Bagaimana Pemilihan Paus Baru? Ini Proses Konklaf Vatikan

- Paus Fransiskus wafat, memulai proses pemilihan Paus baru
- 252 kardinal aktif di seluruh dunia, hanya yang berusia di bawah 80 tahun yang memenuhi syarat
- Konklaf dimulai dengan perayaan Misa khusus, dilanjutkan dengan pemungutan suara dua kali sehari hingga terpilihnya Paus baru
Setelah kabar duka wafatnya Paus Fransiskus menggema ke seluruh dunia pada Senin (21/4/2025), perhatian umat Katolik kini tertuju pada proses pemilihan pemimpin baru Gereja Katolik. Paus Fransiskus dikenal sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dalam sejarah Gereja Katolik. Sebagaimana diketahui, Paus adalah pemimpin tertinggi umat Katolik di seluruh dunia yang memiliki peran penting dalam membimbing umat dalam iman dan moralitas berdasarkan ajaran Yesus Kristus.
Wafatnya Paus bukan hanya menandai akhir dari suatu era kepemimpinan spiritual, tetapi juga membuka jalan bagi proses pemilihan Paus baru. Proses yang dikenal sebagai konklaf ini merupakan tradisi kuno yang sarat simbolisme, kerahasiaan, serta tata cara yang dijaga ketat selama berabad-abad. Rangkaian prosesi ini biasanya dimulai 14 hingga 20 hari setelah pengumuman resmi wafatnya Paus dan berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan.
Lalu, bagaimana sebenarnya proses pemilihan Paus baru dilakukan? Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Ketika seorang paus wafat atau mengundurkan diri, pemerintahan Gereja Katolik sementara dipegang oleh Dewan Kardinal

Ketika seorang paus wafat atau mengundurkan diri, pemerintahan sementara Gereja Katolik dipegang oleh Dewan Kardinal. Mengutip United States Conference of Catholic Bishops (USCCB), para kardinal adalah uskup dan pejabat senior Vatikan yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Mereka ditunjuk langsung oleh paus dan dikenal dengan jubah merah khas yang mereka kenakan.
Selama masa kekosongan takhta kepausan (sede vacante), para kardinal berkumpul di Vatikan dalam pertemuan yang disebut general congregation. Dalam forum ini, mereka membahas berbagai tantangan serta kebutuhan Gereja Katolik secara global sekaligus mempersiapkan tahapan menuju konklaf untuk memilih paus yang baru. Pada masa ini, keputusan penting yang secara eksklusif menjadi wewenang paus seperti pengangkatan uskup atau penyelenggaraan Sinode. Para Uskup ditangguhkan hingga terpilihnya pemimpin baru.
Melansir BBC per 19 Februari 2025, terdapat 252 kardinal aktif di seluruh dunia. Namun, hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang memenuhi syarat untuk menjadi pemilih dalam konklaf. Jumlah "kardinal elektor" ini idealnya dibatasi hingga 120. Namun pada periode ini, terdapat 135 orang yang dinyatakan memenuhi syarat untuk ikut serta dalam pemilihan paus. Adapun Paus Fransiskus sebelumnya telah menunjuk 21 kardinal baru pada Desember 2024 sehingga memperkuat komposisi pemilih yang mencerminkan visi kepemimpinannya.
2. Para Kardinal Elektor berkumpul di bawah langit-langit megah yang dilukis Michelangelo di Kapel Sistina

Merujuk pada The Guardian, sekitar 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus, para kardinal mengadakan misa khusus di Basilika Santo Petrus untuk memohon bimbingan Roh Kudus. Konklaf kemudian dilangsungkan di Kapel Sistina, ruangan suci yang dihiasi lukisan karya Michelangelo. Dalam prosesnya, sepenuhnya tertutup dari dunia luar. Istilah konklaf berasal dari bahasa Latin cum clave, yang berarti "dengan kunci". Ini menandakan isolasi total selama pemilihan Paus berlangsung.
Ketika pemilihan Paus baru harus dilakukan, para kardinal dipanggil ke Roma untuk mengikuti tradisi konklaf yang telah dijalankan selama lebih dari 800 tahun. Pada hari pertama, mereka menggelar misa di Basilika Santo Petrus, lalu melanjutkan ke Kapel Sistina untuk memulai prosesi pemilihan.
Di sana, seruan "extra omnes", yang berarti "semua orang keluar", menjadi penanda dimulainya masa isolasi. Hanya para kardinal pemilih dan beberapa petugas penting yang diizinkan tetap berada di dalam ruangan. Setelah itu, semua pintu dikunci rapat.
Para kardinal kemudian mengucapkan sumpah untuk menjaga kerahasiaan mutlak. Selama konklaf, mereka dilarang melakukan kontak dengan dunia luar. Ponsel disita, akses terhadap surat kabar dan televisi dilarang, dan segala bentuk informasi dari luar diputuskan sepenuhnya. Untuk memastikan kerahasiaan, Kapel Sistina juga diperiksa secara menyeluruh dari kemungkinan adanya alat penyadap sebelum dan selama proses pemilihan berlangsung.
3. Prosesi konklaf dimulai

Konklaf dimulai dengan perayaan Misa khusus. Setelah itu, para Kardinal memasuki tahap musyawarah dan pemungutan suara yang berlangsung dua kali sehari. Pada pagi dan sore hari hingga satu kandidat memperoleh dukungan mayoritas dua pertiga dari total suara.
Setiap setelah tujuh kali pemungutan suara, proses konklaf dihentikan sementara selama satu hari penuh. Waktu jeda ini dimanfaatkan oleh para Kardinal untuk berdoa dan merenung memperdalam pertimbangan spiritual sebelum melanjutkan proses pemilihan. Secara teori, siapa pun pria yang telah dibaptis secara Katolik dapat dipilih menjadi Paus. Namun, dalam praktiknya, hampir semua Paus terpilih berasal dari kalangan Kardinal aktif.
Dalam setiap putaran pemilihan, para Kardinal menerima kartu suara bertuliskan eligo in summum pontificem yang berarti “Saya memilih sebagai Paus tertinggi.” Mereka akan menuliskan nama kandidat pilihannya, lalu melipat kartu tersebut dan memasukkannya ke dalam sebuah chalice khusus.
Apabila hingga akhir hari kedua belum ada kandidat yang terpilih, hari ketiga digunakan secara penuh untuk refleksi dan doa, tanpa pemungutan suara. Setelah itu, proses pemungutan suara dilanjutkan seperti semula. Seorang kandidat harus mendapatkan dua pertiga suara dari para Kardinal elektor agar dapat dinyatakan terpilih sebagai Paus.
Setiap selesai satu putaran pemungutan suara, seluruh kartu suara dibakar. Untuk memberikan sinyal kepada dunia luar, bahan kimia ditambahkan pada proses pembakaran. Tanda asap hitam menandakan belum ada hasil. Sedangkan asap putih menjadi tanda yang ditunggu-tunggu yakni seorang Paus baru telah terpilih.
4. Munculnya asap putih dari cerobong Kapel Sistina menjadi tanda bahwa dunia akan memiliki Paus baru

Munculnya asap putih dari cerobong Kapel Sistina menjadi penanda bahwa seorang Paus baru telah terpilih. Para Kardinal kemudian menyatakan sumpah kesetiaan kepada pemimpin spiritual baru tersebut.
Paus terpilih lalu dibawa ke sebuah ruangan khusus yang dikenal sebagai Room of Tears, suatu ruang sunyi yang penuh makna, tempat ia mengenakan jubah putih, zucchetto (kopiah kecil), dan sandal merah. Inilah simbol awal dari tugas suci dan berat yang akan diembannya.
Tak lama berselang, Dekan Dewan Kardinal muncul di balkon utama Basilika Santo Petrus. Di hadapan ribuan umat Katolik dan para peziarah yang memadati Lapangan Santo Petrus. ia menyampaikan pengumuman yang menggema dalam sejarah: "Habemus Papam."
5. Paus baru tampil di hadapan publik untuk pertama kalinya dan menyampaikan sambutan bertajuk Urbi et Orbi

Setelah berhasil meraih dua pertiga suara dalam pemungutan suara, calon Paus ditanya sebuah pertanyaan sakral: 'Apakah Anda menerima pemilihan kanonik Anda sebagai Paus Tertinggi?' Jika ia menerima, maka ia akan memilih nama yang akan digunakannya sebagai Paus dan mengenakan jubah putih kepausan yang telah disiapkan. Para kardinal kemudian memberikan penghormatan dan menyatakan janji kesetiaan mereka kepada pemimpin baru Gereja Katolik tersebut.
Tak lama berselang, dunia menyaksikan momen yang telah dinanti. Seorang kardinal senior muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan, 'Habemus Papam,' yang dalam bahasa Latin berarti, 'Kita memiliki seorang Paus.' Nama Paus baru pun diumumkan, dan tak lama kemudian, ia sendiri muncul di hadapan ribuan umat yang memadati Lapangan Santo Petrus. Dalam keheningan yang khidmat, Paus yang baru terpilih menyampaikan pidato singkat serta memberikan berkat Urbi et Orbi, sebuah pesan perdamaian dan harapan bagi kota Roma dan seluruh dunia.
Setelah itu, hasil dari setiap putaran pemungutan suara selama konklaf diperlihatkan kepada Paus. Dokumen-dokumen tersebut kemudian disegel dan disimpan secara resmi di Arsip Vatikan, hanya dapat dibuka kembali atas izin langsung dari Paus. Kini, dunia menanti asap putih dari Kapel Sistina sebagai tanda dimulainya babak baru bagi Gereja Katolik. Umat Katolik di seluruh dunia berharap Paus baru yang terpilih dapat melanjutkan warisan rohani Paus Fransiskus dan memimpin Gereja Katolik menuju masa depan yang penuh kasih, inklusif, dan penuh harapan