Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Mendidik Anak Soft Spoken sejak Balita, Beri Teladan

ilustrasi anak yang disayang orangtua (pexels.com/Anna Shvets)

Pernah bertemu balita yang cenderung soft spoken saat diajak komunikasi? Saat diajak bicara, dia akan menjawab dengan nada lembut, bukan teriakan. Saat kita bertanya, dia akan menanggapi sesuai dengan pertanyaan. Saat ingin menjelaskan sesuatu, dia akan menyapa dengan sopan dan bercerita tanpa asal.

Pasti kita akan sangat terkesan dengan balita tersebut. Bayi yang sudah mulai lancar bicara lantas bisa menunjukkan seni berkomunikasi yang sopan dan menyenangkan. Tentu, hampir semua orangtua menginginkan anaknya memiliki kelebihan tersebut. Terlebih, balita yang terlahir di era digital dan gempuran konten di media sosial. Tantangan besar bagi para otangtua agar anak-anak tetap memiliki good attitude

Soft spoken atau bertutur kata lembut, kalem dan tenang adalah karakter yang bisa ditanamkan pada diri balita. Diharapkan, karakter tersebut tetap melekat hingga anak-anak dewasa. Bukan hanya tumbuh menjadi pribadi yang luwes dalam bergaul, mereka juga akan mudah diterima di berbagai kelompok masyarakat. Sebab, tipe orang yang bicara dengan sopan terkesan tidak dominan dan menghargai harmoni.

Tidak mustahil jika setiap balita berpotensi memiliki pesona seperti ini. Asal, setiap orangtua bisa menerapkan pola asuh dan pola didik yang seharusnya. Lantas, bagaimana tipsnya agar para orangtua di era sekarang bisa mendidik anak soft spoken sejak balita? Cari tahu caranya di bawah ini, ya!

1. Memberi contoh yang sama sepanjang hidupnya

ilustrasi orangtua memberi contoh positif (pexels.com/Yan Krukau)

Jika menginginkan anak soft spoken, sudah pasti orangtua juga harus siap memberikan contoh. Mulai dari cara mengajukan pertanyaan, menanggapi sesuatu, mengomentari dan mengungkapkan pendapat. Selain itu, orangtua harus lebih mampu mengelola emosi agar kata-kata yang terucap tidak sarat dengan nada negatif. 

Memberi keteladanan pun tak cukup hanya sehari. Butuh masa jangka panjang agar melekat jadi karakter. Sudah pasti, ayah dan bunda juga harus menyiapkan stok sabar seluas samudera dalam membersamai perjalanan si kecil menjadi pribadi soft spoken

2. Gunakan kalimat yang runut saat memberi instruksi

ilustrasi orangtua mengarahkan anaknya (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Melatih anak agar soft spoken juga bisa lewat kalimat-kalimat instruksi. Saat kita ingin mengarahkan anak agar melakukan hal yang benar, ungkapkanlah kalimat perintah secara runut. Ucapkan dengan nada lembut sekaligus tegas. 

Dari situ, balita akan merekam setiap kosakata yang masuk beserta nada yang terdengar. Balita juga mudah untuk menirukan setiap stimulasi yang berulang atau hal yang menarik. Nah, manfaatkanlah momen tersebut untuk menanamkan cara bicara yang lembut, sopan dan lugas. 

3. Tidak mudah emosi jika anak melanggar perintah atau kesepakatan

ilustrasi menahan marah ke anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam proses meniru, seringkali balita tak sepenuhnya mencontoh 100 persen. Ada kalanya, dia akan melakukan improvisasi sehingga tak sesuai dengan ekpektasi para orangtua. Hal itu seringkali kita anggap sebagai bentuk pelanggaran dan sikap tak patuh. 

Dalam kondisi tersebut, kita sebagai orangtua harus banyak sabar dan menekan amarah sekuat mungkin. Sadari bahwa mereka sedang di tahap belajar. Butuh stimulasi berkali-kali agar mereka menyerap keteladanan dengan baik. 

4. Berusaha menjelaskan situasi di berbagai momen

ilustrasi ibu menggendong bayi (pexels.com/RDNE Stock project)

Menjelaskan situasi di berbagai momen akan membantu balita menambah kosakata. Memberi penjelasan juga identik dengan upaya menenangkan situasi. Menjelaskan sesuatu akan membuat kita lebih mengerti dengan kondisi yang sedang dihadapi. 

Maka, jelaskanlah dengan bahasa yang lembut dan penuh santun. Gunakan kata-kata yang tidak bersifat mengolok. Sesekali, kita juga boleh menyelipkan kalimat candaan agar anak semakin senang mendengarkan celotehan orangtuanya. 

5. Menjadi pendengar yang baik di setiap momen

ilustrasi menjadi pendengar untuk anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Melatih anak agar soft spoken juga bisa dengan cara menjadi pendengar yang baik baginya di setiap kesempatan. Di masa balita, kebutuhan anak akan atensi orangtuanya sangat besar. Dengan memberi perhatian yang cukup, balita gak gampang marah di saat berkomunikasi. 

Maka, gunakanlah waktu yang ada untuk mengobrol dan mendengarkan segala hal yang mereka ungkapkan. Saat bangun tidur, mendekati jadwal tidur malam, sebelum makan maupun sesudahnya, sebelum mandi maupun sesudahnya dan bermacam momen lainnya. Saat merasa didengarkan, tidak ada alasan bagi mereka untuk berkata kasar.  

Mendidik anak soft spoken sejak balita tentu tak selalu mudah. Selalu ada berbagai tantangan mulai dari dalam diri hingga faktor dari luar. Kita hanya perlu membiasakan, memberi keteladanan dan memberi stimulasi secara berulang. Selanjutnya, biarkan balita merekamnya menjadi kegiatan meniru. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Uswatun Niswi
EditorUswatun Niswi
Follow Us