebahagiaan sejati sebenarnya berasal dari dalam diri kita? Kamu memiliki kekuatan untuk menentukan kebahagiaanmu sendiri, dan tidak perlu bergantung pada pendapat atau validasi orang lain.
Mengadopsi pemikiran ini bisa sangat membebaskan. Bayangkan hidup yang autentik tanpa beban ekspektasi dari luar. Ketika kamu berani untuk merasakan kebahagiaan, hidupmu akan terasa lebih bermakna. Kamu mulai menghargai momen-momen kecil—seperti melihat indahnya matahari terbenam atau menikmati secangkir kopi yang tenang—sesuai dengan keinginanmu.
Menolak kebutuhan akan persetujuan orang lain bisa membuka jalan menuju penemuan dan pemenuhan diri. Kebahagiaan diri menjadi kompas internal yang memandumu untuk maju, bukan sekadar hadiah yang sulit dipahami yang bergantung pada pengakuan orang lain.
2. Pentingnya hidup di saat ini

Hidup di saat ini adalah konsep yang sering kali diabaikan, padahal sangat transformatif. Kita sering terjebak dalam pikiran tentang masa lalu atau khawatir akan masa depan. Gangguan ini bisa menghilangkan kegembiraan dan kejelasan dari hidup kita. Ketika kita benar-benar fokus pada saat ini, hidup terasa lebih indah. Melakukan kesenangan sederhana bisa membantu diri kita lebih hidup dan bermakna.
Setiap momen menyimpan keunikan tersendiri jika kita membiarkan diri kita terlibat sepenuhnya. Latihan kesadaran membantu kita tetap terhubung dengan momen saat ini. Teknik pernapasan, meditasi, atau bahkan berjalan dengan penuh perhatian dapat meningkatkan kesadaran kita, membawa kedamaian ke dalam pikiran yang sibuk.
Dengan mengadopsi prinsip dari The Courage to be Disliked, kamu akan menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada masa lalu atau masa depan, melainkan dengan menjalani hidup secara sungguh di hari ini. Hal ini adalah ajakan untuk menikmati setiap detak jantung kita dan merangkul spontanitas hidup tanpa rasa ragu.
3. Melepaskan trauma masa lalu dan berfokus pada masa depan

Melepaskan trauma masa lalu bisa terasa sangat menantang. Banyak orang membawa luka masa lalunya seolah-olah itu adalah tanda kehormatan, padahal beban ini hanya akan menghambat kita. Buku ini membantu mendorongmu untuk merangkul masa kini dan menatap masa depan. Ini tentang melepaskan apa yang tidak lagi bermanfaat bagi kamu dan memberi ruang untuk bertumbuh.
Setiap momen dalam hidup memberikan kesempatan untuk menulis ulang cerita hidupmu. Alih-alih terjebak dalam kenangan yang menyakitkan, fokuslah pada kemungkinan yang ada di depan. Bayangkan di mana kamu ingin berada, bukan terikat pada apa yang telah terjadi. Perubahan ini bisa membangun ketahanan dan membantu mentransformasi diri.
Memang, mengakui trauma itu penting; itu membentuk siapa diri kita saat ini. Namun, jangan biarkan hal itu mengontrol pilihan atau kebahagiaan kamu di masa depan. Perjalanan menuju penyembuhan dimulai dengan penerimaan diri. Maka hal itu akan berkembang ketika seseorang secara aktif memilih untuk melangkah maju ke cakrawala baru yang penuh dengan potensi dan harapan.
4. Berani mengambil tanggung jawab atas kehidupan dan kebahagiaan diri sendiri

Berani untuk mengambil tanggung jawab atas hidupmu sendiri adalah cara untuk membebaskan diri. Ini mengalihkan perhatian dari faktor eksternal menuju pilihan dan tindakan yang kamu ambil. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kamu memberi dirimu sendiri kekuatan untuk membentuk takdir. Kamu tidak lagi bisa menyalahkan orang lain atas kesulitan atau impianmu yang tidak tercapai.
Setiap keputusan, baik besar maupun kecil, berkontribusi pada jalinan kehidupanmu. Mengakui kenyataan ini mendorong pertumbuhan dan kesadaran diri. Bayangkan kamu bangun setiap hari dengan pemahaman bahwa kebahagiaan ada dalam jangkauan—tidak ditentukan oleh keadaan, tetapi dibangun melalui kehidupan yang disengaja.
Pandangan ini mendorong pendekatan proaktif terhadap tantangan. Ini tentang menyadari bahwa meskipun kita tidak dapat mengendalikan segala sesuatu di sekitar kita, maka reaksi kita adalah milik kita sendiri. Mengambil tanggung jawab berarti menjadi sosok yang aktif untuk menciptakan kehidupan yang memuaskan, bukan sekadar pengamat pasif yang menunggu terjadinya perubahan.
5. Kekuatan pilihan dan bebas dari ekspektasi sosial

Konsep mengenai “pilihan” sangat penting dalam hidup kita. Setiap momen membawa kita pada keputusan, baik yang besar maupun yang kecil. Kemampuan untuk memilih akan membentuk pengalaman kita dan mendefinisikan siapa kita sebenarnya. Buku The Courage to be Disliked menekankan bahwa kebebasan ini dapat membawa kita menuju keaslian diri atau diri yang autentik.
Melepaskan diri dari ekspektasi masyarakat memungkinkan kita menemukan diri yang sejati. Sering kali, kita merasa tertekan untuk menyesuaikan diri, tetapi kebahagiaan sejati terletak pada penerimaan terhadap individualitas. Ketika kamu memprioritaskan keinginanmu sendiri daripada mencari validasi dari orang lain, hidup menjadi lebih memuaskan.
Buku ini mendorong pembaca untuk merenungkan pilihan mereka dengan kritis. Apakah pilihan tersebut didorong oleh nilai-nilai pribadi atau oleh rasa takut dihakimi? Memahami perbedaan ini akan membuka jalan baru untuk bertumbuh. Dengan menyadari pentingnya pilihan, individu dapat mengembangkan rasa kebahagiaan dan kebebasan. Kamu pun memiliki kendali atas kebahagiaan dan arah hidupmu.
Mengadopsi gagasan ini dapat menginspirasi perubahan yang mendalam, dan membawamu menuju kehidupan yang lebih bebas di mana suara hatimu bersinar tanpa hambatan. Jelajahilah gagasan-gagasan ini lebih dalam; pertimbangkan bagaimana masing-masing gagasan dapat beresonansi dengan perjalananmu menuju hidup yang autentik dan berani.
Buku The Courage to be Disliked yang ditulis oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga ini sangat relevan untuk kamu yang memiliki perasaan rendah diri. Lebih dari itu, karena semua gagasan dalam buku ini berdasar pada psikologi Adlerian, kebahagiaan dan kebebasan bisa kita raih secara autentik tanpa perlu persetujuan dari orang lain; dan menurut Adler, masa lalu tidak menentukan masa depan kita!