The Antheia Project Hadirkan Edukasi Sustainable Fashion, Pelajari!

The Antheia Project adalah gerakan yang digagas untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dengan memelihara keanekaragaman ekologi dan budaya. Seiring dengan pembelian pakaian yang meningkat saat momentum bulan Ramadan, event webinar bertemakan "Breaking The Stigma of Thrifting, Upcycling and Slow Fashion" pun digelar pada Minggu (16/04/2023).
Acara yang dihadiri lebih dari 100 peserta ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada audiens terkait dampak limbah pakaian dan cara mengatasinya untuk mengimplementasikan sustainable living. Dengan menampilkan top environmental influencers, berikut rangkaian kegiatan dalam webinar tersebut!
1. Familier dengan arti upcycle dan recycle?

Ternyata, fashion merupakan industri penyumbang 'sampah' terbesar ketiga di seluruh dunia. Rangkaian utama dalam acara ini memberikan gambaran seberapa besar pengaruh media sosial menyebabkan produksi besar-besaran, yang pada akhirnya berakibat polusi limbah pakaian.
Sebagai kaum Gen Z dan millennials, tentunya ilustrasi ini meningkatkan kesadaran untuk mulai menerapkan prinsip sustainibility dalam kehidupan kita yang berdampingan bersama lingkungan. Benar begitu, bukan?
2. Insight terkait eco-business di Indonesia disampaikan oleh Monty Hasan

Monty Hasan adalah CEO & Founder dari Topiku, perusahaan di industri slow fashion yang mendaur ulang bahan-bahan ramah lingkungan untuk menghasilkan topi berkualitas tinggi dan tahan lama. Usaha ramah lingkungan ini meraih popularitas karena mendukung penghasilan layak huni bagi pekerjanya.
Sebagai narasumber pertama, dirinya menyampaikan kalau bentuk efek negatif dari polusi sampah di Indonesia, tidak hanya berdampak pada environment, namun juga pada aspek sosial. Hal tersebut dikarenakan adanya tenaga kerja yang dirugikan, baik dari sisi materi, tempat tinggal, bahkan nyawa. Kerugian tersebut tentunya tidak sebanding dengan keuntungan yang dihasilkan oleh fast fashion industry.
3. Penyampaian dampak negatif fast fashion industri secara global oleh Annabella

Narasumber berikutnya yaitu Eco Content Creator, Annabella. Dirinya mencapai popularitas dengan mengedukasi followersnya terkait veganisme, cruelty-free beauty products, dan pastinya fashion berbasis ramah lingkungan.
Insight terkait besarnya polusi sampah industri pakaian disampaikan dengan detail-detail yang menambah kesadaran audiens untuk menjaga lingkungan. Langkah yang paling sederhana bisa dilakukan dengan membatasi pembelian baju secara jangka panjang.
4. Dampak negatif fast fashion

Pada Q&A session, para peserta berkesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan narasumber terkait topik yang dibicarakan. Antusiasme pun terlihat jelas dari kolom chatbox yang dipenuhi beragam pertanyaan.
Beberapa di antaranya terkait cara upcycling beragam jenis pakaian, rekomendasi bahan pakaian yang sustainable, serta dampak positif slow fashion industry. Menurutmu sendiri, apakah industri fast fashion itu bisa berdampak buruk bagi lingkungan?
5. Penerapan sustainable living melalui upcycling untuk millenials dan Gen Z

Dari insight dalam acara tersebut, The Antheia Project berpesan bila mengurangi limbah pakaian dapat kita lakukan dengan membeli produk yang tidak diluncurkan untuk mengikuti tren. Hal ini karena jangka pemakaian produk tersebut tidak bertahan lama dan hanya akan menjadi sampah di kemudian hari, yang berkontribusi pada polusi.
Membeli baju tanpa 'pattern' adalah langkah yang tepat karena dapat di mix and match dengan aneka celana untuk pemakaian berulang kali. Sebagai tambahan, narasumber Annabella juga merekomendasikan untuk membeli baju dengan bahan yang berkualitas agar tahan lama, walaupun harganya lebih mahal namun pakaian tidak akan cepat rusak.
Sebagai generasi muda, tidak ada salahnya kita mulai menerapkan pola hidup ramah lingkungan demi masa depan generasi berikutnya. Bila kamu tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai sustainable living, jangan ragu untuk ikuti instagram @theantheiaproject, ya!