Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Quote dalam Buku Loving the Wounded Soul Karya Regis Machdy

Buku Loving The Wounded Soul Karya Regis Machdy (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)
Buku Loving The Wounded Soul Karya Regis Machdy (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)
Intinya sih...
  • Perbedaan antara ekstrovert dan introvert bukan hanya soal kemampuan bersosialisasi, tetapi juga cara mengelola energi.
  • Mencintai diri sendiri adalah bentuk penghargaan terhadap tubuh dan jiwa, serta kontribusi pada kesejahteraan fisik dan mental.
  • Menarik diri sejenak dari menyalahkan orang lain dapat membantu memahami akar pikiran negatif yang mengganggu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buku Loving the Wounded Soul karya Regis Machdy ini membahas secara mendalam tentang salah satu penyakit kesehatan mental yaitu depresi, sebuah isu yang semakin relevan di masyarakat modern saat ini. Dalam buku ini, penulis tidak hanya menyajikan teori-teori psikologis, tetapi juga membagikan pengalaman pribadinya sebagai seorang penyintas depresi. Sehingga bahasanya pun tidak terlalu teknis dan sangat mudah dipahami.

Sebagai seorang akademisi di bidang psikologi, penulis mampu menggabungkan pengetahuan ilmiah dengan pengalaman emosional, memberikan pembaca pemahaman yang komprehensif tentang kondisi mental yang sering kali disalahpahami. Berikut adalah tujuh kutipan dari buku Loving the Wounded Soul karya Regis Machdy yang semoga mengispirasi kamu dan semakin tertarik untuk membacanya.

1. Antara ekstrovert dan introvert

Ilustrasi team work (Pexels.com/Diva Plavalaguna)
Ilustrasi team work (Pexels.com/Diva Plavalaguna)

"Ekstrovert dan introvert adalah tentang bagaimana seseorang mengatur energinya dalam pertemanan, bukan tentang siapa yang lebih pemalu dan siapa yang lebih pandai bersosial."

Kutipan ini menekankan bahwa perbedaan antara ekstrovert dan introvert tidak hanya terletak pada kemampuan bersosialisasi, tetapi lebih kepada cara mereka mengelola energi mereka. Ekstrovert cenderung mendapatkan energi dari interaksi sosial, sementara introvert lebih suka mengisi ulang energi mereka dengan waktu sendiri. Memahami perbedaan ini dapat membantu kita menghargai cara orang lain berinteraksi dan beradaptasi dalam hubungan sosial.

2. Tentang self love

Ilustrasi wanita sedang bercermin (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi wanita sedang bercermin (pexels.com/Pavel Danilyuk)

"Kita paham bahwa menyayangi diri sendiri bukanlah pekerjaan egois. Menjaga apa yang kita makan dan menjaga suasana hati adalah wujud kasih nyata kita terhadap diri sendiri sekaligus jutaan mikroba di dalam tubuh."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa mencintai diri sendiri adalah hal yang penting dan bukan tindakan egois. Dengan menjaga pola makan dan suasana hati, kita tidak hanya merawat diri kita sendiri, tetapi juga kesehatan fisik dan mental kita. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap tubuh dan jiwa kita, yang berkontribusi pada kesejahteraan diri kita pribadi.

3. Tidak perlu menyalahkan orang

Ilustrasi sedang berbincang (pexels.com/Timur Weber)
Ilustrasi sedang berbincang (pexels.com/Timur Weber)

"Menyalahkan mereka yang telah memberi luka tidak akan menyelesaikan masalah. Namun, menarik diri sesaat dapat membantu kita memahami asal muasal pikiran negatif kita."

Kutipan ini mengajak kita untuk tidak terjebak dalam siklus menyalahkan orang lain atas luka yang kita alami, karena hal itu akan terasa sia-sia. Sebaliknya, dengan menarik diri sejenak dan merenungkan pengalaman kita, kita dapat menemukan akar dari pikiran negatif yang selama ini mengganggu. Hal ini adalah langkah yang penting dalam proses penyembuhan dan pertumbuhan diri kita pribadi.

4. Tujuan utama beribadah

Ilustrasi pria sedang berdoa (pexels.com/Mart Production)
Ilustrasi pria sedang berdoa (pexels.com/Mart Production)

"Pertanyaan yang perlu kita ajukan kepada diri kita adalah, apakah kita beribadah karena mencintai Tuhan atau karena takut neraka."

Kutipan ini mengajak kita untuk merenungkan motivasi di balik tindakan spiritual kita. Apakah kita melakukan ibadah karena cinta yang tulus kepada Tuhan, ataukah karena rasa takut akan konsekuensi bahwa jika kita melakukan kesalahan atau dosa lantas kita akan masuk neraka. Memahami tujuan kita dalam beribadah dapat membantu kita menjalani kehidupan spiritual yang lebih jelas dan terarah.

5. Pentingnya empati dan tenggang rasa

Ilustrasi sedang mengalami burnout (Pexels.com/Anna Tarazevich)
Ilustrasi sedang mengalami burnout (Pexels.com/Anna Tarazevich)

"Bahkan, ada kecenderungan orang-orang yang sedang mengalami depresi juga aktif menolong dan menjadi pendengar rekan-rekannya yang sedang mengalami masalah."

Kutipan ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin sedang berjuang dengan depresi, mereka masih dapat menunjukkan empati dan dukungan kepada orang lain. Ini mencerminkan kompleksitas emosi seorang manusia dan bagaimana kita dapat saling mendukung meskipun kita sendiri sedang dalam keadaan sulit.

6. Trauma masa kecil adalah salah satu penyebab depresi

Ilustrasi wanita sedang bersedih (pexels.com/MART PRODUCTION)
Ilustrasi wanita sedang bersedih (pexels.com/MART PRODUCTION)

"Orang-orang yang semasa kecilnya mengalami trauma memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dan berbagai gangguan mental lain."

Kutipan ini menyinggung dampak jangka panjang dari trauma masa kecil yang dialami seseorang terhadap kesehatan mental. Pengalaman traumatis dapat membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia dan mempengaruhi kesejahteraan mental kita di kemudian hari. Kesadaran akan hal ini penting untuk memahami dan mendukung mereka yang telah mengalami trauma.

7. Harus memiliki alasan sederhana untuk tetap hidup

Ilustrasi sedang melukis (Pexels.com/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi sedang melukis (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

"Saya meniatkan diri saya bahwa saya harus hidup esok, esoknya lagi, dan esoknya lagi hingga saya mendapatkan kewarasan saya."

Kutipan ini dapat dimaknai sebagai tekad dan harapan bagi kita untuk terus berjuang meskipun menghadapi kesulitan. Dengan menetapkan niat untuk hidup setiap hari, kita dapat menemukan kekuatan dalam proses penyembuhan dan pencarian keseimbangan mental. Hal ini adalah pengingat bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk memperbaiki diri dan menemukan kedamaian.

Buku ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi siapa saja yang berjuang dengan depresi atau yang ingin lebih dalam memahami apa itu depresi agar tidak terjadi salah konsepsi terhadap konsep depresi itu sendiri. Apakah dari kutipan-kutipan tersebut kamu merasa tertarik untuk membaca lebih lanjut? Mungkin kamu akan menemukan harapan dan kekuatan dalam setiap kata yang ditulis oleh Machdy, serta menyadari bahwa perjalanan menuju kesembuhan itu adalah mungkin. Ayo tunggu apalagi! 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

50 Quotes Natal 2025, Membawa Pesan Kedamaian

16 Des 2025, 18:45 WIBLife