"Jancuk, ayune rek!"
"Cuk, piye kabare?"
Kata jancuk nampaknya bukan kata asing bagi arek Suroboyo dan sekitarnya. Biasanya, kata jancuk sudah menjadi kata sapaan akrab untuk teman sendiri sekaligus mencairkan suasana. Namun, kata jancuk juga bisa berubah maknanya terkait penggunaannya.
Apakah kamu sering menggunakan kata ini dalam kehidupan sehari-hari? Coba deh pahami dulu makna serta penggunaannya ya!
Puji Karyanto, peneliti pada Rumah Kebudayaan FIB Unair Surabaya, yang dihubungi IDN Times beberapa waktu lalu berujar, "Realitas ada duluan sebelum kata. Setiap kata pada awalnya bebas nilai, baik atau buruk nilainya tergantung kesepakatan sosial di masyarakat."
Beliau juga menuturkan bahwa ada banyak makna di balik kata jancuk. Yang pertama bisa berarti umpatan atau makian. Kemudian yang kedua bisa berarti ekstase atau puncak makna kata yang tak ada padanannya di dalam kamus. Misalnya saja "Jancuk ayune!" atau berarti "Wah, sangat cantik!"
Sedangkan yang ketiga sebagai penanda keakraban, misalnya saja jika anak muda Jakarta menyapa sahabatnya dengan kata 'bro', maka arek Suroboyo menyapa kawannya dengan sebutan 'cuk'.
Kata jancuk tak melulu kotor atau tak terpuji karena faktanya kata ini bisa digolongkan menjadi dua bagian sesuai penggunaanya. Jika digunakan untuk konotasi negatif, kata ini akan menjadi sebuah umpatan.
Sebaliknya, kata ini juga bisa memiliki makna positif ketika digunakan untuk menyapa teman atau hal-hal yang berkonotasi baik. Sudjiwo Tedjo yang dihubungi IDN Times pun menegaskan, "Jancuk itu bercabang. Bisa digunakan sebagai makian dan bisa digunakan untuk keakraban."
Di video ini kamu bisa menyaksikan opini Sudjiwo Tedjo sebagai budayawan, Puji Karyanto, peneliti pada Rumah Kebudayaan FIB Unair Surabaya, serta pendapat millennials mengenai makna kata jancuk.
Sekarang jadi lebih tahu kan penggunaan kata jancuk yang pas? Semoga kamu bisa menggunakannya secara lebih bijak ya!