Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Urutan Kerangka Proposal yang Benar, Jangan Asal!

ilustrasi laki-laki mengetik di laptop (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Secara sederhana, proposal bisa didefinisikan sebagai usulan rancangan kegiatan. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan sekilas atau secara garis besar tentang suatu kegiatan atau penelitian yang hendak dilakukan sebelum akhirnya dibuat menjadi suatu tulisan atau laporan yang utuh.

Dalam pembuatannya, urutan kerangka proposal sangat penting dan perlu tersusun secara sistematis, detail, runtut, serta mudah dipahami. Berikut merupakan urutan atau susunan dalam proposal yang perlu kamu ketahui.

1. Judul

ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/cottonbro studio)

Sama seperti jenis tulisan lain, dalam kerangka urutan pembuatan proposal, judul menjadi awal yang menggambarkan isi secara garis besar. Pada bagian ini, kamu sebagai sebagai penulis perlu menyajikan informasi yang berkaitan dengan judul proposal. Dimulai dengan kata proposal, kemudian dilanjutkan dengan judul penelitian yang dilakukan.

Selain itu, di bagian ini cantumkan juga data diri penulis. Di antaranya; nama, NIM (Nomor Induk Mahasiswa) jika kamu berstatus mahasiswa, jurusan, nama perguruan tinggi, dan informasi umum lain yang sesuai dengan ketentuan.

2. Daftar isi

ilustrasi menulis (pexels.com/Sam Lion)

Setelah itu, lanjutkan dengan pembuatan daftar isi. Bagian ini berisikan tentang letak halaman seluruh bab yang terdapat dalam proposal. Daftar isi bisa kamu simpan sebelum bab pendahuluan dalam proposal.

Meskipun proposalmu gak terlalu banyak, penambahan daftar isi tetap penting dilakukan. Ini dikarenakan daftar isi menjadi bagian yang memudahkan pembaca atau penilai mengecek bagian inti dari proposal yang kamu buat.

3. Bab I - Pendahuluan

ilustrasi melakukan survei (pexel.com/Lukas)

Selanjutnya, kamu bisa menuliskannya sebagai "Bab I", "Pendahuluan", atau "Bab I - Pendahuluan" tergantung aturan yang ditetapkan oleh instansi atau kampusmu. Umumnya, bagian ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.

Struktur tersebut bisa kamu dapatkan dari hasil pengumpulan data awal seperti observasi, survei, analisis, atau wawancara. Di bagian ini, kamu bisa sekilas menyertakan laporan hasil penelitian awal yang sudah dilakukan.

4. Bab II - Tinjauan Pustaka

ilustrasi belajar (pexels.com/Dziana Hasanbekava)

Setelah itu dilanjutkan dengan Bab II yang juga terdiri dari beberapa sub bab. Di bagian ini, kamu perlu menuliskan review literatur atau referensi penelitian, batasan konseptual, juga kerangka teori atau hipotesis penelitian.

Pada tinjauan pustaka, peneliti perlu menyertakan beberapa kutipan yang berasal dari buku atau penelitian terdahulu untuk memperkuat pemilihan topik dari penelitian. Lewat kutipan yang dijadikan referensi tersebut, penelitian akan tertera jelas dan pembahasannya pun lebih spesifik.

5. Bab III - Metodologi

ilustrasi peneliti (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Selanjutnya ada metodologi atau metode penelitian yang merupakan tahapan yang akan dilakukan penulis dalam kegiatan. Bagian ini meliputi prosedur, indikator capaian, langkah pengumpulan data, dan sebagainya.

Seluruh sub bab tersebut harus dipaparkan dalam proposal yang disusun guna menginformasikan kepada pembaca mengenai metode penelitian serta teknik pengumpulan yang digunakan oleh peneliti. Karena ini masih bentuk proposal, maka peneliti harus memaparkannya dengan singkat dan padat.

6. Daftar pustaka

ilustrasi belajar di atas tempat tidur (pexels.com/Vlada Karpovich)

Daftar pustaka merupakan kumpulan sumber atau referensi yang digunakan oleh penulis dalam pembuatan proposal. Biasanya, ini berasal dari buku-buku teori, jurnal ilmiah, artikel yang kredibel, penelitian terdahulu, dan sebagainya.

Struktur penulisannya dibuat dengan jarak 1 spasi. Selain itu, dalam pencantumannya pun ada aturan khusus yang gak hanya berisi mengenai judul dari buku atau jurnal, melainkan juga informasi penulis dan portal yang memuat tulisan sumber tersebut.

7. Lampiran

ilustrasi menyiapkan lampiran (pexels.com/Alexander Suhorucov )

Bagian kerangka proposal yang terakhir adalah lampiran. Ini merupakan dokumen atau data-data yang melengkapi proposal. Contohnya, biodata, anggaran kegiatan, susunan organisasi, tim penyusun, surat pernyataan, dan sebagainya.

Lampiran ini juga bisa berupa dokumen penting lain seperti surat perjanjian dengan mitra penelitian. Sehingga, ini juga jadi poin penting yang jangan sampai terlewat ketika hendak menyusun proposal.

Itu tadi urutan kerangka proposal yang umum digunakan. Semoga informasi di atas bisa membantu kamu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Koi
EditorKoi
Follow Us