3 Cara untuk Menerima Jika Kamu Memiliki Orangtua yang Tidak Sempurna

Terlepas sebagai perannya sebagai orangtua, ayah dan ibu juga pada dasarnya adalah manusia biasa. Bagi sebagian besar dari mereka, bahkan menjadi orang tua adalah yang pertama kali.
Sama seperti manusia lainnya, orangtua juga bisa salah, mereka tidak bisa menjadi orangtua sempurna. Kamu sebagai anak pun pasti pernah merasa tersakiti akibat tindakan maupun perkataan orang tua. Namun lucunya, sebagai anak kamu justru sering merasa bersalah saat berdebat dengan mereka.
Meskipun begitu, terkadang ada luka yang ditinggalkan orang tua begitu dalam, hingga menjadikan kamu trauma. Bisa jadi, dalam hati pun kamu seakan tidak bisa menerima sepenuhnya keberadaan mereka karena perilakunya di masa lalu.
Tapi, apakah kamu tahu? Hubungan anak dan orangtua yang kurang baik, bisa berpengaruh pada bagaimana seorang individu menciptakan hubungan lainnya di dunia.
Orangtua bisa saja pernah mengecewakan anak-anak mereka, gagal hadir, hingga gagal dalam memenuhi kebutuhan anak dengan memadai. Bagi anak, kondisi tersebut mungkin bisa sangat menyakitkan, terlebih saat seorang anak membandingkan bayangan memiliki orangtua khayalan yang sempurna dengan versi orang tua yang tidak sempurna pada kenyataannya.
Lalu, apa yang harus kamu lakukan untuk bisa menerima orangtua yang tidak sempurna?
1. Lepaskan pada keterikatan ingin orangtua yang sempurna

Pada suatu saat, kamu mungkin pernah dihadapi dengan kenyataan bahwa orangtua kamu jauh dari kata sempurna. Untuk bisa beradaptasi, kamu menghindari rasa sakit tersebut dengan menciptakan kepalsuan. Jadi, apa yang mulai harus kamu lakukan adalah melepaskan keterikatan pada keinginan untuk memiliki orang tua yang sempurna.
Ingatlah, keinginan menuntut orang tua untuk sepenuhnya dapat menjalankan peran dengan baik hingga memahami semua keinginan dalam hidup bisa terus ada.
Kamu mungkin bisa menciptakan fantasi bahwa orangtua tidaklah seburuk yang kamu bayangkan. Di sisi lain, kebiasaan ini justru akan membuat kamu tidak memiliki keterampilan untuk memahami dan menerima orang lain sebagaimana mestinya.
Sedangkan saat kamu hidup dalam fantasi, kamu bisa terjebak dalam realitas palsu yang memuaskan diri sendiri. Jadi, mulailah percaya bahwa setiap orang tua sempurna dengan caranya masing-masing. Orangtuamu mungkin tidak bergelimang harta, tetapi mereka selalu ada saat kamu membutuhkan mereka secara emosional, dan bisa jadi sebaliknya.
2. Hadapi fantasi kamu yang memungkinkan untuk dihindari

Penting untuk melepaskan kecenderungan memproyesikan fantasi kepada orangtua kamu. Kekurangan mereka dan rasa sakit yang kamu hindari adalah apa yang sebenarnya perlu kamu hadapi.
Apa yang kamu coba abaikan dengan keras merupakan apa yang sebenarnya harus kamu dengarkan sekaligus rasakan pada akhirnya. Situasi ini bisa terjadi, karena pengindaraan dapat mencegah kamu mengalami emosi sepenuhnya dan memahami apa pemicunya.
Pemicu tersebut bukan hanya sebagai faktor eksternal, tetapi dapat menjadi kompas untuk memahami kebutuhan kamu sendiri dan intoleransi terhadap perasaan, seperti ketidakberdayaan, kesepian, tidak diinginkan.
Begitu kamu bisa menghindari emosi ini, kamu dapat lebih bisa menghadapinya, merasakan, dan menerimanya. Apa yang dahulu rasanya tertahankan, dapat segera menjadi kesempatan untuk penyembuhan.
3. Berlatih penyembuhan secara aktif

Luka yang terbentuk dalam hubungan sering kali harus disembuhkan dalam konteks hubungan lain. Itu artinya, berlatih untuk menerima tidak hanya berkaitan dengan kekurangan orang tua kamu saja, tetapi juga ketidaksempurnaan orang-orang penting lain di dalam hidup kamu.
Bisa jadi mereka adalah pasangan, sahabat, atau anak-anak kamu juga. Mulailah untuk mencari tahu bagaimana kamu bereaksi terhadap ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh orang lain.
Ketika kamu mengenali ketakutan dan memahami reaksi diri sendiri, cara ini dapat menciptakan kondisi untuk penerimaan dan cinta yang ingin kamu temukan. Selain itu, kamu pun dapat memahami lebih dalam tentang diri sendiri, sekaligus membuat orang lain dapat mengenal kamu lebih dalam. Melalui pengalaman kolektif ini kamu bisa saling menyembuhkan antara hubungan baru dengan hubungan lama.
Pada akhirnya, kamu akan memahami jika sebenarnya bukan fantasi yang membuatnya menyakitkan, melainkan keterikatan kamu terhadap fantasi tersebut. Ketika kamu membayangkan memiliki orang tua, pasangan, atau anak yang sempurna, ketidaksempurnaan yang mereka miliki akan muncul.
Kemudian, membuat kamu lebih kecewa. Daripada fokus pada kekurangan mereka, coba pikirkan kembali hal apa yang mendasari kamu membuat fantasi akan orang-orang ini sempurna. Bukankah, karena sebenarnya memang berharga bagi hidupmu?