Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Peribahasa Banjar Ini Bersarat Sindiran, Tahu Muha Badak?

Ilustrasi seorang pemimpin (pixabay.com/free-photo)

Dilansir KBBI Edisi V, peribahasa adalah ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.

Istilah yang dipergunakan pun sangat mudah dipahami masyarakat karena merupakan cikal bakal budayanya. Meskipun asing bagi masyarakat awam, namun jika dipelajari dan dipahami pasti bisa kok.

Berikut ada perumpaan atau sindiran dalam bahasa Banjar yang harus kamu hindari. Sebab, akan mendatangkan malapetaka bagi yang melakukannya.

1. Muha badak (Wajah badak)

Unsplash.com/@timgrown

Sindiran yang dipergunakan kepada seorang yang tidak malu-malu melakukan berbagai perbuatan tercela. Ada berjuta manusia di muka bumi dengan karakter yang bermacam-macam.

Mungkin, kamu pernah berjumpai atau bahkan berteman dengan si muka badak. Peribahasa ini sama dengan si muka tebal dalam bahasa Indonesia yang berarti tidak tahu malu juga, lho!

2. Bahutang nangkaya dapat, membayar nangkaya kehilangan (Berutang seperti dapat, membayar seperti kehilangan)

Unsplash.com/@allefvinicius
Unsplash.com/@allefvinicius

Sindiran untuk orang yang mau berutang, tetapi tidak mau membayar. Sering punya teman atau kerabat yang punya hutang ketika udah tegat waktunya ditagih ternyata , malah lupa atau pura-pura amnesia. Padahal uang udah ada tapi, masih aja ditunda-tunda bayarnya.

Sebenarnya, menunda-nunda pembayaran itu gak baik lho. Mengapa? Dalam hadis riwayat Bukhari menyebutkan, "Menunda-nunda membayar utang  bagi orang yang mampu (membayar) adalah sebuah kezaliman".

3. Panjang balikat (Panjang belikat)

Unsplash.com/@a_d_s_w

Ungkapan berupa sindiran kepada orang pemalas yang tidak ringan tangan dan malas melakukan hal yang bermanfaat. Peribahasa memiliki makna sama dengan berat tangan.

Malas sering datang kepada kita semua untuk tidak melakukan hal yang produktif. Maka, untuk menghilangkan rasa malas bangunlah sebuah kebiasaan baru dari hal-hal yang kecil dulu secara konsisten setiap harinya.

4. Apik-apik undang, tahi di kepala (Rapi-rapi udang, tinja di kepala)

Unsplash.com/@diana polekhina

Sindiran yang ditunjukan kepada perempuan yang pandai bercolek sedang keadaan rumah berantakan. Perlu diingat, menjadi seorang wanita yang cantik tak hanya pandai bersolek, tapi harus pandai menjaga kebersihan yang juga merupakan sebagian dari iman kita.

5. Nangkaya tampakul bahupang di batang (Seperti tempakul bertompang di batang)

Pexel.com/Keira Burton

Sindiran ini ditujukan kepada seseorang yang selalu bergantung pada orang lain. Bergantung kepada orang lain adalah hal yang tidak bagus. Namun, kalau kita bisa melakukan perihal tersebut, mengapa harus dibantu orang lain? Coba selesaikan sendiri dulu. Kecuali mendesak dan perihal tersebut belum kita tahu, boleh bertanya dan belajar agar tak bergantung kepada orang tersebut.

6. Akal nangkaya Sarawin (Akal seperti Serawin)

Unsplash.com/@mimithalian

Sindiran ditunjukan kepada seseorang yang banyak akal untuk menyiasati orang lain. Sedangkan, Serawin adalah tokoh legenda dalam cerita rakyat suku Banjar. Tokoh ini selalu menciptakan muslihat aneh yang membuat orang banya tertawa.

Sebenarnya, sikap ini patut dijauh karena hanya menimbulkan malapetaka bagi kehidupan dan orang yang berperilaku begini. Pasti hidup tidak akan tenang, deh.

Bagaimana paribahasa Banjar di atas yang bermakna sindiran? Apakah sudah berhasil ‘menepik’ kamu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Aminah
EditorSiti Aminah
Follow Us