Pendidikan di Mata Gen Z dan Milenial, Edukasi Mental Health Diminati?

Generasi Z dan milenial memandang pendidikan dengan perspektif yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka mulai memberikan perhatian lebih pada pendidikan non-formal, terutama dalam hal pengembangan diri seperti kesehatan mental, literasi digital, dan keterampilan berpikir kritis. Sebanyak 53 persen gen Z dan milenial mulai mendukung dimasukkannya pendidikan kesehatan mental di kurikulum sekolah.
Bukan lagi hanya mengandalkan pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi, banyak dari mereka yang mencari edukasi alternatif lewat pendidikan non-formal. Meski begitu, pendidikan tinggi tetap dianggap sebagai pilar penting dalam lintasan karier mereka. Hal ini diketahui dari hasil survei yang dimuat dalam Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025 oleh IDN.
Melalui Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025, IDN menyajikan bagaimana gen Z memandang pendidikan. Fleksibilitas dalam belajar dan fokus pada kesejahteraan pribadi menjadi tren baru dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang pesat. Seperti apa hasilnya? Simak pemaparannya berikut ini.
1. Milenial dan gen Z mulai menyoroti pentingnya literasi digital

Milenial dan Gen Z kini semakin menyadari pentingnya literasi digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, mereka dihadapkan dengan informasi yang melimpah dan cepat berubah. Itulah kenapa, kemampuan untuk memilah dan memahami informasi secara kritis menjadi sangat esensial. Hal tersebut dibarengi juga dengan pemikiran kritis.
Dalam survei Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025, 46 responden percaya bahwa pemikiran kritis membantu mereka menganalisis informasi dan berpikir inovatif. Lalu, 45 persen merasa bahwa pemikiran kritis membantu dalam memecahkan masalah dan membangun strategi yang lebih baik di tempat kerja.
Di sisi lain, 33 persen responden juga menganggap bahwa literasi digital penting untuk mengekspresikan ide-ide kreatif. Meski begitu, ada kesenjangan dari generasi milenial sebanyak 26 persen yang menganggap bahwa literasi digital dan pemikiran kritis tidak terlalu penting. Beberapa di antara mereka mungkin masih menavigasi transisi dari lingkungan kerja tradisional ke lingkungan kerja digital.
2. Sebanyak 53 persen milenial dan gen Z mendukung pendidikan kesehatan mental untuk masuk ke kurikulum sekolah

Sebanyak 53 persen milenial dan gen Z mendukung penuh masuknya pendidikan kesehatan mental ke dalam kurikulum sekolah. Mereka menyadari bahwa kesehatan mental merupakan aspek penting yang tidak kalah krusial dari kesehatan fisik. Generasi milenial dan gen Z sangat menganjurkan intervensi dini sebagai strategi penting untuk mencegah masalah kesehatan mental.
57 persen milenial dan 63 persen gen Z setuju bahwa kesehatan mental merupakan hal yang sangat krusial. Hal tersebut mencerminkan bahwa adanya pergeseran persepsi terkait kesejahteraan mental sebagai bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan.
3. Daya tarik pendidikan non-formal semakin meningkat di kalangan milenial dan gen Z

Pendidikan non-formal semakin menarik perhatian milenial dan gen Z karena fleksibilitas dan relevansinya dengan kebutuhan mereka di era digital. Kedua generasi ini semakin melihat pentingnya kesempatan belajar di tempat lain untuk melengkapi pendidikan tradisional (pendidikan formal).
Sebanyak 75 persen milenial dan gen Z menyoroti pendidikan non-formal karena didorong oleh keinginan untuk mengembangkan keterampilan baru yang spesifik. Lalu, ada juga 68 persen milenial dan gen Z yang menganggap bahwa pendidikan non-formal lebih fleksibel terkait waktu serta lokasinya. 61 persen responden pun mengejar pendidikan nonformal untuk mengeksplorasi hobi dan minat pribadi.
Daya tarik lain dari pendidikan non-formal adalah kemampuannya untuk menyesuaikan pembelajaran dengan minat dan jadwal individu. Dengan banyaknya pilihan yang tersedia, milenial dan Gen Z dapat memilih program yang paling relevan dengan kebutuhan karier atau personal mereka.
4. Milenial dan gen Z masih mempertimbangkan peran penting pendidikan tinggi untuk karier

Pendidikan tinggi tetap menjadi elemen penting untuk karier gen milenial dan gen Z di Indonesia. Menurut hasil survei Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025, 63 persen responden percaya bahwa memperoleh gelar dari universitas bisa meningkatkan peluang untuk karier. Hal tersebut berakar dari gagasan bahwa pendidikan tinggi dapat menyediakan pengetahuan serta keterampilan untuk dunia karier.
Sedangkan 59 persen responden merasa bahwa gelar universitas dapat membekali mereka untuk bersaing secara global. 57 persen responden juga percaya bahwa gelar pendidikan tinggi berpotensi mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Di sisi lain, 55 responden lebih menekankan dampak pendidikan tinggi pada status sosial.
IDN menggelar Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2024, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema Catalyst of Change, IMGS 2024 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IMGS 2024 diadakan pada 22 - 23 Oktober 2024 di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta. Dalam IMGS 2024, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2025.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix sebagai Research Partner. Melalui survei ini, IDN menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z Indonesia.