Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Orang Lain yang Menyebalkan atau Emosi Kita yang Tidak Stabil?

ilustrasi menyebalkan
ilustrasi menyebalkan (pexels.com/Liza Summer)

Setiap orang pasti pernah merasa terganggu oleh perilaku orang lain yang menyebalkan. Bisa teman yang terlalu banyak bicara, rekan kerja yang suka mengeluh, atau orang di media sosial yang gemar berkomentar seenaknya. Tapi, sebelum menyalahkan orang lain, mungkin perlu bertanya dulu, apakah mereka memang menyebalkan, atau justru kamu yang sedang tidak stabil secara emosi?

Ketika hati sedang capek atau pikiran penuh, hal kecil bisa terasa besar dan mengganggu. Sementara kalau perasaan lagi tenang, hal yang sama bisa saja dianggap biasa. Jadi, bisa jadi masalahnya bukan pada orangnya, tapi pada bagaimana kamu menanggapinya. Berikut beberapa hal yang bisa membantu kamu memahami kenapa seseorang terasa menyebalkan, dan bagaimana cara melihatnya dari sisi yang lebih bijak.

1. Cara kamu menafsirkan situasi mempengaruhi perasaan

ilustrasi berpikir (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi berpikir (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Perasaan sering kali menipu cara pandang terhadap orang lain. Ketika kamu sedang stres, lelah, atau kecewa, hal kecil pun bisa terasa menjengkelkan. Misalnya, teman yang bercanda sedikit saja bisa terasa menyebalkan karena kamu sedang tidak ingin diganggu. Dalam kondisi seperti ini, reaksi kamu bukan cerminan dari perilaku orang lain, melainkan dari suasana hati yang belum stabil.

Sebaliknya, saat kamu dalam keadaan tenang, hal serupa bisa dihadapi dengan senyum atau bahkan dianggap lucu. Ini menunjukkan kalau cara pandang terhadap situasi bergantung pada kestabilan emosi. Jadi, sebelum menilai seseorang menyebalkan, cobalah melihat dulu bagaimana kondisi batinmu. Kadang yang kamu butuh bukan menjauh dari orang lain, tapi memberi waktu bagi diri sendiri untuk menenangkan pikiran.

2. Lingkungan sekitar bisa memperkuat atau melemahkan emosi

ilustrasi lingkungan kerja (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi lingkungan kerja (pexels.com/Yan Krukau)

Lingkungan punya pengaruh besar terhadap bagaimana kamu bereaksi pada orang lain. Kalau kamu terus berada di situasi yang tegang atau penuh tekanan, batas sabar pasti cepat habis. Di titik itu, perilaku orang lain yang sebenarnya biasa bisa terasa mengganggu. Sebaliknya, kalau kamu sering berinteraksi dengan orang yang suportif, suasana hati lebih mudah terkendali meski ada hal kecil yang tidak menyenangkan.

Maka penting untuk mengenali seperti apa lingkunganmu sehari-hari. Apakah kamu dikelilingi oleh orang yang membuatmu merasa aman, atau justru mereka yang membuatmu merasa lelah secara emosional? Kalau terus berada di tempat yang menguras energi, wajar saja kalau kamu lebih sensitif dan mudah tersulut. Kadang, menjaga jarak dari suasana yang tidak sehat justru membuatmu lebih damai, bukan lebih egois.

3. Ekspektasi terlalu tinggi bisa jadi sumber kekesalan

ilustrasi menaruh ekspektasi (pexels.com/Budgeron Bach)
ilustrasi menaruh ekspektasi (pexels.com/Budgeron Bach)

Kamu mungkin sering merasa kesal saat orang lain tidak berperilaku sesuai harapan. Misalnya, teman tidak menepati janji, pasangan kurang perhatian, atau rekan kerja tidak secepat kamu dalam menyelesaikan tugas. Padahal, setiap orang punya cara dan kemampuan berbeda. Ekspektasi yang terlalu tinggi sering kali membuat kamu mudah kecewa dan merasa orang lain tidak cukup baik.

Ketika kamu menurunkan sedikit ekspektasi, kamu memberi ruang untuk memahami bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginanmu. Ini bukan berarti kamu harus pasrah, tapi lebih ke menerima bahwa semua orang punya ritme masing-masing. Dengan begitu, kamu bisa melihat perbedaan tanpa harus marah atau tersinggung. Kadang, yang membuat seseorang terasa menyebalkan bukan sikapnya, tapi harapanmu yang tidak realistis.

4. Ketenangan diri membantu mengontrol reaksi emosi

ilustrasi tenang meski banyak tekanan (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi tenang meski banyak tekanan (pexels.com/Kampus Production)

Banyak orang berpikir pengendalian emosi berarti harus menahan marah, padahal bukan itu intinya. Mengendalikan emosi justru dimulai dari memahami sumbernya. Saat kamu tahu apa yang sebenarnya membuatmu kesal, kamu jadi lebih mudah menentukan apakah hal itu sepadan untuk dipermasalahkan atau tidak. Karena sering kali, yang membuatmu tersulut bukan sikap orang lain, tapi perasaan yang sudah menumpuk di dalam diri.

Cobalah memberi jeda sebelum bereaksi. Misalnya, menarik napas dalam atau memilih diam sejenak sebelum menanggapi sesuatu. Langkah sederhana ini bisa membuatmu berpikir lebih jernih. Lama-lama, kamu akan terbiasa menempatkan emosi di posisi yang tepat. Saat itu terjadi, orang yang dulu terasa menyebalkan mungkin tidak lagi punya pengaruh besar terhadap suasana hatimu.

5. Refleksi diri membantu melihat masalah dengan lebih tenang

ilustrasi refleksi diri (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi refleksi diri (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kadang, orang yang terasa menyebalkan justru menjadi cermin bagi diri sendiri. Bisa jadi, perilaku mereka memunculkan sisi yang belum kamu sadari dalam dirimu, seperti rasa iri, takut, atau kecewa yang belum terselesaikan. Dengan refleksi diri, kamu belajar mengenali emosi yang muncul tanpa langsung menyalahkan orang lain. Ini langkah penting untuk tumbuh secara emosional dan memahami diri lebih dalam.

Cobalah bertanya, “Kenapa aku merasa terganggu?” atau “Apa yang sebenarnya aku takutkan dari situasi ini?” Pertanyaan sederhana seperti ini bisa membuka banyak hal yang selama ini tersembunyi. Ketika kamu bisa memahami akar emosimu, kamu tidak lagi mudah terguncang oleh perilaku orang lain. Perlahan, kamu akan menyadari bahwa ketenangan tidak datang dari mengubah orang lain, tapi dari kemampuanmu berdamai dengan diri sendiri.

Pada akhirnya, bukan selalu orang lain yang menyebalkan, kadang emosimu saja yang sedang tidak stabil. Dunia luar memang tidak bisa dikontrol sepenuhnya, tapi kamu selalu punya pilihan untuk menentukan bagaimana menanggapinya. Jadi, kamu masih yakin orang lain yang menyebalkan, atau sebenarnya kamu yang sedang butuh waktu untuk tenang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us

Latest in Life

See More

Ramalan Shio 15 Oktober 2025, Shio Kuda Sikap Positifmu Bawa Hal Baik

14 Okt 2025, 15:45 WIBLife