Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Memilih Mata Kuliah Tambahan, Santai dan Gak Bikin Pusing

ilustrasi di kelas (pexels.com/Andy Barbour)
ilustrasi di kelas (pexels.com/Andy Barbour)
Intinya sih...
  • Mengambil mata kuliah tambahan bisa membuka peluang baru, memperluas wawasan, dan membantu lulus lebih cepat.
  • Penting untuk tetapkan preferensi sebelum memilih mata kuliah tambahan dan lihat review senior serta tanya pengalaman mereka.
  • Perhitungkan beban akademikmu yang sekarang, pertimbangkan relevansi untuk karier atau tujuan jangka panjang, dan sesekali coba eksplorasi di luar zona nyaman.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengambil mata kuliah tambahan terkadang dibutuhkan dalam perjalanan akademik perkuliahan. Namun, kegiatan ini bisa jadi keputusan tepat atau jebakan akademik, tergantung dari cara kamu memilihnya. Di satu sisi, kuliah tambahan bisa membuka peluang baru, memperluas wawasan, dan bahkan bantu kamu lulus lebih cepat. Di sisi lain, kalau salah pilih, kamu malah bisa kewalahan sendiri, stres karena beban tugas, atau justru menyesal nanti.

Setiap semester, pasti ada momen galau milih mata kuliah tambahan. Belum lagi kalau kamu ambil kuliah lintas jurusan, yang kadang bikin kamu berasa lagi belajar bahasa planet lain. Supaya kamu gak terjebak dalam pilihan yang bikin kepala cenat-cenut, berikut lima tips yang bisa bantu kamu memilih mata kuliah tambahan dengan lebih bijak.

1. Tetapkan preferensimu mengambil kuliah tambahan

ilustrasi teman sekelas (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi teman sekelas (pexels.com/Ivan Samkov)

Sebelum menjelajahi daftar mata kuliah tambahan yang tersedia, penting buat tahu dulu apa yang sebenarnya kamu cari. Kalau kamu butuh tambahan nilai untuk mendongkrak IPK, maka mata kuliah yang lebih ringan dan populer bisa jadi pilihan aman. Namun, kalau tujuannya nambah skillset, maka ambil mata kuliah yang lebih spesifik, meski mungkin sedikit lebih menantang.

Misalnya kamu mahasiswa jurusan komunikasi dan ingin lebih ngerti soal data, coba pertimbangkan mata kuliah statistik atau digital marketing. Kalau kamu anak teknik yang ingin lebih jago public speaking, kelas advokasi atau komunikasi bisnis bisa banget dicoba. Dengan tahu tujuan, kamu gak cuma asal nambah SKS, tapi juga investasi waktu dan energi dengan tepat.

2. Lihat review senior dan tanya pengalaman mereka

ilustrasi teman (pexels.com/fox)
ilustrasi teman (pexels.com/fox)

Tips yang satu ini gak boleh kamu skip, testimoni senior jauh lebih berguna daripada sekadar deskripsi singkat di KRS. Mereka udah ngerasain langsung gimana kelasnya, gaya mengajar dosennya, sampai seberapa berat tugas dan ujian yang harus dijalanin. Kadang satu mata kuliah bisa kelihatan ringan, tapi kenyataannya penuh laporan dan presentasi.

Jadi, jangan ragu buat tanya-tanya senior lewat grup jurusan, forum kampus, atau bahkan langsung tanya pada yang bersangkutan. Dari situ kamu bisa tahu mana mata kuliah yang banyak teorinya, mana yang praktiknya seru, atau mana yang bikin lembur tiap minggu. Insight ini bakal bantu kamu bikin keputusan yang lebih realistis.

3. Perhitungkan beban akademikmu yang sekarang

ilustrasi kuliah (pexels.com/Thành Đỗ)
ilustrasi kuliah (pexels.com/Thành Đỗ)

Ambil mata kuliah tambahan tuh bukan cuma soal semangat doang, tapi juga soal kemampuan manajemen waktu. Kalau semester ini kamu udah punya jadwal super padat, ambil satu mata kuliah tambahan yang gak bikin burnout. Jangan sampai kamu semangat di minggu pertama, tapi udah lelah mental pas minggu keenam karena tugas numpuk di semua mata kuliah.

Lihat juga apakah jadwal kuliah tambahan itu bentrok dengan kelas utama atau kegiatan lain seperti magang, organisasi, atau side hustle-mu. Jangan terlalu memaksakan, karena ujung-ujungnya bukan cuma IPK yang kena, tapi juga kesehatan fisik dan mental kamu. Jaga tempo perkuliahan itu penting banget, lho!

4. Pertimbangkan relevansi untuk karier atau tujuan jangka panjang

ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Buro Millennial)
ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Buro Millennial)

Kalau kamu udah punya gambaran soal arah karier ke depan, pilih mata kuliah tambahan yang relevan sama bidang yang kamu minati. Misalnya kamu mau terjun ke dunia UX design, coba ambil kelas psikologi atau perilaku pengguna. Kalau kamu tertarik ke dunia start-up, mungkin bisa ambil kelas kewirausahaan atau digital branding.

Mata kuliah tambahan bisa jadi nilai plus di CV kalau kamu ambil dengan pertimbangan jangka panjang. Selain itu, kamu juga bisa nemuin passion baru yang sebelumnya gak kamu sadari. Siapa tahu, satu mata kuliah tambahan justru jadi jalan kamu ketemu bidang karier impian setelah lulus nanti.

5. Jangan terlalu terpaku pada nilai, sesekali coba eksplorasi

ilustrasi belajar (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi belajar (pexels.com/Anna Shvets)

Gak semua hal harus tentang IPK. Terkadang, kamu juga butuh eksplorasi di luar zona nyaman. Ambil mata kuliah yang mungkin gak langsung nyambung sama jurusanmu, tapi bisa memperluas perspektifmu. Misalnya, kamu anak hukum tapi tertarik ambil kelas musik populer atau antropologi. Selain bisa kasih wawasan baru, kuliah jenis ini juga bisa jadi refreshing di tengah padatnya beban akademik.

Justru dari eksplorasi itu, kamu bisa jadi pribadi yang lebih fleksibel dan open minded. Siapa tahu, kamu malah menemukan cara baru buat memandang jurusan utama kamu dari sudut yang berbeda. Nilainya mungkin gak setinggi ekspektasi, tapi pengalaman dan ilmu yang kamu dapet bisa jauh lebih berharga, lho!

Memilih mata kuliah tambahan memang butuh strategi. Bukan soal asal tambah SKS atau ikut-ikutan teman, tapi soal keputusan yang bijak berdasarkan kapasitas diri. Dengan mempertimbangkan lima hal di atas, kamu bisa dapat pengalaman kuliah yang lebih menyenangkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us