5 Akibat jika Orangtua Selalu Menyimpan Perasaan Kecewa pada Anak

Orangtua tentu memiliki harapan terhadap anaknya, baik dalam sikap, perilaku, maupun pencapaian mereka. Namun, ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan, rasa kecewa bisa muncul.
Sayangnya, tidak semua orangtua mampu mengelola kekecewaan dengan bijak. Beberapa justru memilih untuk memendam perasaan itu tanpa membicarakannya dengan anak.
Tanpa disadari, menyimpan kekecewaan terlalu lama bisa merusak hubungan orangtua dan anak. Interaksi menjadi kurang nyaman, komunikasi terasa canggung, dan anak pun bisa merasakan perubahan sikap dari orangtuanya. Berikut adalah lima akibat yang bisa terjadi jika orangtua menyimpan perasaan kecewa pada anak.
1. Hubungan orangtua dan anak menjadi jauh

Ketika orangtua kecewa tetapi tidak mengungkapkannya dengan cara yang sehat, anak bisa merasakan perubahan dalam sikap orangtua. Orangtua mungkin menjadi lebih dingin, kurang responsif, atau bahkan menarik diri dari anak.
Jika ini dibiarkan terus-menerus, anak bisa merasa tidak lagi dekat dengan orangtuanya. Ia mungkin memilih untuk menjaga jarak atau bahkan enggan berbagi cerita karena merasa tidak diterima sebagaimana adanya.
2. Anak merasa bersalah tanpa memahami alasannya

Anak memiliki kepekaan terhadap emosi orangtuanya. Jika orangtua menyimpan kekecewaan, anak bisa menangkap perubahan sikap tersebut, meskipun tidak tahu pasti apa penyebabnya.
Hal ini bisa membuat anak merasa bersalah atau bahkan berpikir bahwa dirinya selalu menjadi penyebab ketidakbahagiaan orangtua. Jika perasaan ini terus berlanjut, anak bisa mengalami tekanan emosional yang berdampak pada kepercayaan diri dan kesejahteraannya secara keseluruhan.
3. Orangtua cenderung bersikap keras atau terlalu kritis

Ketika kekecewaan tidak tersalurkan dengan baik, orangtua bisa mulai menunjukkan sikap yang lebih keras kepada anak. Kritik yang diberikan mungkin menjadi lebih tajam, dan tuntutan yang diberikan bisa semakin tinggi.
Orangtua mungkin tidak menyadari bahwa perlakuan ini berasal dari rasa kecewa yang belum terselesaikan. Akibatnya, anak bisa merasa tidak pernah cukup baik di mata orangtuanya, yang pada akhirnya membuatnya kehilangan motivasi untuk berkembang.
4. Anak merasa tidak pernah bisa memenuhi harapan orangtua

Jika orangtua terus menyimpan kekecewaan tanpa ada komunikasi yang jelas, anak bisa merasa bahwa apa pun yang dilakukan tidak pernah cukup. Perasaan ini bisa membuat anak kehilangan kepercayaan diri dan ragu terhadap kemampuannya sendiri.
Dalam jangka panjang, anak bisa tumbuh dengan pola pikir bahwa dirinya tidak layak mendapatkan apresiasi atau kasih sayang, hanya karena selalu merasa mengecewakan orangtuanya. Hal ini bisa berdampak pada relasi anak dengan orang lain di masa depan.
5. Emosi negatif bisa muncul dalam bentuk kemarahan atau dingin hati

Kekecewaan yang dipendam terlalu lama bisa berubah menjadi emosi negatif yang lebih besar, seperti kemarahan atau bahkan sikap dingin terhadap anak. Orangtua mungkin menjadi lebih mudah tersinggung atau kehilangan kesabaran dalam menghadapi anak.
Sebaliknya, ada juga orangtua yang memilih untuk bersikap sangat pasif atau menarik diri sepenuhnya dari kehidupan anak. Sikap ini bisa membuat anak merasa diabaikan dan kehilangan hubungan emosional yang sehat dengan orangtuanya.
Menyimpan perasaan kecewa terhadap anak tanpa komunikasi yang jelas bisa berdampak buruk, baik bagi hubungan orangtua dan anak maupun bagi kondisi emosional keduanya. Anak bisa merasa bersalah, kurang percaya diri, dan merasa jauh dari orangtua.