Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel yang Bicara Patah Hati, Kesepian, dan Alienasi

Red Crosses (instagram.com/europaeditions)
Red Crosses (instagram.com/europaeditions)

Patah hati, kesepian, dan alienasi memang tiga hal yang berbeda, tetapi bisa dirasakan sekaligus oleh seseorang dalam satu waktu. Menariknya, seseorang yang mengalami tiga masalah itu biasanya punya banyak hal untuk dikatakan.

Hal itu terbukti dari banyaknya lagu dan karya sastra yang membicarakannya. Pertanda kalau ketiga hal tidak menyenangkan itu memang paling ideal diluapkan jadi karya saja.  Selain bisa bikin diri sendiri lega, relevansinya buat orang lain pun kuat.

Kamu sedang mengalami hal yang sama atau ingin mengambil inspirasi dari ketiga masalah hidup tadi? Langsung comot beberapa rekomendasi novel yang bicara soal patah hari, kesepian, dan alienasi ini, yuk. Didominasi sastra klasik, lho!

1. The Metamorphosis

The Metamorphosis (instagram.com/norrisclassics)
The Metamorphosis (instagram.com/norrisclassics)

The Metamorphosis adalah salah satu karya terpopuler Franz Kafka yang membahas alienasi. Semua dimulai dari sebuah keganjilan, yakni perubahan bentuk seorang pria dari manusia biasa menjadi sesosok serangga. Transformasi ini terjadi begitu saja dan perlahan mengubah hidupnya dan keluarganya. Ia yang dulunya tulang punggung keluarga, kini hanya bisa menyaksikan keluarganya melakoni hidup tanpa dirinya. 

2. White Nights

White Nights (penguin.co.uk)

White Nights adalah novela karya Fyodor Dostoveyski yang mengikuti pergolakan batin seorang pemuda penyendiri. Ia yang biasanya sendiri, tiba-tiba menemukan sesosok perempuan yang mengerti dirinya.

Mereka menjalin pertemanan, tetapi ternyata rasa cinta dan perhatiannya tidak berbalas. White Nights adalah eksplorasi perasaan patah hati dan kesepian yang memikat banyak pembaca. 

3. Red Crosses

Red Crosses (instagram.com/europaeditions)

Red Crosses berlatarkan Belarusia dan berlakonkan seorang laki-laki  muda dan perempuan lansia yang tak sengaja bertetangga. Satu hari mereka berpapasan dan sang lansia yang mengidap alzheimer ngotot menceritakan kisah hidupnya pada si pemuda untuk meninggalkan jejak memori.

Dari situlah, isi hati dan pengalaman sang lansia yang mengalami beberapa kali pergantian rezim di Soviet tersibak. Menariknya, meski berbeda generasi dan latar belakang, alienasi dan perasaan tertolak pernah sama-sama mereka rasakan. 

4. Convenience Store Woman

Convenience Store Woman (instagram.com/portobellobooks)

Convenience Store Woman adalah bacaan menarik untuk menjelajahi isu alienasi. Novel menggunakan perspektif seorang karyawan minimarket dengan kondisi neurodivergen. Karena kondisi klinisnya itu, ia sebenarnya teralienasi dari masyarakat, tetapi seringkali dipaksa untuk berbaur dan jadi senormal mungkin. Novel ini mengulik kesehariannya yang kadang kocak, tetapi juga tragis. 

5. Waktu Bintang

Waktu Bintang (instagram.com/moooipustaka)

Waktu Bintang termasuk salah satu novel klasik yang tragis. Berlatarkan Brasil, novel mengikuti Macabea,  perempuan dari kelas bawah yang tak punya banyak privilese. Saking tak punya aksesnya, Maca tak sadar akan ketidakberuntungannya sendiri. Ditulis dengan gaya pengamatan seorang karakter tanpa nama, hidup Macabea jadi terasa makin sepi dan menyedihkan. 

6. The Flowers of Buffoonery

The Flowers of Buffoonery (instagram.com/sambett)
The Flowers of Buffoonery (instagram.com/sambett)

Novel klasik Jepang yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Sam Bett ini adalah salah satu deskripsi akurat dari rasa kesepian dan alienasi. Naratornya Yozo Oba, seorang pemuda yang dikirim ke asilum setelah melakukan percobaan bunuh diri. Novelnya benar-benar depressing dan berisi banyak kritik terhadap diri sendiri. Bukan bacaan yang mudah, tetapi cukup menarik buat ditelaah. 

Patah hati, alienasi, dan kesepian bak segitiga kesengsaraan yang secara ajaib bisa memikat orang lain saat disulap jadi karya seni. Baik lagu, lukisan, maupun tulisan yang membahas tiga isu tadi dijamin menarik perhatian banyak orang. Relevansinya tak lekang oleh waktu, terbukti dari karya sastra klasik yang mendominasinya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us