Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Novel Menegangkan tentang Ambang Kehancuran Dunia, Nyaris Kiamat!

ilustrasi kehancuran dunia (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi kehancuran dunia (pexels.com/cottonbro studio)

Bayangan tentang kiamat sering kali identik dengan ledakan besar, wabah mematikan, atau invasi alien. Namun, sebelum semua itu terjadi, banyak kisah fiksi yang justru memilih untuk mengulik masa-masa genting sebelum dunia benar-benar hancur. Novel-novel ini mengajak kita merenungkan bagaimana manusia bertindak saat tahu akhir sudah di depan mata.

Dalam dunia yang terasa makin tak menentu, kisah-kisah ini terasa semakin relevan. Mereka memperlihatkan sisi gelap umat manusia, sekaligus harapan kecil yang tetap menyala. Di tengah ambang kehancuran, kita diajak melihat apakah manusia akan menyerah atau justru menemukan makna baru dalam hidup.

Coba jadikan beberapa rekomendasi novel tentang ambang kehancuran dunia berikut ini sebagai bahan bacaanmu. Kisahnya menegangkan!

1. The Ministry for the Future – Kim Stanley Robinson

buku The Ministry for the Future (nytimes.com)
buku The Ministry for the Future (nytimes.com)

The Ministry for the Future mengambil latar di dunia yang sangat mirip dengan dunia kita sekarang, penuh krisis iklim, tapi belum sepenuhnya runtuh. Melalui narasi kompleks dan mendetail, Kim Stanley Robinson memperlihatkan bagaimana upaya diplomatik dan kekuatan birokrasi bisa menjadi senjata untuk menghadapi bencana ekologis yang mengancam umat manusia.

Alih-alih menyajikan kiamat sebagai kejadian besar yang datang tiba-tiba, novel ini menekankan kehancuran dunia bisa datang perlahan melalui panas ekstrem, kelaparan, dan ketimpangan sosial yang kian tajam. Meski menyuguhkan gambaran suram dan realistis, buku ini juga menyimpan secercah harapan bahwa manusia masih punya pilihan untuk bertindak sebelum terlambat.

2. The Old Drift – Namwali Serpell

buku The Old Drift (penguinrandomhouse.com)
buku The Old Drift (penguinrandomhouse.com)

Dengan latar di Zambia yang terbentang selama lima generasi, The Old Drift adalah perpaduan antara sejarah, fiksi ilmiah, dan alegori politik yang tajam. Mulai dari zaman kolonial hingga masa depan, kisah ini menunjukkan bagaimana dunia berkembang menjadi tempat yang sarat dengan krisis dari kapitalisme global, pengawasan digital, hingga perubahan iklim yang mematikan.

Melalui berbagai karakter yang saling berkaitan, novel ini menggambarkan dunia yang terus mendekati titik hancur tanpa pernah benar-benar sadar. Ketakutan akan kehancuran justru menjadi pemicu dari malapetaka itu sendiri. Serpell menyampaikan bahwa sebelum dunia benar-benar runtuh, masyarakat kerap kali lebih dulu hancur karena rasa takut.

3. The Last Policeman – Ben H. Winters

buku The Last Policeman (penguinrandomhouse.com)
buku The Last Policeman (penguinrandomhouse.com)

Bayangkan jika dunia akan berakhir dalam 6 bulan karena sebuah asteroid raksasa, dan semua orang mulai bertindak gila. Di tengah kekacauan itu, seorang detektif muda tetap berusaha memecahkan kasus pembunuhan yang terlihat sepele. The Last Policeman adalah refleksi tentang bagaimana seseorang memilih bertahan dalam keanehan hidup menjelang kiamat.

Alih-alih bersikap filosofis atau sentimental, Ben H. Winters menyuguhkan cerita yang intens. Detektif ini bukan pahlawan, tapi orang biasa yang mencoba menjaga arti dari keadilan saat dunia mulai kehilangan makna. Dalam latar yang suram dan mendekati kehancuran, novel ini menunjukkan bahwa manusia masih bisa mencari kebenaran.

4. The Three-Body Problem – Cixin Liu

buku The Three-Body Problem (macmillan.com)
buku The Three-Body Problem (macmillan.com)

Saat kabar bahwa armada alien dari sistem tiga matahari (Trisolarians) tengah menuju Bumi tersebar, manusia terpecah yakni ada yang ingin menyambut mereka, ada pula yang bersiap untuk perang. Novel ini menggabungkan sains, filsafat, dan politik dalam cerita tentang ketakutan terdalam manusia yaitu digantikan oleh peradaban lain.

Dan di balik ancaman luar angkasa itu, tersimpan kritik pedas terhadap kondisi sosial dan politik Bumi sendiri. Mulai dari Revolusi Kebudayaan Tiongkok hingga ke dunia maya tempat para ilmuwan melarikan diri, The Three-Body Problem memperlihatkan betapa rapuhnya peradaban kita. Ketika kiamat tampak di kejauhan, kekacauan justru muncul dari dalam.

5. Things Fall Apart – Chinua Achebe

buku Things Fall Apart (britannica.com)
buku Things Fall Apart (britannica.com)

Sebelum alien datang, sebelum asteroid menghantam, sebelum laut naik menenggelamkan kota, dunia sudah pernah hancur. Dalam Things Fall Apart, Chinua Achebe membawa kita ke Nigeria pra-kolonial dan menggambarkan masyarakat Igbo yang kaya budaya, yang perlahan runtuh saat para misionaris dan penjajah Eropa masuk.

Melalui tokoh Okonkwo, novel ini mempertanyakan apa arti kehormatan, tradisi, dan identitas saat dunia berubah tanpa permisi. Achebe menulis dengan tajam menunjukkan bahwa kehancuran tidak selalu datang dari luar angkasa atau bencana alam, tapi bisa juga dari kolonialisme yang sistematis dan perlahan mematikan jiwa suatu bangsa.

Kelima novel ini menunjukkan bahwa akhir dunia bukan hanya soal kehancuran fisik, tetapi juga tentang keruntuhan nilai, kepercayaan, dan kemanusiaan itu sendiri. Sebelum kiamat datang dalam bentuk asteroid atau alien, kadang dunia justru perlahan-lahan membusuk dari dalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us